Tips Mengatasi Kebuntuan Ide Saat Menulis


GHIRAHBELAJAR.COM - Siapa pun pasti pernah mengalami kebuntuan ide atau kehabisan ide ketika sedang belajar merangkai paragraf menjadi tulisan. Hal itu memang amat menyebalkan karena tulisan pada akhirnya mandek, bahkan tak jarang cuma menjadi draf yang tidak dilanjutkan sampai berabad-abad lamanya (hiperbolis sekali ya, hehee), dan ujung-ujungnya jadi penghuni folder "sampah" di laptop kita.

Saya sendiri sering sekali mengalami kebuntuan ide ketika sedang menulis. Bahkan, dalam beberapa riwayat, para penulis hebat sekalipun, pasti pernah mengalami fase kebuntuan ide ini lho. Jadi, jangan berkecil hati atau malah urung dan kapok menulis cuma karena mengalami kebuntuan ide ini ya. Ingat, penulis yang sudah punya buku best seller itu saja pernah mengalami kebuntuan ide! Ya, siapa sih orangnya yang belajar memanjat pohon tidak jatuh dulu. Semua pasti butuh proses, kan? Nah, menulis pun begitu. Kita perlu memahami bahwa kebuntuan ide yang dialami ketika sedang menulis adalah salah satu fase yang mesti kita lewati, yang mesti kita hadapi, dan tentu saja mesti bisa kita taklukkan bila memang betul-betul ingin menjadi penulis.

Ingat petuahnya Kuntowijoyo, untuk menjadi penulis itu syaratnya ada tiga: menulis, menulis, dan menulis. Artinya, latihan untuk terus mencoba menulis, menuangkan gagasan dan ide, adalah kunci penting untuk menjadi penulis andal. Kembali lagi ke masalah utama kita, yakni kebuntuan ide. Sepengalaman saya, kebuntuan ide memang menjadi sesuatu yang amat menyebalkan dan sering sekali mampir saat sedang menulis. Lalu, bagaimana nasibnya dengan mimpi kita menjadi penulis itu? Mesti kandas begitu saja? Heheu. Tentu tidak!

Nah, berdasarkan pengalaman saya menulis berbagai genre tulisan, mulai dari cerpen, puisi, esai, skripsi, postingan blog, dan naskah buku, kebuntuan ide dalam menulis itu bisa diatasi, lho. (Bahkan, ketika saya menulis tulisan ini, kebuntuan ide itu muncul juga, lho. Maklum, saya menulis tulisan ini pukul 11 malam, semalam tadi. Tapi kebuntuan ide itu bisa teratasi dan tulisan ini bisa tayang sore ini). Nah, bagaimana sih cara mengatasi kebuntuan ide? Kali ini saya akan berbagi tips bagaimana saya bisa mengatasi kebuntuan ide saat sedang menulis.

Cari Penyebabnya

Kebuntuan ide ketika sedang menulis tidak terjadi begitu saja. Itu terjadi karena ada sebabnya. Ingat ya hukum sebab-akibat. Maka, hal pertama yang mesti kita lakukan ketika menghadapi kebuntuan ide adalah memindai diri sendiri dan temukan sedang ada masalah apa? Atau apa yang membuat ide kita menjadi buntu?

Nah, biasanya yang paling sering terjadi, kebuntuan ide itu muncul karena otak kita kekurangan informasi, kekurangan bahan, kurang referensi, kurang membaca, sehingga sulit melanjutkan tulisan yang sudah ditulis sepanjang dua paragraf, cq paragraf pembukanya saja, itu. Bila benar ini penyebabnya, masalahnya adalah kamu kurang membaca. Untuk menulis, kita butuh sekali untuk melakukan banyak membaca. Maka, solusinya adalah berhenti menulis dahulu, jangan dipaksakan. Lalu, banyaklah membaca tentang apa yang berkaitan dengan pembahasan yang kita sedang tulis.

Dengan begitu, perlahan otak kita akan mencerna informasi yang lebih banyak dan dipilah-pilah informasi apa yang kita perlukan. Nah, untuk membantu proses ini, kamu bisa menandai atau mencatat poin-poin penting yang berkaitan dengan tulisan yang sedang kamu garap. Tentu saja, membaca tidak harus membaca buku saja. Karena kamu juga bisa mendapatkan banyak informasi dari berbagai sumber, bahkan dari lingkungan sekitar yang saban hari kita lihat.

Berdamai dengan Bad Mood

Lalu, bagaimana bila kasusnya begini, "Saya sudah banyak membaca, sudah punya gambaran tentang apa yang akan ditulis, bahkan di dalam kepala sudah ada gambaran mengenai keseluruhan tulisan, namun sulit untuk menuangkannya." Bila kasusnya seperti itu, berarti kemungkinan masalah kamu ada pada mood kamu sendiri yang sedang buruk. Tak bisa dimungkiri, mood itu sangat memengaruhi proses menulis. Bila mood sedang jelek alias bad mood, jangankan menulis untuk tidur saja kadang susah, bukan? He he he. Maka dari itu, untuk masalah yang berkaitan dengan mood ini kamu perlu melakukan sesuatu yang bisa membuatmu berdamai dengan bad mood dan meraih kembali good mood.

Ya, setiap orang punya karakter yang beda-beda. Maka cara menjemput good mood-nya pun berbeda. Ada yang good mood-nya kembali setelah makan makanan enak. Ada juga yang bisa mengembalikan good mood-nya dengan berjalan-jalan, shopping, atau pergi ke tempat sejuk dan berpemandangan hijau seperti kebun teh atau puncak gunung. Ada juga yang mood-nya kembali baik dengan mendengarkan musik favorit, menonton film kesukaan, atau membaca buku-buku ringan yang menghibur. Apa saja bisa kamu lakukan, yang penting mood-mu kembali baik. Nah, bila si good mood sudah kembali, teruskanlah menulis dan tuangkan ide-ide yang sudah ada di kepalamu. Dijamin lancar jaya!

Banyak Membaca Lagi

Ibarat berjalan, sudah tahu tujuannya ke mana, tapi karena salah berbelok, salah masuk gang, kita akhirnya menemui jalan buntu. Bagaimana bila kamu mengalami hal itu? Ya, yang saya lakulan mungkin sama dengan yang akan kamu lakukan, yaitu kembali lagi ke persimpangan jalan sebelum kita belok ke gang yang membawa kita ke jalan buntu itu. Seperti telah dijelaskan di awal, cari dulu penyebabnya, cari akar masalahnya, baru tentukan langkah untuk mencari solusinya.

Dalam menulis, ketika kita terhenti di jalan buntu, salah satu solusinya adalah kita mesti kembali membaca berbagai referensi yang berkaitan dengan isi tulisan kita. (Seperti yang saya alami ketika menulis artikel ini). Bagi saya, membaca itu semacam rekreasi intelektual. Buku memang banyak genrenya, ada fiksi, nonfiksi, ringan, berat, populer, ilmiah, dan lain-lain. Semua bisa kita lahap sesuai selera dan sesuai kebutuhan. Tapi ingat ya, bacalah sesuatu yang bermanfaat, bacaan yang bisa menambah wawasan dan pengetahuan.

Menulislah di Waktu Yang Tepat

Kamu pernah denger lagunya Fiersa Besari yang judulnya Waktu Yang Salah? Nah, bukan cuma dalam hal asmara, dalam menulis pun hal itu berlaku. Bila kamu mengalami kebuntuan ide, bisa jadi masalahnya adalah waktu yang kamu pilih untuk menulis itu adalah waktu yang salah. (Seperti ketika saya menulis postingan ini, hampir tengah malam di kantor. Ketika asyik menulis, pas nengok ke belakang ternyata yang lain sudah bubar, ya sepi nan horor). Ide saya malam itu mengalir, tapi waktunya tidak pas, jadi tertunda dan jadilah kebuntuan ide itu muncul.

Jadi, carilah waktu yang tepat untuk menulis ya. Satu tips dari saya, ketika kamu mau mencari waktu yang nyaman untuk menulis, perhatikan beberapa poin ini. Pertama, pilih waktu yang membuatmu nyaman. Boleh pagi, sore, malam, atau bahkan dini hari. Kedua, pilih waktu-waktu yang tenang dan kondusif. Tidak saat-saat gaduh, misalnya ketika azan Maghrib atau ketika ada yang kuliah Subuh atau tabligh akbar di masjid. He he he.

Saya pernah bereksperimen mencoba menulis di waktu sepertiga malam, seperti menjemput jodoh, eaa. Bagi yang belum paham, sepertiga malam itu dini hari, berkisar antara pukul 01.00 sampai menjelang Subuh. Memang waktu sepertiga malam itu saya akui merupakan waktu yang sangat tenang dan pada saat itu pikiran kita sedang fresh-fresh-nya. Alhasil, dalam seminggu saya bisa menulis lebih dari 10 tulisan. Luar biasa ya.

Tapi itu dulu, ritme menulis senantiasa berubah seiring perubahan kita sendiri. Saat ini, waktu yang tepat untuk menulis bagi saya adalah waktu-waktu menjelang tidur dan di sela-sela waktu bekerja saya. Jadi, memang fleksibel dan kembali ke kenyamanan masing-masing orang ya. So, jangan sampai ada "rasa yang tepat di waktu yang salah" seperti bunyi lagunya Bung Fiersa, ya. Pilihlah waktu yang tepat, waktu terbaik untuk menuangkan gagasan menjadi tulisan.

Menulis dengan Cinta

Terakhir, menulislah dengan cinta. Bagaimana maksudnya menulis dengan cinta? Untuk yang ini bakal saya jelaskan nanti di buku yang akan dan sedang saya tulis. Jadi, kawan-kawan tunggu ya, kiat-kiat produktif menulis dari saya. He he he. Sementara bocorannya itu dulu, karena judulnya pun belum saya tentukan.

***

Oke, sebagai penutup saya mau mengutip kalimat yang diutarakan Pinker, seorang cendekiawan psikolinguistik dan kognitif dari Universitas Harvard. Pinker bilang, "Tulisan yang baik dapat mengubah cara pandang kita terhadap dunia." Artinya, baiknya sebuah tulisan adalah yang mampu memengaruhi pembacanya. Bila tulisan kita bisa memengaruhi orang lain, misalnya untuk berbuat baik, untuk tidak berburuk sangka, dan sebagainya, yakinlah dunia ini perlahan akan berubah. Dan bahkan kita sendiri sebagai penulis, perlahan-lahan mesti berusaha untuk berubah menjadi lebih baik.

Selain itu, ada juga yang bilang bahwa tulisan yang baik adalah tulisan yang selesai ditulis. Maka, mulai sekarang pancangkan tekad yang positif dan kuat, nikmati setiap hambatan yang ada, taklukkan alang rintang, dan mulailah dengan menaruh tujuan menulis di awal. Percayalah, niat yang baik, niscaya mestakung! Semesta akan mendukung. Dan hambatan semacam kebuntuan ide ini bisa diatasi dengan mudah. Terima kasih.

Posting Komentar

0 Komentar