Belajar Cara Menulis Puisi dari Bang Hasan Aspahani



GHIRAHBELAJAR.COM – Belajar Cara Menulis Puisi dari Bang Hasan Aspahani

Oleh: Ahmad Soleh

Bagi sebagian besar orang, puisi adalah sesuatu yang sulit sekaligus rumit. Sulit dimengerti, bahkan dianggap gak jelas. Penulis puisi ternama punya karakter masing-masing dalam menyajikan puisinya. Hal itu tidak lepas dari proses kreatif sang penulis ketika menulis kata demi kata dalam puisinya. Bagi yang sering membaca buku-buku puisi atau menuangkan kegelisahannya dalam bentuk sajak maupun prosa, mungkin menulis puisi bukanlah suatu hal yang terlalu rumit. Namun, bagi pemula tentu menulis puisi jadi hal yang berat sekaligus menantang. Beberapa hari lalu, saya mendengarkan vlog penulis ternama di Kanal Youtube Juru Baca. Dialah Hasan Aspahani, cari saja di Google informasi tentangnya. Di salah satu videonya ia membahas cara menulis puisi yang terbilang mudah dan bisa kamu terapkan.

Cara menulis puisi berbeda-beda

Cara menulis puisi bagi setiap pengarang memang berbeda-beda, unik bergantung kebiasaan dan tradisi intelektual masing-masing. Ada yang perlu obervasi dan penelitian. Ada yang perlu merenung lebih dulu. Ada yang butuh baca banyak buku. Dan berbagai cara lainnya. Nah, cara menulis puisi yang disampaikan Bang Hasan dalam vlog Juru Baca itu bukan merupakan langkah-langkah baku dalam proses menulis puisi. Namun, cara menulis puisi yang ia bagikan rasanya penting untuk kamu tahu, siapa tahu bisa membantu. Karena, percaya deh, ini bakal memudahkan banget dan membuka pikiran kita, “Oh ternyata gak sulit-sulit amat menulis puisi.” Dari apa yang disampaikan Bang Hasan ada lima poin cara menulis puisi. Apa saja lima poin itu? Mari langsung kita simak saja.

1. Mau ngomong apa lewat puisi itu?

Cara menulis puisi yang pertama adalah dimulai dari apa yang mau kita tulis. Dalam buku-buku teori sastra biasa disebut dengan topik pembahasan. Nah, Bang Hasan Aspahani bilang bahwa kita harus tahu dulu apa yang mau kita tulis sebelum menulis puisi. Topik dalam menulis puisi biasanya sudah mengerucut atau spesifik pada apa yang kita tuju atau goal dari puisi kita.

2. Bagaimana kita menyampaikannya?


Yang selanjutnya adalah cara ucap. Cara pengucapan ini butuh proses kreatif yang cukup rumit. Lewat puisi yang kita tulis itu, apa yang ingin kita sampaikan? Bagaimana cara kita menyampaikan topik itu? Nah, dalam poin ini kita butuh referensi, misalnya mencontoh cara menulis puisi pengarang ternama. Apakah boleh kita meniru cara ucap penyair lain? Tentu saja boleh. Tapi, dengan syarat di dalamnya tetap ada karakter kita sendiri. Jadi, tidak full meniru, tapi memodifikasi atau bahkan mengawinsilangkan cara ucap atau karakter penyajian puisi dari beberapa pengarang.

3. Pertimbangkan potensi makna ganda pada puisi kita

Selanjutnya, yaitu bagaimana kita menimbang potensi makna ganda pada puisi yang kita tulis. Makna ganda atau ambiguitas adalah salah satu karakter penting puisi dalam menyampaikan pesannya. Cara menulis puisi dengan bahasa-bahasa kiasan, ungkapan yang multitafsir, atau diksi-diksi bersayap bisa kita terapkan pada poin ini. Tentu saja pemilihan diksi-diksi itu mesti dipertimbangkan juga faktor keindahannya.

4. Menyusun diksi dan mencari kolokasi

Dalam cara menulis puisi, tahap yang tidak boleh terlewat adalah pemilihan dan penyusunan diksi. Ya, karena medium puisi adalah bahasa, kata-kata. Pemilihan diksi ini juga berkaitan dengan makna, tujuan, topik, hingga rima dan irama suatu rangkaian kata. Kita bisa membuat daftar kolokasi untuk kata yang kita gunakan. Tentu saja semua itu berkaitan dengan topik yang kita pilih di awal tadi.

5. Tuliskan puisi kita sekarang

Nah, cara menulis puisi berikutnya tak lain adalah menuliskannya. Teknisnya, bebas saja sesuai kebiasaan dan kenyamananmu. Boleh ditulis di kertas, buku harian, smartphone, atau langsung di laptop.

Ini Contohnya

Ini contoh puisi saya ketika menerapkan cara menulis puisi ala Hasan Aspahani. Judulnya “Awan Gelap di Tepi Kepalamu”. Silakan disimak dulu.


Awan Gelap di Tepi Kepalamu

Hujan berderai
Mengguyur tanah merah di pipimu
Harum wangi basah
Menguar sedih dan luka

Awan gelap di tepi kepalamu
Genteng-genteng menggigil
Angin berlari di belakang tubuh mungilmu
Rambutmu lepek ditetes air dedaunan

Diam-diam aku berteduh
Mendengar lirih aduh suaramu
Yang samar di gemericik
Terima nasib yang bau tengik.

Ahmad Soleh, 25/12/2020



Bagaimana puisinya? Ya, tentu saja puisi di atas terinspirasi dari hujan sedang turun dan peristiwa yang mungkin ada di dalamnya. Dalam imajinasi saja, di saat hujan itu adalah saat-saat yang paling pas untuk menyamarkan tangis dan sedih. Bagus atau tidak, silakan teman-teman nilai sendiri. Mempelajari cara menulis puisi memang dari mana saja. Dan yang perlu kita ingat, belajar bisa dari mana saja, terutama dari pengalaman. Maka, menulis itu bukan teori belaka, tapi pengalaman yang akan membentuk kita.

Selain itu, bila mau punya cara ucap atau gaya penyampaian yang khas dan unik, kita perlu banyak belajar, mengeksplorasi, dan mengembangkan kemampuan dalam menata kata dan meniti makna. Memperkaya kosakata dan menguatkan gaya pengucapan. Demikianlah cara menulis puisi ala Bang Hasan Aspahani. Semoga bermanfaat!

Posting Komentar

0 Komentar