Mamay Nurbayani: Riuh yang Sepi


GHIRAHBELAJAR.COM - Oleh: Mamay Nurbayani

Simpanan Sakit


Kita yang terlahir dalam keadaan menangis
Apakah itu tertanda sebuah makna kesedihan
Pemaknanan atas tanda sebuah kesakitan
Saksi hidup napas pertama di dunia ini

Entah terlalu diam atau terlalu banyak bicara
Ketika mulut dan telinga sama-sama saling egois
Suara yang seharusnya bisa menjadi alat kebahagiaan
Dan pendengaran yang seharusnya bisa menjadi obat bagi si pencerita

Diam yang membisu
Biarkan rasa sakit yang sedemikian ini sanyu dan hilang dengan sendirinya
Tanpa obat ataupun perawat
Dipaksa mandiri dari sebuah sakit yang mulai sulit untuk dijelaskan


Perjalanan Salah


Melangkah mencoba menikmati hidup ini
Lantunan kenangan dan masa depan sama-sama nyaring
Saling membrontak setiap kali di ajak diskusi
Mari kita bicarakan ini baik-baik

Mengubah kebiasaan menjadi aktifitas langka
Sesuap nasi dan telur dadar penanda pagi hari
Dan bahkan lupa untuk mengisi kantung sarapan
Tamparan keras ketika menyadari bahwa jalan ini sudah teramat jauh untuk kembali


Lampu 2020


Berat sekali rasanya
Hebat sudah kita lalui bersama
Kita sama-sama hebat pada kondisi seperti ini
Bahkan ketika keluhan acap kali terucap itu tak masalah

Tak ada yang tahu atas pikiran kita masing-masing
Yang sedang bekerja ataupun mengkhayal
Itu urusan pribadi masing-masing
Yang penting kita hebat, titik!

Tahun yang mungkin bukan yang didamba-dambakan
Semua sudah terlewati begitu singkat dan padat
Ceritanya mungkin ngga terlalu panjang
Tapi mengandung banyak makna dan kenangan

Semoga harapan baru selalu tumbuh
Tak mati ditelan waktu
Tak layu ditelan kesepian
Senandung dalam hari-hari baru di depan mata kita


Gimana dan Bagaimana

Banyak sekali pertanyaan dibenak
Kesalahan yang katanya besar
Lalu diminta kesediaan maaf tetapi tidak dirasa
Bingung sudah

Lalu bagaimana seharusnya kita memulai kembali
Di saat sepi aku yang mulai menyadari bahwa kamu itu ada
Tidak terlalu terlihat tapi kamu selalu paham untuk memulai
Matanya yang menganggambarkan tanda sebuah ketulusan

Lalu bagimana kita bicara prihal ini
Mungkin bukan waktu yang tepat
Yang tempat yang tidak pernah memberikan ruang untuk kita
Aku tidak tahu akhir dari semua ini


Riuh yang Sepi

Ketika ambisi merenggut mimpi
Salahkan ketika suara saya terlalu tinggi
Katanya bagus tapi tak diperbaiki
Pemikiran yang mulai kusam ditelan arus zaman

Seolah tidak ada masalah tetapi ternyata stuck di keyakinan usang
Ramai bak suara kebahagiaan
Ternyata saling menyimpan dendam untuk masa depan
Akhirnya sama-sama tak ada yang memiliki keyakinan utuh

Hidup kian bersaing tapi mimpi yang dipupuk yang tumbuh
Tepuk tangan hebat untuk mereka
Biarkan semesta yang berbicara. 

Biodata Penulis

Mamay Nurbayani adalah mahasiswa semester lima Universitas Muhammadiyah Jakarta jurusan pendidikan bahasa inggris, aktif di organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat FIP Cabang Cirendeu

Posting Komentar

0 Komentar