Selama Pembelajaran Daring, Guru Dituntut Kreatif


 

GHIRAHBELAJAR.COM, JAKARTA – Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP Uhamka mendapatkan mata kuliah Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) tahap 1. Dalam mata kuliah tersebut, para mahasiswa terjun langsung ke sekolah. Rangkaian kegiatan yang diikuti, di antaranya pembekalan dan sosialisasi PLP1, pengamatan atau observasi sekolah, wawancara kepala sekolah dan guru pamong, video hasil wawancara, laporan akhir PLP 1, dan publikasi berita online.

Kelompok mahasiswa PBSI FKIP Uhamka yang menggelar PLP1 kali ini terdiri atas enam orang, yakni Istiqomah Ramdhaniyah, Dhiba Riswinda Fajar, Hesti Yulia Rahmawati, Kurnia Luvitha Witrianti, Nurul Rohmah Suhaemah, dan Sekar Pratiwi. Mereka menjalani Pengenalan Lapangan Persekolahan 1 (PLP 1) di SMP Islam Al-Azhar 9.



Perwakilan mahasiswa, Istiqomah Ramdhaniyah, mengatakan bahwa kegiatan PLP 1 2021 ini dilaksanakan pada masa pandemi dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Dia juga menjelaskan, lokasi yang strategis, akses dan perizinan yang mudah, serta lingkungan yang nyaman menjadi alasan kegiatan PLP 1 diadakan di SMP Islam Al-Azhar 9.

Selain itu, para mahasiswa juga melakukan wawancara dengan pihak sekolah. Mahasiswa PBSI Uhamka mewawancarai kepala sekolah dan guru pamong pada Senin, 27 September 2021. Isi wawancara tersebut mengenai struktural dan tata kerja sekolah, peraturan dan tata tertib sekolah, kegiatan seremonial dan formal sekolah, serta kegiatan pembelajaran baik daring, luring, maupun blended pada kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.

“Dengan diadakannya PLP1 ini kita dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan sekolah dan pemahaman mengenai pembelajaran serta pengajaran pada saat pandemi seperti sekarang ini,” ujar salah satu mahasiswa, Istiqomah.



“Kondisi pandemi membuat kita harus menyesuaikan pembelajaran. Mau tidak mau memang kita harus beradaptasi dengan teknologi pembelajaran secara daring,” ujar Pak Amirudin selaku Kepala SMP Islam Al-Azhar 9. Dengan demikian, dia mengatakan bahwa pada zaman sekarang seorang tenaga pendidik mesti beradaptasi dengan teknologi untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar.

Tak dapat dimungkiri, dia melanjutkan, setiap hal yang sudah dilakukan secara maksimal pasti ada kendala dan hambatan yang dialami dalam proses tersebut. Ketika mengajar dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ), tenaga pendidik pun mengalami kendala baik dari media pembelajaran yang digunakan maupun dari individu masing-masing.

“Pembelajaran jarak jauh yang kita nggak ketemu anak sama sekali itu, kendalanya anak tidak aktif ya kurang aktif. Yang biasanya mungkin kalau dikelaskan sudah sahut-sahutan terus mungkin ada yang ngobrol sama temannya, aktif, seru gitu ya suasana kelas. Nah, kalau masa daring ini masa PJJ ini hening gitu ya. Terus harus dipaksa-paksa untuk ‘ayo coba buka suaranya, unmute’ gitu. Susah ya agak susah cuman karena di iming-iming atau diberikan kesempatan dengan penilaian Alhamdulillah-nya sih masih bisa teratasi,” ujar Ira selaku guru Bahasa Indonesia SMP Islam Al-Azhar 9, Senin (27/9).



Ira juga menjelaskan, meskipun mengalami banyak kendala, tenaga pendidik masih memiliki cara untuk mengatasinya. Dengan demikian, kata dia, semangat dan motivasi dalam menyampaikan ilmu kepada anak didiknya tak goyah. “Begitu pun anak didik tetap merasa nyaman dan berusaha lebih aktif kembali dalam kegiatan belajar mengajar,” ujar Ira.

Posting Komentar

1 Komentar