Merawat Mental Health Selama Pandemi



GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh: Chafidah Yasmin Azzukhruf

Sudah hampir dua tahun pandemi Covid melanda kehidupan kita. Berbagai upaya telah dilakukan khususnya di Indonesia. Data Kemenkes menyebutkan, sampai 12 November 2021, Indonesia telah melaporkan 4.250.157 kasus positif menempati peringkat pertama terbanyak di Asia Tenggara. Dalam hal angka kematian, Indonesia menempati peringkat ketiga terbanyak di Asia dengan 143.628 kematian.

Namun, angka kematian diperkirakan jauh lebih tinggi dari data yang dilaporkan lantaran tidak dihitungnya kasus kematian dengan gejala Covid-19 akut yang belum dikonfirmasi atau dites. Sementara itu, diumumkan 4.097.224 orang telah sembuh, menyisakan 9.305 kasus yang sedang dirawat. Pemerintah Indonesia telah menguji 33.203.073 orang dari total 269 juta penduduk, yang berarti hanya sekitar 123.155 orang per satu juta penduduk.

Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani pandemi Covid, yaitu lockdown dengan diberlakukannya PSBB dan PPKM, bantuan sosial dan sejumlah insentif lain bagi masyarakat terdampak pandemi serta para pelaku UMKM, dan adanya program vaksinasi Covid-19. Karena adanya PSBB dan PPKM, membuat banyak karyawan yang dirumahkan juga dipecat dan sebagian usaha mengalami kerugian sampai harus menutup usahanya.

Kemudian adanya berita-berita hoaks tentang vaksinasi yang sangat meresahkan membuat masyarakat takut untuk divaksinasi. Dari beberapa hal ini, seseorang bisa mengalami gangguan kecemasan, stres, depresi, bahkan trauma karena menjadi pengangguran, bangkrut, takut, dan sebagainya.

Berdasarkan persentase dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan menemukan kenaikan gangguan cemas sekitar 6,8 persen. Sedangkan angka pada gangguan depresi mengalami peningkatan sebesar 8,5 persen. Menurut data dari Kemenkes sepanjang 2020, sebanyak 18.373 jiwa mengalami gangguan kecemasan, lebih dari 23 ribu mengalami depresi dan sekitar 1.193 jiwa melakukan percobaan bunuh diri.

Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kemenkes, Celestinus Eigya Munthe, mengatakan bahwa untuk mengatasi masalah tersebut pihaknya telah mengupayakan agar seluruh puskesmas dapat melakukan pelayanan kesehatan jiwa. Namun kurang lebih dari 10 ribu puskesmas di seluruh Indonesia, baru sekitar 6.000 puskesmas yang memberikan layanan kesehatan jiwa (mental health). Hal itu disebabkan karena beberapa faktor, yakni kurangnya sumber daya manusia kesehatan dan kurangnya sarana prasarana yang memadai.

Merawat Mental Health


Seberapa penting kesehatan mental (mental health) bagi kehidupan? Kesehatan mental (mental health) dapat membantu seseorang untuk berkonsentrasi dan memfokuskan diri dengan baik. Dengan keadaan psikis yang baik, maka seseorang bisa menghadapi orang lain, berpikir ke arah yang baik, dan bisa menentukan preferensi yang membantu dirinya dalam menjalani kehidupannya.

Apa yang terjadi jika tidak menjaga kesehatan mental (mental health)? Jika tidak menjaga banyak hal akan terjadi, bisa saja memiliki keinginan untuk bunuh diri, gangguan kejiwaan, perasaan tidak aman dalam hidup, halusinasi, dan lainnya.

Bagaimana cara menjaga kesehatan mental (mental health)? Pertama, membiasakan diri dengan berpikir positif, tidak berlebihan, memaafkan diri sendiri di masa lalu supaya bisa memfokuskan diri dengan tantangan di masa sekarang dan masa depan. Kedua, menjaga pola makan dan tidur. Sering mengonsumsi makanan sehat yang seimbang dengan nasi dan sayur atau ikan, tidak sering mengonsumsi gorengan, makanan instan, dan sebagainya. Tidur lebih awal dengan bangun pagi, tidur di tempat yang nyaman.

Ketiga, menjalankan hobi atau kebiasaan baik yang membuat tenang atau senang Ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan dimanapun seperti bersepeda, membaca, melukis, memasak, dll. Saat ini, ada banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan bahkan menghasilkan uang, yaitu menjadi content creator, atau membuka usaha secara online. Kebiasaan baik akan membuat seseorang merasa aman, tenang, dan nyaman. Ada banyak hal positif yang bisa dilakukan daripada harus melakukan hal yang tidak baik, seperti mengganggu orang lain.

Keempat, mendukung dan membantu dalam keluarga dan masyarakat. Bersosialisasi untuk bisa mengetahui masalah lalu membantu dan mendukungnya. Setidaknya memiliki hubungan sosial yang baik dalam keluarga, jika tidak keluarga bisa teman, bisa tetangga, atau yang lainnya. Terakhit, menghargai masalah orang lain. Tidak menghina dan tidak membandingkan masalah kita dengan masalah orang lain. Seberapa besar dan kecilnya sebuah masalah, semua sudah ada porsinya masing-masing. Cukup dengarkan dan bantu mereka, dengan doa atau dukungan sudah sangat membantu.

Dr. Erickson Arthur Siahaan, Sp.KJ yang merupakan psikiater dan influencer menjelaskan bahwa untuk menjaga kesehatan mental (mental health) harus dimulai dengan mengenali diri dan emosi kita sendiri. Kemudian disusul dengan usaha mengelola stres, mengenali emosi, mengalokasikan waktu untuk diri sendiri, sekaligus tetap mempertahankan kegiatan bersosialisasi.

Posting Komentar

0 Komentar