Aeshnina, Gadis Belia yang Jadi Narasumber Plastic Health Summit Belanda


GHIRAHBELAJAR.COM - Namanya adalah Aeshnina Azzahra Aqilani. Gadis usia 14 tahun yang punya perhatian lebih terhadap dunia lingkungan. Sejak kecil, Nina—sapaan akrabnya—sudah aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan, mengikuti kedua orang tuanya yang mengupayakan penyelesaian masalah plastik di sungai. Saat itulah ia sering melihat sampah dan plastik merusak sungai, bahkan segala hal di dalamnya.

Kedua orang tuanya, selalu mengajak Nina dalam penelitian masalah plastik. Nina dan keluarganya fokus pada masalah plastik sekali pakai. Mereka mendorong masyarakat agar bisa memilah dan memisahkan sampah sejak dari rumah.

Nina dan kedua orang tuanya tak bosan mengedukasi masyarakat mengenai bahayanya membakar sampah. Tak sampai di situ, Nina juga melakukan protes dengan mengirim surat kepada Kedutaan Australia untuk Indonesia, Kedutaan Jerman untuk Indonesia, dan sebagainya. Hal itu ia lakukan sejak 2020.

Perempuan kecil berhijab ini tegas, meminta negara-negara itu untuk berhenti mengirim sampah plastik ke Indonesia. Berkat aksinya ini ia sampai menjadi perbincangan media internasional.

Nina Mendunia


Beberapa waktu yang lalu, Nina dipercaya menjadi salah satu narasumber di Plastic Health Summit Belanda. Selain itu, ia juga menghadiri konferensi COP26 di United Kingdom. Pengalaman menjadi pembicara di Plastic Health Summit Belanda merupakan yang pertama kalinya. Dia juga baru pertama kali ke Eropa. Di sana, ia memberitahu warga Belanda soal sampah mereka yang dikirim ke Indonesia secara ilegal hingga mencemari lingkungan.

Pelajar kelas IX di SMP Negeri 12 Gresik ini menyaksikan beberapa peserta menitikkan air mata setelah tahu lokasi pembuangan akhir sampah impor di Indonesia. “Tujuan konferensi itu adalah untuk mengedukasi banyak orang tentang penelitian yang dilakukan para ahli di Belanda tentang bahaya temuan mikroplastik di plasenta, darah dan di buah,” kata dia, dikutip Republika, Jumat (3/11).

Selama berada di Belanda, Nina mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman baru. Dari sana, gadis kelahiran Sidoarjo, 17 Mei 2007 ini bisa mengetahui bahwa secanggih-canggihnya teknologi yang dimiliki suatu negara, pengolahan sampah plastik tetaplah dianggap sebagai sesuatu yang sangat susah dan mahal.

Kendati begitu, Nina berharap Pemerintah Indonesia mengambil langkah cepat. Jangan hanya bicara dan berjanji manis, tapi segeralah melakukan aksi nyata dalam pengelolaan sampah plastik. Menurut Nina, bila masalah lingkungan ini diabaikan, generasi muda akan tertimpa dampak buruknya.

Posting Komentar

0 Komentar