Problematik Penggunaan Bahasa Gaul oleh Remaja


GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh: Siti Nurul Huda Jamil*

Bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa manusia dapat saling berkomunikasi. Selain itu, bahasa digunakan untuk menyampaikan sebuah ide, gagasan, pendapat, perasaan, dan pikiran kepada orang lain. Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan untuk berkomunikasi.

Jadi, makin berkembangnya zaman, bahasa mengalami keberagaman, dan keanekaragaman pemakaian bahasa disebut sebagai variasi bahasa. Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya variasi bahasa, yaitu pemilihan terhadap salah satu ragam bahasa yang dipengaruhi oleh faktor kebutuhan penutur atau penulis akan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi.

Bahasa Indonesia juga dikenal dalam dua bentuk, yaitu bahasa Indonesia baku dan tidak baku. Bahasa Indonesia baku merupakan bahasa yang memenuhi kaidah berbahasa yang baik dan benar. Biasanya digunakan dalam situasi formal atau resmi. Sedangkan, bahasa Indonesia yang tidak baku merupakan bahasa yang tidak memenuhi kaidah berbahasa yang baik dan benar. Bahasa tidak baku digunakan dalam situasi tidak formal atau santai.

Bahasa tidak baku banyak digunakan oleh para remaja. Penggunaan bahasa Indonesia baku tidak berarti baik. Adapun bahasa yang baik adalah bahasa yang situasional, artinya penggunaan bahasa disesuaikan pada situasi ketika penutur dan mitra tutur berbicara. Penggunaan bahasa tidak baku di kalangan remaja dikenal dengan istilah slang.

Bahasa slang


Gaya bahasa slang merupakan pengunaan kosakata yang mencirikan gaya informal. Slang juga merupakan kawasan kosakata. Slang bisa disebut dengan bahasa gaul. Slang yaitu variasi ujaran yang dicirikan dengan kosakata yang baru ditemukan dan cepat berubah, dipakai oleh anak muda atau kelompok-kelompok sosial dan cenderung tidak diketahui oleh pihak lain dalam masyarakat tersebut.

Bahasa slang muncul akibat pengaruh lingkungan. Kemunculan bahasa slang berasal dari kesepakatan kelompok orang atau remaja dan hanya dimengerti oleh anggota kelompok tersebut. Keinginan perbedaaan dengan bahasa yang lain merupakan tujuan kelompok orang atau remaja tertentu, sehingga orang lain tidak akan mengerti bahasa komunikasi tersebut. Bahasa slang terbentuk berdasarkan konvensi di antara pengguna bahasa.

Konvensi adalah kesepakatan. Artinya, para pengguna bahasa telah menyepakati untuk menggunakan bahasa slang tersebut dalam lingkungan pergaulannya. Ada beberapa contoh misalnya, kata “sabi” yang artinya bisa kerap digunakan oleh para remaja untuk mengungkapkan sesuatu yang mereka rasa mampu melakukannya.

Kata “mager” yang artinya bisa dikatakan dengan males gerak.

Contoh:

Siska: “Ayo kita belajar masak-masak.”

Alika: “Aku mager (males gerak).”


Ada contoh lain juga yang sering kita gunakan yaitu penggunaan kata “anjir” dan “kuy”. Kata “anjir” dan “kuy” tidak hanya digunakan oleh remaja di kota, saat ini remaja di daerah perkampungan pun telah menggunakan kata tersebut. Bahasa gaul ini salah satu cabang bahasa dari bahasa Indonesia. Bahasa gaul pada umumnya mulai muncul di kalangan masyarakat pada tahun 1980–an.

Bahasa prokem


Pada 1980–an bahasa gaul lebih dikenal dengan bahasa prokem. Bahasa prokem saat itu digunakan oleh kalangan pergaulan preman. Penggunaan bahasa prokem ini dapat dikatakan sebagai kode yang digunakan oleh kelompok tertentu. Dapat dikatakan sebagai kode karena makna dari bahasa prokem setiap kelompok dapat berbeda-beda. Makna dari bahasa tersebut hanya diketahui oleh anggota kelompok tersebut saja.

Pada awalnya penggunan bahasa prokem ini bertujuan untuk merahasiakan isi obrolan dari kelompok tertentu. Penggunaan bahasa prokem oleh preman saat itu tidak digunakan pada situasi dan tempat yang khusus, melainkan pada situasi dan tempat yang umum. Terlalu seringnya menggunakan bahasa prokem ini menjadikan orang awam yang bukan anggota kelompok tersebut lama kelamaan akan mengerti makna dari bahasa sandi tersebut.

Pada akhirnya penggunaan bahasa prokem ini tidak hanya digunakan oleh kalangan anggota kelompok tertentu saja. Orang awam yang bukan anggota dari kelompok tersebut juga mulai menggunakan bahasa prokem dalam kehidupan sehari-hari mereka. Oleh karena itu, makna dari bahasa prokem tidak lagi menjadi bahasa yang memiliki makna rahasia.

Seiring berjalannya waktu, sejalan dengan adanya perkembangan teknologi komunikasi menyebabkan perkembangan bahasa menjadi pesat. Selain perkembangan teknologi komunikasi ini mendorong perkembangan bahasa, tetapi juga menimbulkan masalah mengenai keberadaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini didukung dengan mulai munculnya situs jejaring sosial di dunia maya yang digunakan oleh masyarakat. Penggunaan jejaring sosial ini memudahkan seseorang dalam mengetahui perkembangan bahasa yang ada. (editor: ahmad).

*Penulis Mahasiswa Fakultas Sastra Indonesia Universitas Pamulang (Unpam)

Posting Komentar

0 Komentar