Soal Fenomena Bahasa Anak Jaksel, Ini Tiga Cara Perubahan Bahasa


GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh: Zahra Melaningtyas*

Indonesia memiliki bahasa yang beragam. Namun, banyak sekali bahasa yang dipakai oleh anak zaman sekarang. Munculnya kosakata baru membuat bahasa menjadi beragam bentuk. Dikutip dari artikel Karlina berjudul “Analisis Sosiolinguistik Perubahan Bahasa pada Masa Pra-Pasca Pubertas”, Holmes mengatakan, perubahan bahasa dapat terjadi melalui tiga cara. Yang pertama adalah dari kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya (from group to group), atau bisa dibilang dari circle pertemanan mereka.

Circle pertemanan sangat menentukan bahasa yang akan di gunakan. Biasanya kaum milenial akan menggunakan bahasa yang lebih frontal dibandingkan di rumahnya. Sebab, mereka merasa bahwa mereka memiliki kesetaraan umur atau derajat, dan kebebasan untuk berbicara satu sama lain.

Misalnya: "Gimana bor besok? Jadi main?" Kata "bor itu adalah kata ganti dari "bro". "Bro" sendiri merupakan penyingkatan dari kata "brother" yang artinya kakak laki-laki. Namun, pada zaman sekarang ini, bro merupakan kata panggilang akrab dari lawan tutur satu ke yang lainnya. Bila kita memiliki jangkauan sosialisasi yang luas, maka kata tersebut dapat menyebar.

Yang kedua adalah gaya bahasa ke gaya bahasa yang lain (from style to style). Gaya bahasa anak milenial sekarang juga memiliki gaya bahasa dimana bahasa tersebut terdapat bahasa campuran. Anak milenial atau misalnya anak Jaksel (Jakarta Selatan) memiliki gaya bahasa campuran, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (English).

Misalnya: "Seriously, today Jakarta hot banget. Gue bener-bener not understand lagi sih sama cuaca in Jakarta." Gaya bahasa anak Jaksel ini, menurut mereka bahasa tersebut merupakan bahasa kaum untuk zaman now.

Kemudian, yang ketiga adalah penyebaran dari kata ke kata yang lain (from word to word). Kata dalam bahasa Indonesia banyak yang berubah, misal kata "sudah" perubahan bahasa nya menjadi "udah" jarang sekali pada zaman sekarang, orang-orang menggunakan kata "sudah".

Biasanya kata "sudah" hanya di gunakan untuk berbicara formal saja. Bila tidak berbicara formal, maka hanya kata "udah" yang dipakai. "Kamu udah makan belum?" di balik kalimat tersebut juga bisa disingkat lagi menjadi "Kamu dah makan belom?". Nah, kata "udah" ini bila diucapkan huruf "U" nya seperti ditiadakan, lalu kata "belum" huruf "U" nya menjadi "O" jadi perubahan bahasa sekarang bila tidak berbicara formal, akan banyak bermunculan kosakata baru dan lebih singkat.

Selain itu, kita juga harus mempertahankan bahasa Indonesia kita dengan cara berbahasa Indonesia sendiri. Tidak dengan mencampur-campurkan kata kedalam pembicaraan. Kita juga harus tau siapa lawan bicara kita, kita tidak bisa seenaknya mengubah bahasa bila sedang berbicara dengan orang yang lebih tua daripada kita, ataupun kepada orang yang tidak dikenal. Sebisa mungkin kita berbahasa yang baik dan benar. Setidaknya, itu menjadi upaya agar kita dapat mempertahankan bahasa Indonesia.

Biodata: Zahra Melaningtyas merupakan mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas Pamulang. Anak kedua dari dua bersaudara ini, selain kuliah, juga sibuk berdagang makanan untuk menambah uang saku.

Editor: Ahmad

Posting Komentar

0 Komentar