Alih Kode dan Campur Kode


GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh: Aqilah Agdis Diati*

Pernahkah kamu mendengar seseorang berbicara bahasa Indonesia dengan bahasa asing atau bahasa daerah secara bersamaan dalam satu kali ujaran? Atau justru kita sendiri yang sering melakukan hal tersebut? Yap! Memang sering kali secara sadar atau tidak sadar kita melakukan ujaran dengan memasukkan unsur bahasa lain ke dalam bahasa utama kita.

Misalnya, bahasa utama kita adalah bahasa Indonesia, lalu kita mamasukkan unsur bahasa asing seperti bahasa Inggris atau bahasa daerah. Namun, kamu tidak perlu khawatir dan risau dengan hal itu karena setelah ini kita akan membahas kedua fenomena bahasa tersebut yang sering terjadi pada masyarakat!

Penggunaan bahasa yang berbeda yang dilakukan oleh kita sebagai penutur merupakan akibat pasti dari fenomena kedwibahasaan atau multilingualisme, yang berujung pada alih kode dan campur kode. Fenomena kebahasaan ini tidak lain terjadi masyarakat terbuka atau masyarakat multilingual, yaitu masyarakat yang melakukan kontak bahasa atau hubungan bahasa dengan masyrakat lain.

Nah, apabila masyarakat itu tertutup dan tidak mau melakukan kontak atau hubungan bahasa dengan masyarakat lain, maka dalam masyarakat tersebut tidak akan ada fenomena kebahasaan baik alih kode maupun campur kode. Dan mereka disebut masyarakat monolingualisme.

Lalu, apa sih yang dimaksud alih kode dan campur kode? Menurut Apel (1976: 79), alih kode adalah gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Sedangkan pengertian alih kode yang paling umum enurut Myres dan Scotton (1993) dalam Harya (2018), adalah penggunaan dua ragam atau variasi (kode) bahasa dalam percakapan yang sama.

Kemudian, dalam peralihan kode yang dilakukan oleh penutur terdapat dua bentuk. Apabila kita melakukan ujaran seperti bahasa Indonesia dengan bahasa daerah, maka hal tersebut merupakan alih kode kedalam atau disebut alih kode internal. Alih kode internal adalah terdapatnya serpihan bahasa yang berlangsung dengan bahasa sendiri, seperti bahasa indoenesia dengan bahasa daerah lainnya yang berada di Indonesia.

Sedangkan, apabila kita melakukan peralihan kode seperti bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris, Arab, Jepang, atau bahasa dari negara lain, maka disebut alih kode ke luar atau alih kode eksternal. Alih kode eksternal adalah serpihan bahas yang terdapat dalam tuturan yang berasal dari bahasa luar atau bahasa asing. Kemdian, harus kita ketahui bahwa antara alih kode dengan afiksasi, interferensi, dan pentransferan adalah berbeda. Dalam alih kode, konteks bukanlah menjadi faktor utama atau satu-satunya faktor yang menyebabkan penutur melakukan alih kode. Melainkan pendidikan, dan latar belakang sosial lah yang merupakan faktor pendorong seseorang melakukan alih kode.

Agar lebih paham, yuk simak contoh alih kode dalam sebuah ilustrasi.

Aqila: Shinta, bade kamana?

Shinta: Urang bade ka warung salajengna, hoyong nyobian bakso di dinya. Ceuk ngeunah, Aqila.

Aqila: Ih hoyong atuh, da abdi hoyong nyobian oge, hehe.

Rima: Ih kalian ngomong apa sih, ga ngerti.

Shinta: Itu Aqila tadi nanya mau kemana, Shinta mau ke warung sebelah mau nyobain bakso di situ. Kata orang-orang enak. Aqila mau ikut deh.

Dosen: Aqila, hari ini ada jam saya ya? Tolong beritahu teman-teman saya tidak bisa hadir, di ganti tugas saja.

Aqila: Baik, pak. Nanti saya sampaikan ke teman-teman di kelas.

Nah, dari ilustrasi di atas menunjukkan adanya peralihan kode yang dilakukan oleh Aqila dan Shinta. Pertama, mereka menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa daerah, kemudia beralih menggunakan bahasa Indonesia santai ketika Rima bertanya, dan terakhir menggunakan bahasa Indonesia baku ketika dosen bertanya.

Sekarang, mari kita move on ke campur kode. Campur kode atau codemixing adalah proses mencampur kode-kode bahasa satu dengan bahasa lainnya. Jadi, jika pada alih kode mengalihkan satu bahasa ke bahasaain, maka pada campur kode adalah mencampur satu bahasa ke bahasa lain. 

Hal ini adalah untuk memperluas gaya bahasa yang digunakan oleh penutur. Campur kode ini terjadi ketika kita berbicara dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama kita, lalu kita mencampurkannya dengan bahasa asing seperti bahasa Inggris, Arab, dan bahasa lainnya di luar Indonesia. Agar lebih paham, yuk, simak ilustrasi di bawah ini.

Lidya: Hari ini aku mau ke party-nya Putri.

Danira: Wah! Pasti seru! Yaudah siap-siap dulu aja, Have fun ya!

Nah, pada ilustrasi di atas, menunjukkan terjadinya campur kode yang dilakukan oleh penutur dan lawan tutur. Keduanya mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris dalam tuturannya. Campur kode yang dilakukan oleh penutur dan lawan tutur terjadi karena sekadar ingin santai, juga bahasa yang dipakainya tidak mempunyai ungkapan untuk konsep yang akan dikemukakan.

Intinya, alih kode dan campur kode mirip, tapi tak serupa. Pada alih kode, dilakukan oleh seseorang dengan maksud dan tujuan khusus tertentu, prosesnya adalah mengihkan satu bahasa ke bahasa lainnya, dan dilakukan pula secara disengaja dan secara sadar oleh penutur karena suatu sebab. Sedangkan pada campur kode, dilakukan oleh seseorang tanpa adanya maksud dan tujuan apapun, prosesnya mencampur kode-kode bahasa satu dengan bahasa lainnya, dan dilakukan oleh penutur secara tidak sadar, atau biasa kita sebut refleks.

*Mahasiswa Universitas Pamulang

Posting Komentar

0 Komentar