Kitab Medsos, Panduan Santri Buat Ngonten



GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh: Ahmad Soleh

Kita hidup di era media sosial. Di mana segala perkara hari ini begitu riuh ramai menjadi perbincangan di akun-akun media sosial, kolom komentar, ataupun status. Kondisi ini tak lepas dari kian pesatnya teknologi informasi. Tentu kita mesti lebih membuka mata terhadap kondisi ini. Pilihannya hanya ada dua, menjadi komentator yang mengisi kolom-kolom komentar atau menjadi konten kreator yang menyediakan informasi menarik bagi netizen.

Seruan untuk melek medsos tidak hanya hadir bagi kalangan milenial atau para pegiat medsos saja, hal ini disadari betul oleh tim Aisnu atau Arus Informasi Santri Nusantara. Aisnu merupakan komunitas pegiat literasi di kalangan santri di seluruh Indonesia. Demi merespons kondisi jagat medsos yang kian riuh dengan berbagai informasi, Aisnu menerbitkan buku bertajuk Kitab Medsos; Rujukan bagi Santri untuk Menjadi Kreator Konten.

Buku panduan ringkas ini menyajikan pengetahuan mendasar seputar dunia permedsosan. Misalnya pembahasan mengenai strategi dakwah media, dakwah di ruang digital, how to make creative idea, digital story telling. Kemudian tak dilupakan juga pembahasan soal algoritma serta terakhir membahas sampai tahap teknis tentang bagaimana menjadi kreator konten di Instagram.

Dalam pengantar buku ini, Waryono Abdul Ghafur, direktur PD Pontren Kemenag RI, mengungkapkan, literasi digital juga harus dipelajari oleh santri sekaligus siapa saja yang ada di pesantren untuk melihat perkembangan ilmu pengetahuan sekaligus teknologi secara bersamaan. Menurut dia, santri dituntut untuk melek literasi digital. Hal itu menjadi tantangan bagi kaum santri di masa kini, di mana hoaks kian bertebaran di jagat digital.

“Sebagai bekal ilmu bagi santri agar tidak mudah percaya berita bohong (hoaks), terpapas radikalisme, dan segala hal negatif yang bersumber dari internet,” ujarnya. Kemampuan literasi digital, menurut dia, dibutuhkan agar seseorang bisa menyaring dan mencerna informasi sehingga lebih bijak dalam menyikapi berbagai isu yang didapatkan di jagat digital, kritis, dan tidak gampang terprovokasi.

Dalam Kitab Medsos ini juga dijelaskan empat poin mengenai sikap bijak dalam bermedsos. Pertama, mencerna dan bertabayun mengenai informasi yang didapatkan. Kedua, menyebarkan kebenaran, meski hanya dengan merepost postingan tanpa menghapus watermark. Ketiga, kita mesti berani melakukan klarifikasi apabila ada berita hoaks atau tidak benar, jika kita mengetahui informasi yang valid atau sumber yang lebih bisa dipercaya. Keempat, melihat peluang dalam bermedia sosial, misalnya potensi dakwah, pendidikan, sosial, bisnis, dan sebagainya yang mengarah pada hal positif.

Selain itu, kita juga diajak untuk kritis melihat media massa. Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengecek media tersebut: Pertama, kita bisa lihat dari sisi penulis, dewan redaksinya, dan siapa saja jajaran pengelolanya. Dari situ bisa kita lihat latar belakang medianya beraliran apa dan siapa pemiliknya. Kedua, sumbernya dari mana? Kita bisa mengecekdengan masuk medianya dan melihat latar belakang pendirian medianya. Kita juga bisa mengecek referensi dari setiap konten yang disajikan.

Ketiga, ini yang paling mudah dirasakan. Apakah media tersebut bersifat provokatif. Jika sering menyajikan berita-berita yang provokatif dan meresahkan masyarakat, bisa jadi ada kepentingan di baliknya yang merugikan kita. Kita berusaha kritis tanpa langsung menuduh sebelum memiliki banyak bukti. Ketiga hal ini penting diperhatikan dalam menganalisis keberadaan media. Utamanya supaya kita tidak terjebak dalam perangkap media yang memiliki tujuan tertentu dengan cara-cara yang licik.

Selain bicara analisis media dan kontennya, buku ini juga menyarankan agar para pembaca—khususnya santri—bisa memanfaatkan daya kreatifnya untuk menyajikan konten bermanfaat. Baik itu dalam rangka dakwah, pendidikan, maupun sekadar berbagi inspirasi dan kebaikan. Untuk mengembangkan dan mengasah ide kreatif dalam pembuatan konten, Kitab Medsos memberikan beberapa tips, di antaranya: (1) mengasah cognitive flexibility atau flexibility thinking, yaitu cara berpikir yang fleksibel, tidak kaku, berpikir dinamis, tidak statis.

(2) Mengantisipasi kebuntuan dalam mencari ide kreatif dengan mencari momentum atau proses kreatif. Momen atau proses kreatif harus dikondisikan seorang kreator agar bisa menciptakan konten secara produktif dan mengalir. (3) Kenali dan pahami ways of thinking. Adapun ways of thinking tersebut yaitu analitical thinking, crtitical thinking, computational thinking, dan system thinking.

Selain itu, yang penting juga untuk diketahui yaitu bagaimana kita menentukan pasar atau target audiens. Sebab, hal itu bakal berpengaruh pada konten seperti apa yang mesti kita buat. Yang kini gandrung digunakan adalah model konten storytelling dan konten Instagram, berupa postingandan caption atau mikroblog. Buku Kitab Medsos ini memberikan langkah-langkah teknis bagaimana memanfaatkan ruang-ruang medsos itu untuk menggali kreativitas sekaligus berperan dalam meramaikan jagat maya dengan konten-konten positif.

“Kita bisa berkarya dengan rasa hormat dan menjadi terhormat dengan karya kita. Jangan sampai kita menghinakan diri dengan memproduksi atau mengunggah konten yang tidak pantas atas nama santri.” (Kitab Medsos halaman 88).

Jika berminat untuk mendapatkan buku Kitab Medsos secara gratis, silakan klik pranala ini: DAWUH GURU  

Posting Komentar

0 Komentar