Menyoroti Islam dan Ragam Pemahamannya



GHIRAHBELAJAR.COM – Keberagaman dalam ekspresi keislaman adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dimungkiri. Sejak zaman Rasulullah, perbedaan pendapat di kalangan Sahabat sudah lumrah terjadi. Begitu pun hingga hari ini. Penyelesaiannya pun dilakukan dengan dialog, dengan cara-cara yang damai. Hal itu disoroti dengan tangkas dengan cerdik oleh Robby Rodliyya Karman dalam buku Satu Islam Ragam Pemahaman.

Menurut Robby, perbedaan merupakan keniscayaan, tetapi perbedaan itu bukan menjadi alasan untuk saling bermusuhan. “Islam itu satu, Alquran dan sunah itu satu, tapi memang pemahaman terhadap yang satu itu banyak. Jangankan dari yang berbeda firkah (sekte), jangan dari yang berbeda mazhab, jangankan dari yang berbeda pesantren, jangankan dari yang berbeda guru, dari satu orang saja bisa keluar pendapat yang berbeda. Misalnya, Imam Syafii ketika di Baghdad berbeda pemahamannya dengan saat di Mesir. Sehingga muncul istilah qaul qadim dan qaul jadid,” kata Robby dalam bukunya bertajuk Satu Islam Ragam Pemahaman (halaman 1).

Penulis yang merupakan kader Muhammadiyah yang pernah nyantri di Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Garut, Jawa Barat, ini menyajikan percikan-percikan pandangannya seputar isu-isu keislaman sehari-hari. Terutama yang ramai dibincangkan di media sosial dan jagat digital.

Dalam buku dengan tebal 157 halaman itu, Robby juga mengutarakan berbagai gagasan mulai dari perkembangan tasawuf, kesetaraan gender, nasionalisme dan khilafah, hingga kritik terhadap aksi terorisme yang dilandasi semangat jihad. Dia mengemukakan, terorisme tak ubahnya bagai kanker peradaban. “Apakah pemahaman agama yang membenarkan tindakan terorisme adalah pemahaman agama yang benar? Pemahaman tersebut adalah sesat walau mereka punya sejumlah dalil untuk melegitimasi tindakannya.” (halaman 85).

Terkait argumentasi yang menyebut terorisme sebagai tindakan jihad ataupun narasi Islamofobia, Robby memberikan pernyataan yang menyentil. Robby mengungkapkan, “Terorisme tetaplah terorisme apa pun alasan dan konspirasi di baliknya. Yang harus kita lakuka adalah bersimpati kepada korban. Kita harus mengutuk dan menjancuk-jancukkan pelakunya,” ungkapnya. Dia melanjutkan, jangan takut dituduh Islamofobia hanya karena bilang jancuk kepada pelaku bom bunuh diri.

Untuk soal terorisme dan ekstremisme, tentu saja tidak ada agama manapun yang mendukung tindakan keji dan tidak berperikemanusiaan semacam itu. Namun, anggapan-anggapan semacam itu tetap ada, bahkan sebagian kecil umat Muslim di Indonesia pun ada yang terpikat dan mengimani paham jihad-teror semacam itu. Terlebih, Islam merupakan agama rahmatan lil alamin yang menjamin keselamatan umat manusia.

Selain itu, Robby juga menaruh perhatian pada isu-isu lain, seperti yang sempat dan selalu ramai di negeri ini, yaitu Islam dan politik. Dalam tulisan berjudul “Bolehkah Berpolitik di Masjid” misalnya, Robby mengungkapkan bahwa di tengah masyarakat kita muncul gerakan atau imbauan yang menyerukan agar masjid menjadi tempat menuangkan ide-ide politik, baik lewat pengajian maupun ceramah. Meski begitu, Robby menilai, membawa politik ke masjid tak ubahnya mengotori kesucian tempat ibadah umat Islam tersebut.

Untuk meluruskan pandangan dan pendapat yang saling bertabrakan di luar sana, Robby memberikan penjelasan yang cukup menarik. “Sebenarnya berpolitik di dalam masjid itu bisa boleh bisa juga tidak. Masalahnya politik yang seperti apa dulu?” Dia menjelaskan dengan mengutip pendapat Amien Rais, bahwa politik ada dua kategori yakni high politic dan low politic. Menurut Robby, berdasarkan penejlasan yang ia kutip, yang boleh dilakukan di masjid adalah high politic. Seperti apa itu? “Masjid jangan hanya membahas rukun iman dan Islam saja, namun tak ada salahnya membahas tentang seruan antikorupsi. Tak ada salahnya juga di dalam khutbah Jumat misalnya membahas tentang kriteria pemimpin dalam perspektif Islam, misalnya.” (halaman 66).

Pada bab terakhir, sebagai kader Muhammadiyah yang pernah menjabat sebagai Sekjend DPP IMM, Robby juga memberikan percikan-percikan pemikiran Islam berkemajuan. Di bagian itu, Robby membahas hal-hal menyangkut ideologi Muhammadiyah, organisasi, dan isu-isu aktual seputar Muhammadiyah dan kebangsaan.

Buku ini sangat layak ada di rak buku, terutama bagi kita yang gemar menyoroti isu-isu terkini seputar keislaman. Lebih dalam lagi, pesan yang ingin disampaikan buku ini adalah bagaimana agar kita bisa saling menghargai dan melihat perbedaan pemahaman tentang Islam itu dengan bijak, kritis, dan cerdas. Ya, karena Satu Islam Ragam Pemahaman.

Identitas Buku


Judul: Satu Islam Ragam Pemahaman
Penulis: Robby Karman
Penerbit: Zalvinsa Lekkas
Tebal: 157 halaman
Cetakan: Pertama, Agustus 2019

Posting Komentar

0 Komentar