Mengenal Bagaimana Struktur Cerita Prosa Bahasa Indonesia



GHIRAHBELAJAR.COM – Cerita prosa adalah salah satu khazanah sastra Indonesia. Bagaimanapun, prosa tidak bisa dilepaskan dari karya sastra dan keterampilan berbagasa. Sebagai orang yang membanggakan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa tentu kita mesti mempelajari bagian-bagian terkecil dari bahasa Indonesia. Salah satunya karya sastra prosa

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah khususnya, kita akan mempelajari apa dan bagaimana sastra Indonesia, mulai dari perkembangan sejarahnya sampai karya-karya sastra kekinian. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa prosa merupakan karangan bebas. Prosa sebagai sebuah karangan atau karya tulis tidak terikat oleh pakem-pakem yang kerap kita temukan dalam karya sastra, seperti rima, irama, dan banyaknya baris dalam karya puisi, syair, atau pantun.

Prosa biasanya digunakan oleh para penulis untuk mendeskripsikan fakta ataupun ide untuk memudahkan menyampaikan kepada pembaca.

Prosa Lama dan Prosa Baru, Apa Bedanya?


Secara waktu, prosa terbagi menjadi dua kategori, yakni prosa lama dan prosa baru. Tentu saja, ini sama seperti sastra yang ada sastra tradisional dan sastra modern. Prosa lama dan prosa baru, supaya mudah kita mesti mempelajari perbedaannya. Kalau prosa lama berisi tentang cerita yang berkaitan dengan adat istiadat, nasihat, ajaran moral, ajaran agama. Disebut prosa lama karena memang jenis prosa ini dibuat pada masa lalu, saat masyarakat masih memegang erat nilai-nilai tradisi dan adat.

Prosa lama, biasanya ditulis oleh penulis anonim atau kalaupun disebutkan namanya ia akan menggunakan nama pena. Nah, udah kebayang kan? Ya, prosa zaman dulu sering kita temui dan baca namun kadang tidak kita kenal siapa sih penulisnya. Ini bisa jadi terjadi karena memang sedang tren demikian, atau memang tidak diketahui penulisnya. Misterius sekali ya.

Sedangkan prosa baru diciptakan di zaman sekarang. Pokok pembahasannya pun lebih kekinian dan mengangkat tema-tema yang relate dengan kehidupan masyarakat modern. Misalnya, persoalan konflik antartetangga, antar kelompok, atau soal politik, atau bahkan soal perselingkuhan dan percintaan. Bisa saja begitu, bergantung bagaimana genre dan topik yang dipilih oleh si penulis.

Prosa Dilihat dari Isi dan Struktur Cerita


Dari segi isi cerita, prosa terdapat dua kategori. Yakni, prosa fiksi dan nonfiksi. Kalian pasti sudah tahu apa beda fiksi dan nonfiksi kan? Ya, prosa fiksi sudah pasti berisi khayalan atau cerita rekaan. Meskipun di dalamnya misalnya ada nama-nama tokoh yang mirip, atau ada kisah-kisah nyata yang diangkat, hal itu hanya dijadikan inspirasi saja. Artinya, yang diceritakan tidak 100 persen berasal dari kenyataan. Sedangkan prosa nonfiksi bercerita tentang fakta-fakta dan kenyataan.

Struktur cerita prosa seperti kita ketahui yakni terdiri atas tema, fakta cerita (alur, penokohan, latar), dan pusat pengisahan serta konflik. Unsur-unsur tersebut membangun prosa menjadi sebuah karya sastra yang utuh. Unsur tersebut juga saling terkait satu sama lain. Ibarat bangunan, maka unsur-unsur itu merupakan bahan-bahan yang bergabung menjadi satu kesatuan yang kemudian kita sebut sebagai karya prosa.

1. Unsur Tema dan Pokok Pikiran


Tema adalah pokok pikiran kita kenal juga sebagai sebuah dasar cerita. Bagian ini adalah fondasinya. Maka, setiap cerita semestinya punya tema dan pokok yang kuat agar ke depannya dapat menjadi karya yang kuat. Dalam penulisan prosa pada umumnya, terdapat dua pola dalam penentuan tema atau topik.

Pertama yaitu pola istana-sentris. Dan kedua, yaitu pola masyarakat-sentris. Sebagai fondasi sebuah cerita, tema akan menggambarkan keseluruhan isi cerita. Selain itu, tema juga akan memengaruhi bagaimana sudut pandang terhadap masalah itu dan bagaimana penyelesaian konflik di dalamnya. Tema juga kemudian berkaitan dengan alur cerita dan konflik.

2. Unsur Fakta Cerita


Fakta dalam karya prosa terbagi menjadi tiga: alur, penokohan, dan latar. Alur cerita yaitu rangkaian peristiwa atau rangkaian plot dalam cerita. Rangkaian ini mesti dijalin sedemikian rupa agar cerita dapat tersampaikan dengan jelas dan mudah.

Sementara penokohan dalam prosa yaitu berkaitan dengan karakter yang ada di dalam cerita, mulai dari hewan, tumbuhan, juga manusia. Kemudian latar berkaitan dengan keterangan tempat dan waktu terjadinya peristiwa dalam cerita yang disusun.

3. Unsur Sarana Sastra


Sarana sastra dalam karya sastra prosa terbagi menjadi dua, yakni pusat pengisahan dan konflik. Pusat pengisahan artinya sudut cerita atau peristiwa. Jadi, seperti apa cerita itu dikisahkan, siapa yang menceritakan? Dalam karya sastra umumnya kita kenal juga istilah sudut pandang atau point of view. Nah, antara pusat pengisahan dan sudut pandang memiliki hubungan yang kelindan satu sama lain. Apakah pakai “aku” yang terlibat dalam cerita atau menjadi pencerita di luar cerita?

Tanpa adanya konflik, cerita akan garing dan tak berkesan. Tidak menarik. Bahkan, bisa jadi tidak berdampak bagi pembaca. Konflik mesti dibuat menarik dan bertahap. Jadi ada tahapan seperti pemicu konfliknya apa, kemudian bagaimana konflik berlangsung, sampai klimaks yang didapatkan memuncak. Di puncak itulah konflik akan terasa seperti membawa pembaca ke dalam inti cerita dengan sedalam-dalamnya. Sehingga secara emosional pembaca dapat terjerumus ke dalam prosa.

Posting Komentar

0 Komentar