Pentingnya Anger Management untuk Guru


 

GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh Siti Nuroh*

Betapa pentingnya peran guru bagi perkembangan anak, sebab guru menjadi orang tua kedua di sekolah. Oleh karena itu, penting sekali mempunyai kondisi mental yang sehat sehingga mampu memberikan energi positif kepada anak didiknya ketika proses pembelajaran.

Melihat dari data permasalahan yang dialami guru terkait kemarahan, 28.3% guru pernah mengalami kemarahan di rumah yang di bawa ke sekolah atau murid. Perilaku murid yang membuat guru marah antara lain; melawan ketika diberi nasehat, mengobrol ketika belajar, dan memergoki siswa menyontek. Hal-hal yang bisa menyebabkan guru merasa frustrasi di sekolah. (dirasakan menjadi masalah yang mengganggu) antara lain; masalah pengembangan diri yang kurang, masalah aturan kebijakan sekolah yang berubah-ubah atau tidak menentu dan masalah kepemimpinan yang kurang memuaskan (Riset anger management for teacher, 2021).

Hal itu yang menyebabkan seorang guru marah, baik itu marah yang ringan atau marah yang meledak-ledak. Marah tersebut disebabkan karena amygdala hijacking. Amygdala hijacking adalah fenomena yang terkait dengan psikologis manusia, di mana terjadi di dalam diri kadar emosi yang berlebihan sehingga menutup akal sehat dan hati nurani (Goleman, 1995).

Jadi, maksud dari definisi di atas adalah ketika ada stressor yang berlebihan, di mana ransel emosi banyak yang dipendam kemudian timbul emosi marah, yang seharusnya otak kita berpikir secara rasional untuk mengelola kemarahan tersebut akhirnya dibajak oleh amygdala ini, sehingga menyebabkan marah tanpa batas dan marah tanpa waras.

Dengan tekanan bertubi dari pandemi (juga yang sebelumnya) sangat dipahami jika kondisi mental ibu dan bapak guru saat ini besar kemungkinan sedang tidak baik-baik saja, dengan kata lain mengalami stress, serta marah yang ringan, ketika stress dan marah tersebut dibiarkan begitu saja, dan tidak mempunyai ilmu untuk mengelola hal tersebut, tanpa kita sadari ketika ada trigger yang berlebihan maka akan menyebabkan hilang kewarasan, dengan kata lain marah yang meledak-ledak dan tidak terkontrol.

Anger Management sebagai Solusi


Anger management adalah salah satu solusi untuk merawat kesehatan mental para guru. Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan mental juga harus kita rawat. Bisa dilakukan dengan cara promotif yaitu dengan cara kita tahu ilmunya. Lalu dengan cara preventif yaitu dengan cara mencegah, saat marah itu datang kita dapat mengelolanya dengan baik. Ketika marah tersebut tidak bisa terkendali atau terkontrol, maka kita lakukan dengan cara kuratif, yaitu mencari bantuan dari profesional baik itu psikolog atau konselor.

Mengapa kita harus belajar anger management? Sebagaimana hadis yang ditulis oleh Abu Hurairah RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat dalam bergulat, tetapi orang yang kuat itu adalah orang yang mampu menahan dirinya ketika marah” (HR Bukhari dan Muslim). Artinya, mampu mengelola dan mengendalikannya menjadi marah yang tidak merusak dirinya maupun merusak lingkungannya.

Jadi, marah diperbolehkan, tetapi harus bisa mengendalikan amarah tersebut, belajar mengekspresikan amarah dengan benar dan mengelola energi besar itu agar bermanfaat, bukan merusak. Kemampuan untuk mengalirkan amarah dengan ekspresi yang benar. Benar kadar dan benar konteks (sasaran, tujuan, waktu, dan tempat). Jangan sampai kita marah di sekolah lalu kemarahan tersebut di bawa ke rumah dan sasarannya adalah anggota keluarga yang kita cintai. Atau sebaliknya, kita marah di rumah kemudian kemarahan tersebut dibawa ke sekolah dan sasarannya kepada anak didik atau teman sejawat (guru). Nah untuk itu, tentunya kita harus mempunyai kesehatan mental yang baik.

Kesehatan mental menurut WHO adalah “A state of well-being in which the individual realizes his or her own abilities, can cope with the normal stresses of life, can work productively and fruitfully, and is able to make a contribution to his or her community.” (WHO, 2001).

Maksud dari definisi kesehatan mental di atas adalah; pertama, individu yang mampu menyadari potensinya sendiri, individu yang sehat mental mereka menyadari potensi dirinya sebagai guru, pengajar, orang tua, sebagai seorang tetangga dan lainnya sehingga dapat berkontribusi. Kedua dapat mengatasi tekanan hidup sehari-hari yang normal, yang namanya tekanan hidup itu selalu ada selama kita masih hidup, orang yang sehat mental mereka dapat mengatasi tekanan tersebut. Ketiga dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat. Keempat mampu memberikan kontribusi kepada lingkungannya.

Anger management terletak di pilar emosional. Setiap orang memiliki dorongan untuk mengatasi masalah, setiap orang memberikan respon yang berbeda, ada yang sensitif ada juga yang kurang sensitive tergantung trigger atau stressor yang masuk ke dalam diri kita, juga tergantung psikohystoris, kadar kesehatan mental dan kadar keimanan kita yang berbeda-beda. Tetapi tujuannya sama yaitu ingin sehat secara fisik maupun sehat secara mental.

Marah adalah bagian dari emosi. Menurut Goleman (1995), emosi adalah pergolakan pikiran, persaan nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran yang khas, keadaan biologis dan psikologis juga serangkaian kecenderungan untuk bertindak, dengan kata lain emosi adalah suatu energi penggerak jiwa. Jadi, emosi adalah energi yang kekal dan tidak bisa dimusnahkan hanya bisa berubah bentuk.

Perbedaan emosi dan ekspresi emosi; emosi berupa rasa marah, sedih, takut, cemas, senang, semangat, iri, nyaman, dan lainnya. Sedangkan ekpresi emosi wujudnya adalah tindakan dari emosi tersebut. Contoh: menangis, melotot, memukul, membentak, mencibir, tersenyum, tertawa, dan lainnya.

Ekspresi Marah dalam Psikologi  


Menurut M. Ali dan M. Asrori (2008) amarah adalah salah satu dari bentuk emosi yang di dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan dan kebencian patologis. Kebencian patologis yaitu sudah menjadi bagian dari pada diri seseorang yang bisa merusak dirinya maupun lingkungannya, yang bersifat permanen.

Ekspresi marah ada dua tipe, anger in dan anger out. Anger in adalah marah yang menyimpan, sehingga bisa merusak diri, marah yang berkepanjangan dan rentan menyimpan dendam. Sedangkan anger out adalah marah yang meledak-ledak, marah yang berlebihan dan salah sasaran, marah yang merusak orang lain atau lingkungan sekitar.

Memendam emosi atau rasa marah bisa berakibat fatal bagi fisik. Bukan hanya berpengaruh pada psikis, kemarahan juga erat kaitannya dengan fisik. Hal ini disampaikan oleh Dr. Herbert Spencer dari Universitas Harvard bahwa psikosomatis (pengaruh gangguan psikis terhadap fisik) dan penyakit lainnya bisa menyerang siapa saja karena gangguan yang disebabkan oleh kemarahan. Lalu, Dr. Michael Berry dalam The Forgiveness Project menyebutkan enam dari 10 pengidap kanker memiliki masalah dalam isu memaafkan. Marah-marah terlalu lama juga bisa menyebabkan stres berlebih serta struk tiba-tiba (Kumparan.com).

Perbedaan marah edukatif dan destruktif (Seminar Online Anger Management for Teacher, 2021). Marah edukatif adalah sebagai berikut: 1) Marah yang mempertimbangkan usia anak didik (TK/SD/SMP/SMA). Pendekatan dan caranya berbeda, dari tender love, trough love, tegas namun tidak keras. 2) Memberikan konsekuensi, bukan menghukum abusive, mengarah pada perubahan perilaku bukan ke nafsu pelaku (guru). 3) Anak tetap diterima dan disayang, karena yang dikoreksi adalah perilaku. Memberikan apresiasi ketika anak menunjukkan perilaku baik. 4) Kadar marah sesuai dengan kadar “kesalahan” anak didik. 5) Konteks marah tidak di depan umum. Ciri dari marah edukatif yaitu hati nurani guru menjadi tenang setelah memberikan konsekuensi, dan adanya perbahan perilaku pada anak serta anak tetap dekat dengan guru.

Sedangkan marah destruktif adalah sebagai berikut: 1) Tidak mempertimbangkan usia anak didik. Pukul rata pendekatan dan cara, yaitu dengan cara keras. 2) Menghukum abusive (merusak fisik, harga diri dan property). Berdasarkan nafsu si pelaku (guru). 3) Melabelkan perilaku buruk anak dengan personal anak. Tidak menunjukan kasih sayang, meski anak sedang menunjukan perilaku baik. 4) Kadar marah berlebihan. 5) Konteks memarahi anak di depan umum. Ciri dari marah destruktif yaitu hati nurani guru gelisah setelah memberikan hukuman, dan minim perubahan perilaku serta anak tetap menjauh dari guru (tercipta mental blocking pada jiwa anak).

Dalam kondisi apa pun tetaplah marah dengan bijak dan sesuai adab. Marah dengan sadar, mengaktifkan akal sehat, empati, juga hati nurani. Untuk mengelola marah, kita dapat melakukan self healing therapy.

Lesapkan Emosi dan Kemarahan  


Ada empat tahapan pelepasan emosi, di antaranya; aware, accept, allow dan away. 1) Aware (menyadari), pada tahapan ini kita menyadari bahwa diri sedang tidak baik-baik saja, menyadari tema emosionya, apa penyebabnya, dan siapa sosok penyebabnya. 2) Accept (menerima), pada tahapan ini kita mampu menerima atau mengakui suatu masalah atau emosi yang kita rasakan secara hati, fisik dan pikiran (logika) dengan tidak berpura-pura menutupi atau menyangkal. 3) Allow (mengalirkan), pada tahap ini kita mengalirkan emosi tersebut dengan memperbolehkan diri kita mengekspresikan emosi tersebut. Bisa dengan cara Butterfly Hug dan Tapping Technique. 4) Away (melepaskan), setelah dialirkan, kita biarkan emosi itu pergi menjauh dari kita (tidak disimpan atau dilupakan), kemudian tutup dengan doa.

Berikut ini adalah tahapan Butterfly Hug dan Tapping Technique. Tahapan butterfly hug antara lain: 1) ambil posisi tubuh senyaman mungkin, 2) tutup mata agar lebih focus, 3) bernafaslah dalam secara perlahan, lakukan tarik nafas. Rasakan apa yang terjadi disekeliling tanpa memaksa otak berpikir atau menilai, 4) silangkan kedua tangan di dada, 5) gerakan keduatangan bergantian secara bebas, seperti gerakkan mengepakkan sayap kupu-kupu, 6) gerakan ini dilakukan secra terus menerus sampai kecemasan berkrang atau merasa lebih rileks, tenang dan berpikir jernih.

Sedangkan tahapan untuk tapping technique diantaranya: 1) tapping bagian ubun-ubun, 2) tapping pangkal alis, 3) tapping samping alis, 4) tapping bawah mata, 5) tapping bawah hidung, 6) tapping bawah mulut, 7) tapping atas dada kanan/kiri, 8) tapping pergelangan tangan (bagian dalam dan luar), 9) tapping sisi samping telapak tangan.



Referensi:
Dandiah Care Center. (2021). Seminar Online Anger Management For Teacher. Via zoom metting.
Kumparan.com. (2019). Ceras Kelola Emosi dengan Anger Manangement Ala Dandiah.


Biodata: Siti Nuroh merupakan Mahasiswa Psikologi Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Email: sitinuroh66@gmail.com

Posting Komentar

0 Komentar