Tradisi Memaafkan Saat Lebaran, Perspektif Psikologi


 

GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh Oktia Permata Sari, S.Pd.

Lebaran hari Raya Idul Fitri menjadi perayaan yang ditunggu-tunggu, khususnya bagi umat Islam. Moment hari Raya Idul Fitri di Indonesia adalah momen untuk berkumpul dengan keluarga, makan bersama, saling berkunjung dan saling memaafkan. Dibeberapa tempat tradisi saling memaafkan masih sangat erat. Seperti halnya mengucapkan ikrar halal bi halal seusai sholat Ied ataupun sungkeman di rumah dengan anggota keluarga, bahkan saling meminta maaf kepada tetangga dengan silaturahim keliling.

Saling meminta maaf ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Rasa marah, kesal, kecewa merupakan emosi negatif yang perlu dikendalikan. Karena jika emosi negatif terus menerus dibiarkan maka dapat mengganggu jiwa. Dengan saling memaafkan, emosi negatif tersebut bisa terkendali ataupun berubah menjadi emosi positif seperti bersyukur dan bahagia.

Emosi negatif pun banyak dibicarakan pada kajian Islam. Misal ketika sedih perlu diingat bahwa Allah bersama kita. Allah yang Maha Penolong, berada bersama kita. Seperti yang terdapat pada penggalan ayat Al-Quran At Taubah ayat 40. لا تحزن إن ﷲ معنا

Misal lain, jika seseorang bisa mengendalikan rasa marah maka balasannya adalah surga yang termuat dalam hadits. لا تغضب ولك الجنة

Begitu pentingnya mengendalikan diri dari emosi negatif, khususnya emosi marah. Hadits ini bahkan dihafalkan oleh anak-anak mulai dari usia balita.

Dalam ilmu psikologi, proses memaafkan dipengaruhi oleh kognisi sosial. Menurut Barn dan Byne kognisi sosial yaitu cara individu untuk mengingat, menganalisa dan menggunakan informasi yang diterima dari peristiwa-peristiwa sosial. Perilaku memaafkan bergantung pada bagaimana penilaian korban terhadap pelaku, kejadian, keparahan kejadian, dan keinginan untuk menjauhi pelaku yang merupakan hasil dari tahapan proses kognitif seseorang.

Adapun tahapan proses kognitif terhadap informasi sosial terdiri atas:

  1. Generic knowledge, individu melihat sebagaimana banyak orang melihat.
  2. Perseption and attention, infomasi kompleks mulai fokus pada hal-hal penting.
  3. Encoding and interpretasion, informasi penting masuk LTM dan informasi biasa dilupakan.
  4. Organization, informasi dimasukkan dalam kategori-katrgori.
  5. Relating to prior knowledge, informasi yang inkonsisten mudah diingat.
  6. Judgements, ada kemungkinan terjadi heuristic (mental shortcut).

Bagaimana tingkat kekecewaan, kekesalan dan gambaran marah pada seseorang berpengaruh juga untuk mudah tidaknya seseorang memaafkan. Semakin kecil tingkat kekecewaannya maka akan lebih untuk memaafkan. Selain itu, rumination about the transgression yakni kecenderungan korban untuk terus mengingat kejadian yang bisa memicu timbulnya kemarahan dapat menghalangi perilaku memaafkan. Maka agar kita dapat memaafkan seseorang dengan mudah, hal yang paling utama adalah mengelola pikiran kita agar selalu positive thinking.

Manfaat dari memaafkan banyak sekali, paling minimal dapat melegakan hati. Manfaat lebih besarnya seperti menyehatkan jasmani hingga menyambung kembali silaturahmi. Seyogyanya saling memaafkan ini tidak hanya dilakukan ketika Lebaran Hari Raya Idul Fitri saja. Setiap kali seseorang berinteraksi sosial besar kemungkinan terjadi pergesekan yang tidak menyenangkan sehingga memicu munculnya emosi negatif. Alangkah lebih baiknya, emosi negatif itu segera dilepaskan, yakni dengan memaafkan.

Dr. Aisyah Dahlan CHt dalam seminarnya tentang forgiveness therapy menjelaskan tentang cara melakukan terapi mandiri untuk memaafkan seseorang. Adapun tata cara terapi tersebut sebagai berikut:

  1. Cari ruangan yang nyaman dan minim gangguan.
  2. Dilakukan dengan posisi duduk nyaman.
  3. Membaca ta'awudz, basmalah dan berdoa supaya berhasil melakukan terapi.
  4. Duduk santai dan dengan memejamkan mata.
  5. Lakukan atur pernafasan seperti pada senam yoga.
  6. Katakan rileks sebanyak 7x sampai terasa rileks.
  7. Bayangkan dan hadirkan seperti sedang berhadapan dengan diri sendiri kemudian katakan terima kasih pada diri sendiri dan memaafkan semua kesalahan seseorang (sebut nama)
  8. Atur napas kembali. Bayangkan dan hadirkan seperti sedang berhadapan dengan seseorang yang membuat marah. Lalu katakan permintaan maaf dan terima keslahannya. Bayangkan dia mengangguk senyum kemudian pergi.
  9. Ceklis daftar nama yang sudah dimaafkan. Kemudian tutup sesi ucapan dan rasa penuh syukur.
Semoga dengan berkah bulan Ramadhan dan dengan hadirnya Hari Raya Idul Fitri menjadikan kita suci kembali. Dan dapat saling memaafkan satu sama lain.

Posting Komentar

0 Komentar