Benarkah Wanita Hanya Produk?



GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh Onica Sari, Mahasiswi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Seperti yang kita tahu, pergerakan feminisme sudah masuk ke fourth wave feminism di mana feminisme sudah masuk ke intersectional feminisem yang membicarakan soal inklusivitas gender. Hal dan batasan seperti apa yang harus diperhatikan ketika memperjuangkan feminisme itu sendiri di Indonesia? Feminisme sebagai sebuah perspektif adalah paham yang percaya dengan keadilan gender.

Sementara feminisme sebagai sebuah kata kerja adalah gerakan memperjuangkan atau mengadvokasi keadilan dan kesetaraan gender. Dalam gerakannya, maka ada beberapa aspek yang harus dipenuhi misalnya inklusif dan interseksional. Hal ini untuk memastikan bahwa saat bekerja untuk memperjuangkan keadilan gender. Feminisme sebagai sebuah perspektif adalah paham yang percaya dengan keadilan gender. Sementara feminisme sebagai sebuah kata kerja adalah gerakan memperjuangkan atau mengadvokasi keadilan dan kesetaraan gender.

Dalam gerakannya, ada beberapa aspek yang harus dipenuhi misalnya inklusif dan interseksional. Hal ini untuk memastikan bahwa saat bekerja untuk memperjuangkan keadilan gender. Hal yang harus jadi perhatian adalah bagaimana kita mesti melibatkan kelompok kepentingan utama dan memperhatikan kebutuhan setiap kelompok pemegang hak yang bisa jadi memiliki kekhasan masing-masing.

Isu atau persoalan terkait memperjuangkan keadilan gender perlu dimengerti bahwa di Indonesia masih banyak yang belum memahami konsep feminisme sehingga kita tahu bahwa masih banyak salah kaprah dan disinformasi mengenai apa itu feminisme. Jika mendengar kata feminisme maka hal itu selalu diidentikan sebagai schedule Barat, padahal upaya untuk memperjuangkan keadilan gender sudah ada sejak jaman dahulu kala.

Memperjuangkan Kesetaraan Gender


Bagaimana menghapuskan ketimpangan gender di segala bidang dan mengurangi angka kekerasan terhadap perempuan saat ini masih jadi tuntutan utama bagi para pegiat kesetaraan gender. Dari masa kuno hingga berkembangnya teknologi, perempuan masih berjuang untuk mendapatkan hak-haknya. Adanya feminisme membuat gerakan suara bagi perempuan yang sebelumnya tidak dapat menyampaikan pendapatnya dan mengungkapkan apa yang mereka inginkan. Hingga saat ini, masyarakat present day khususnya perempuan masih memperjuangkan kesetaraan gender.

Hal tersebut menandakan bahwa isu terkait gender masih belum selesai dan masih perlu disuarakan di zaman ini. Isu kesetaraan gender sangat diperjuangkan di zaman sekarang di antaranya berfokus pada norma gender, memberantas ketidakadilan dalam lingkungan sosial (seperti kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain), dan memberdayakan perempuan yang tertindas. Feminisme di zaman dulu menghadapi berbagai kendala seperti struktur sosial politik yang kaku dan kurangnya saluran komunikasi. 

Sementara feminisme di zaman sekarang sangat didukung oleh pemanfaatan media virtual sebagai platform yang menjangkau jauh setiap orangnya untuk saling terhubung, berbagi perspektif, menciptakan pandangan yang lebih luas tentang pengalaman penindasan, serta kritik gelombang feminis di masa lalu. Berdasarkan identifikasi laman Bustle mengenai apa saja yang diperjuangkan di gelombang feminisme zaman sekarang, muncul beberapa hal yang diperjuangkan di antaranya; queer, intercourse positive, penerimaan transgender, anti-misandry (anti membenci laki-laki), frame positivity atau penerimaan bentuk tubuh apapun secara positif; dan penggunaan teknologi virtual seperti net yang mendukung pergerakan feminisme.

Gerakan feminisme sangat penting untuk perkembangan budaya Indonesia. Kata feminist masih dianggap kurang baik. Maka diperlukan penjelasan lebih lanjut makna dari kata feminism. Sebenarnya sangat sederhana untuk menyimpulkan apa itu feminisme, merupakan kesetaraan yang artinya kita bisa sadar akan perbedaan fisik antara perempuan dan laki-laki, tapi kesempatan dalam hidup harus sama. Kesempatan untuk mengakses pendidikan, healthcare, justice, the activity marketplace etc.

Demi kehidupan yang lebih sejahtera dan adil. Adapun tujuannya tak lain ialah memperbaiki kehidupan setiap warga Indonesia, dengan mencapai kesetaraan. Tapi memang perlu disadari bahwa dari dulu budaya di Indonesia cukup patriarki, jadi sebuah gerakan yang datang dan membuat sebuah perubahan dalam popularity quo, tentunya tidak akan diterima semua orang. Namun, balik lagi ke apa artinya menjadi orang Indonesia bahkan manusia yang baik? Apakah bisa dibilang budaya yang baik saat kita melanggengkan ketidakadilan bagi perempuan? Feminisme dan gerakan untuk kesetaraan, kesejahteraan dan keadilan ini justru seharusnya membuat budaya kita semakin baik.

Feminisme pada Masa Kini


Banyak tanggapan yang menyatakan bahwa feminisme adalah gerakan yang kebarat-baratan sehingga tidak cocok dengan masyarakat Indonesia. Ini terdengar absurd, pada dasarnya feminisme cocok dengan masyarakat Indonesia, karena melihat sejarah Indonesia penuh dengan tokoh-tokoh perempuan yang memiliki jiwa feminis. Kartini, Tjut Nyak Dien, Dewi Sartika, Martha Christina Tiahahu, apa kemiripan perempuan-perempuan hebat ini? Mereka semua dapat mengidentifikasi ketidakadilan, dan ingin melawannya demi Indonesia yang lebih baik. Mungkin mereka tidak pernah menyebut diri feminism, tapi values mereka sama dengan values feminisme. Mereka adalah perempuan-perempuan hebat yang pada zamannya bisa dibilang radikal, bisa dibilang melawan norma atau price sosio-budaya pada zaman itu.

Apa bedanya dengan aktivis-aktivis Indonesia jaman sekarang yang menganggap diri feminism? Sama-sama hebat sebenarnya, dan sama-sama harus paintings tough to combat current injustice in opposition to women. Dari dulu, wanita selalu dilanda tekanan dan ekspektasi sosial yang berlebihan. Mulai dari cara berpakaian, cara berbicara, usia menikah dan lain lain. tekanan dan ekspektasi sosial itu selalu ada dan tidak pernah hilang. Sama sekali belum berubah, meskipun sekarang sudah ada sosok-sosok dan komunitas-komunitas yang melakukan gebrakan. Tetapi merubah pola pikir society secara luas jelas bukan hal mudah apalagi sudah dibentengi dengan keyakinan-keyakinan mengenai kodrat. Pentingnya gerakan feminisme untuk perkembangan budaya Indonesia. Ini bukan saja soal budaya. Ini persoalan hak asasi manusia. Paling mendesak justru ke inner pribadi perempuan-perempuan Indonesia itu sendiri.

Harus berawal dari pribadi yang memang percaya dirinya bisa mandiri, baik secara finansial maupun pribadi. Beberapa tahun silam, gerakan kesamaan peluang di tempat kerja sedang gencar-gencarnya di Amerika, apakah Indonesia sudah mencapai kesetaraan dalam tempat kerja? Sangat tidak setara. Amerika itu ketinggalan dari Eropa soal ini. Apalagi Indonesia. Tidak usah tempat pekerjaan, kesempatan pendidikan di keluarga saja seringkali mengutamakan anak laki-laki daripada perempuan. Dan akhirnya bermula dari titik itu, ketika anak perempuan itu beranjak dewasa ia tidak dibekali rasa tanggung jawab dan rasa percaya diri yang setara. Kita sebagai wanita Indonesia tidak bisa menunggu hal-hal ini diberikan kepada kita.

Fenomena pertukaran peran dalam rumah tangga, dimana sang Ibu yang mencari nafkah dan Ayah menjadi ayah yang menetap dirumah? Ini bukan siapa pencari nafkah lalu ia pegang kuasa. Kita selalu melihat peran ibu dan ayah dalam rumah tangga itu sebagai sebuah partnership. Ada beberapa peran yang bisa bertukar, mengurus rumah tangga juga bekerja dan tanggung jawab suami-istri, jadi tidak ada salahnya bisa bergantian. Karena konstruksi maskulinitas di masyarakat kita tuh cenderung destruktif. Kalau misalnya laki-laki menjadi yang menetap di rumah, walaupun si istrinya atau si suaminya oke-oke saja, tiba-tiba ada tekanan dari keluarga, kenapa suaminya tidak kerja, di mana harga diri sebagai laki-laki seperti itulah. Kemudian lingkungan sosial juga.

Laki-laki yang menetap dirumah itu juga cenderung dianggap feminin kan, dianggap lemah. Memang sepertinya hormon laki-laki dan perempuan itu berbeda. Jadi penting banget juga seorang ayah yang mengurus rumah punya hobi atau usaha yang dia lakukan juga. Jadi, dia bisa ngurusin rumah tapi juga senang dengan hal itu. Dia bangga bisa mengurusi anak, tapi dia bangga juga hobi sama bisnisnya jalan. Lahirnya gerakan feminisme di Indonesia karena adanya suatu prasangka bahwa laki laki ini adalah seseorang yang paling kuat sehingga menomorduakan posisi perempuan. Karena pada kenyataannya laki laki hanya menyepelekan peran perempuan. Pemikiran seperti itulah yang membuat para perempuan untuk memperjuangkan hak hak mereka agar mendapatkan kedudukan yang sederajat dengan laki-laki.

Posting Komentar

0 Komentar