Kapan Wanita Harus Menikah?


GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh Ani Widiyawati

Kapan kamu menikah? Kok kamu belum nikah sih? Temen-temenmu udah pada punya anak lho! Bagaimana sudah berapa kali ditanya kapan menikah? Pertanyaan yang sering terdengar saat bertemu dengan kerabat atau teman yang membuat telinga panas.

Dalam pandangan masyarakat kita, di usia tertentu telebih pada perempuan akan makin gencar dihadapkan oleh pertanyan, “kapan menikah?” atau “kok belum menikah?” dan sederet pertanyaan sejenis yang sebenarnya terkesan memojokkan perempuan yang belum berganti status. Perempuan dianggap “tak laku” jika pada usia tertentu belum menikah. Bahkan, ada beberapa perempuan yang memutuskan tidak menikah dengan berbagai alasan. Padahal tidak selalu demikian adanya.

Masyarakat Indonesia terutama awam belum memahami perbedaan antara dimensi gender dan kodrat. Konsepsi laki-laki dan perempuan berdasarkan konstruksi masyarakat berdasarkan "peran" laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Dimana praktik yang kita jumpai peran perempuan kebanyakan pada urusan domestik sedangkan laki-laki pada urusan publik. Perempuan mengurus rumah, merawat anak, mengurus keperluan dan melayani suami. Sedangkan laki-laki perannya adalah bekerja di luar rumah dan terlibat dalam peran kemasyarakatan.

Terkadang masih sering terjadi kesalah pahaman jika tuntutan para feminis akan kesetaraan dipahami sebagai persamaan, padahal kesetaraan berbeda dengan persamaan. Kesetaraan yang dimaksud adalah diberikannya akses yang sama bagi perempuan untuk dapat mengaktualisasikan dirinya dalam berbagai bidang dimana perempuan memiliki kapasitas dan kapabilitas yang sama atau bahkan lebih dari laki-laki. Ini yang perlu menjadi perhatian masyarakat dalam hal kesetaraan gender.

Memang topik gender ini masih asing bagi masyarakat awam, tetapi praktik bias gender begitu erat dengan kehidupan keseharian masyarakat dimana perempuan masih diperlakukan sebagai warga kelas dua, urusannya hanya domestik (rumah, kasur, dan dapur) tanpa memandang jika perempuan juga memiliki potensi.

Meskipun perempuan mendapatkan akses didunia pendidikan tetapi peran perempuan terkadang masih dibatasi oleh stigma tersebut. Praktik bias gender tersebut membatasi ruang gerak perempuan sehingga adanya ketimpangan dimensi gender di ranah publik dan hal itu menimbulkan tekanan pada pihak perempuan.

Lalu menanggapi hal itu harus bagaimana?


Mari kita bahas terlebih dahulu, menikah adalah menyatukan dua insan menjadi satu kehidupan yang disebut dengan kehidupan rumah tangga. Dalam kehidupan rumah tangga berarti menjadikan dua orang yang mempunyai karakter masing-masing menjadi satu dan saling beradaptasi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Al-Qur’an surah Al-Hujarat ayat 13: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal”

Berdasarkan ayat di atas memang menikah adalah fitrah manusia tetapi hukumnya adalah sunah dan jika dikategorikan sudah mampu maka menikah menjadi hukumnya wajib.

Wanita sudah berumur kok belum menikah?


Hal menikah bisa menjadi momok untuk sebagian wanita terutama yang sudah berusia matang yaitu umur 25-30 tahun. Sudah menjadi santapan yang tidak mengenakan untuk mereka perihal pertanyaan seputaran pernikahan. Menilik pernikahan merupakan ibadah seumur hidup maka harus mengetahui bahwa pernikahan bukanlah ajang untuk perlombaan tetapi pada sebuah kesiapan yang matang agar mendapatkan keputusan yang sesuai dengan harapan.

Bagaimana wanita berpendidikan dalam keputusan pernikahan?


Bagi wanita yang menggeluti dunia pendidikan, menikah bisa menjadi pilihan kedua setelah karier karena dalam pemutusan pernikahan wanita karir akan lebih fokus kepada karirnya daripada pernikahan. Lalu anggapan masyarakat yang mereka sering dianggap sebagai keputusan yang salah dan lebih mengutamakan pernikahan. Padahal hal itu semua bukan merupakan yang digampangkan atau dengan secepat itu memberi keputusan untuk menikah.

Wanita yang memiliki target biasanya mempunyai alasan khusus yang membuat orang tertegun dan membenarkannya seperti yang dikatakan salah satu wanita dalam perkumpulan organisasi kampus ia berkata “Nikah itu bukan ajang perlombaan yang harus kita segerakan tanpa persiapan, pernikahan itu tidak main-main harus persiapan mental terlebih dahulu sebelum benar-benar masuk dalam dunia pernikahan. Harus tau bagaimana hak dan kewajiban antara suami dan istri dan yang lainnya agar menjadi keluarga seutuhnya dengan mencari yang sesuai dengan kriteria kita”.

Lalu yang lain menyahut bahwa, “Kalau ditanya pingin nikah itu ya semua pengin nikah, tetapi lebih kepada bagaimana membahagiakan orangtua terlebih dahulu, apalagi kita sedang menempuh pendidikan dan mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan pendidikan kita ya prioritaskan tanggung jawab kepada orangtua dulu sebelum mengemban amanah dalam lingkup pernikahan yang itu bukan ajang main-main.”

Kembali kepada pernikahan merupakan ibadah seumur hidup dan harus dengan kesiapan mental maka memutuskan dengan tidak mempertimbangkan segala sisi maka akan menjadi problematika yang tidak diharapkan di masa yang akan datang.

Lalu sebaiknya kapan wanita menikah?


Keputusan menikah merupakan hal yang sangat penting bagi hidup seseorang terlebih wanita karena menjadi penentu kehidupan pada masa depan. Persiapan yang perlu dilakukan sebagai wanita juga kepada kesiapan yang harus dihadapinya. Mengenai keputusan menikah bagi wanita pentingnya mengenal diri sebelum memberi keputusan menikah karena menyangkut kepada mental untuk menghadapi kemungkinan yang akan terjadi.

Menurut Goleman kesadaran diri yang ada di dalam diri seseorang bisa diketahui atau dilihat jika seseorang mampu mengetahui keahlian diri, mengenali kelebihan dan kekurangan diri, memiliki sifat mandiri, membuat keputusan yang tepat, mampu mengungkapkan perasaan pada dirinya dan bisa mengevaluasi diri

Lalu apa pentingnya mengenal diri sebelum menginjak pada pernikahan bagi wanita?


Dalam memutuskan pernikahan, perlulah mengetahui kepribadian diri sendiri sehingga akan mengetahui apa yang dibutuhkan sebagai pelengkap hidup untuk masa yang akan datang. Dan disinilah hal yang penting dalam kehidupan berumah tangga. Karena dalam berumah tangga pastinya akan ada banyak hal yang akan muncul dan memicu munculnya pertikaian rumah tangga.

Pada tahapan mengenal diri sendiri ini merupakan hal pertama untuk mempersiapkan pernikahan agar sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan perlunya mempersiapkan untuk terjun dalam kehidupan pernikahan ini salah satunya mengenal diri sendiri dan berkesinambungan dengan mental untuk menghadapi kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan pernikahan.

Sudahkah mengenal diri sendiri wahai wanita?


Banyak Fenomena Rumah tangga saat ini, mereka tidak bisa mengatasi permasalahan rumah tangga yang terjadi. Dan pada akhir permasalahan mereka memutuskan untuk berpisah. Padahal permasalahan mereka lebih banyak pada saling menghargai dan saling mengerti satu sama lain.

Menepis pada permasalahan gender dimasyatakat yang memojokan perempuan lebih mendominasi dalam berumah tangga maka pentingnya memahami diri sendiri dan mempersiapkan mental dengan apa kemungkinan yang akan terjadi. Bagi wanita yang mengutamakan pendidikan daripada berumah tangga bukan merupakan keputusan yang salah karena setiap orang mempunyai tujuan masing-masing.

Banyaknya fenomena pernikahan yang baru seumur jagung berpisah disebabkan tidak siapnya mental mereka menghadapi lika-liku kehidupan rumah tangga, ekonomi rumah tangga, dan ilmu memanajemen keluarga dan itu merupakan hal yang perlu dipelajari oleh wanita sebelum memutuskan pernikahan.

Maka dalam konteks ini memutuskan pernikahan bagi wanita berlandaskan pertimbangan kesiapan diri dan mencapai cita-cita terlebih dahulu bukan merupakan keputusan yang salah karena seorang wanita akan menjadi pembimbing dan pembentuk generasi bangsa masa depan yang berintelektual dan berkualitas.

Posting Komentar

0 Komentar