Bye-Bye Depresi, Welcome Prestasi


 

GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh Siti Nuroh, Mahasiswa Psikologi Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

Drama anak usia transisi antara lain; High achiever, anak mami, broken home, bucin, the shadaw, korban bullying, the hunter, dan lainnya. Hasil penelitian di Indonesia menyatakan responden berusia 15 tahun ke atas melaporkan gejala depresi sedang atau berat sebesar 21.8 persen.

Prevalansi berdasarkan usia


Tingkat depresi tertinggi ditemukan pada rentang usia remaja atau dewasa muda, dan cenderung menurun seiring dengan pertambahan usia. Pada usia 15-19 tahun tingkat depresi perempuan sebesar 32 persen, sedangkan laki-laki yaitu 29 persen. Orang yang tidak mengenyam pendidikan atau berpendidikan tinggi memiliki prevalansi gejala depresi sedang atau berat yang lebih rendah dibandingkan dengan orang-orang yang menganyam pendidikan dasar atau menengah.

Berdasarkan data, kejadian depresi tertinggi berada di wilayah Asia Tenggara sebanyak (27 persen) dari 322 miliar individu. Indonesia sendiri berada di urutan kelima dengan angka kejadian depresi sebesar (3.7 persen) (WHO, 2017). Di Indonesia sendiri angka kejadian depresi pada umur kurang lebih 15 tahun berdasarkan hasil RISKESDA 2018, menunjukkan bahwa (6.1 persen) yang mengalami depresi, dengan kejadian lebih tinggi terjadi di provinsi Sulawesi Tengah sebesar (12.3 persen) (Kemenkes, 2018). Berdasarkan survey kesehatan global berbasis sekolah (2015) mengatakan bahwa 18.6 persen remaja di DKI Jakarta mempunyai keinginan bunuh diri, dengan remaja yang mengalami gangguan emosional sebesar 35 persen mempunyai ide bunuh diri, dan remaja normal 14 persen mempunyai ide bunuh diri (Kemenkes RI, 2015).

Penyebab stres pada remaja

  1. Masalah pelajaran sekolah
  2. Masalah persaingan dengan sodara
  3. Masalah dengan teman
  4. Masalah hubungan dengan orang tua
  5. Masalah teman dekat/pacar, dll.

Dampak stres pada remaja

  1. Efek pada tuhuh: merasa lelah, mengalami kesulitan tidur, sakit kepala, makan berlebihan, sakit & nyeri di leher & bahu, sakit perut, dan lainnya.
  2. Efek pada perasaan: perasaan sedih, cemas & khawatir, menjadi mudah marah, mudah kehilangan kesabaran, sulit berkonsentrasi untuk pelajaran sekolah, dan lainnya.
Ketika remaja stres, maka akan melakukan 3f (Fight, Flight, Freeze)

Apa kaitan level stres dan prestasi?


Level rendah, anak demotivasi dan tidak ada kemauan belajar, prestasi rendah (anak di zona Flight). Level sedang, anak memiliki motivasi kuat untuk belajar, prestasi tinggi (anak di zona fight). Level tinggi, anak panik dan tumbang, energi terkuras pada emosi, dan memantik depresi (zona freeze), ujungnya prestasi rendah.

Definisi Depresi


WHO secara khusus mendefinisikan depresi sebagai gangguan serius pada suasana hati yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan suasana hati (mood), seperti: kehilangan niat terhadap sesuatu, memiliki perasaan bersalah yang berlebih, gangguan tidur, gangguan makan (bisa jadi hilang nafsu makan atau justru semakin meningkat), kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi. Depresi adalah distress yang berkepanjangan, sehingga anak sudah di zona freeze.

Ada tiga level depresi, antara lain: rendah sedang dan berat. Jika sudah di level sedang dan berat, maka sangat disarankan dibantu oleh tenaga profesional (psikolog atau psikiater).

Cara mengatasi depresi

  1. Self help, area preventif dengan pendekatan (fokus pada emosi, sipiritual dan solusi): cerdas mengekspresikan emosi. Mengubah BLAST (Bored, Lonely, Angry, Stress, Tired) menjadi BEST (Behave, Emphatic, Smart and Tought).
  2. Professional help, area kuratif (Psikolog atau Psikiater): Self Place Therapy.
Jangan ragu hubungi profesional (Psikolog atau Psikiater), jika teknik self help ini tidak banyak memberikan impact pada perkembangan mental remaja. Tuntas area emosi, area kognisi kembali berseri. Bye-bye depresi, welcome prestasi!

Posting Komentar

0 Komentar