Peran Konselor dalam Kebencanaan


 

GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh Abdul Syaikhan

Indonesia merupakan negara yang sangat rentan akan bencana alam, Banjir, Longsor, Kebakaran Hutan, Tsunami dan Gempa Bumi. Bencana alam yang terjadi mengakibatkan kerugian yang luar biasa, secara fisik maupun psikis (trauma) terhadap korban. Konselor adalah salah satu profesi untuk melakukan layanan konseling terhadap korban bencana yang mengalami trauma atau situasi krisis. Konselor memiliki peran penting untuk memberikan bantuan pengentasan kondisi trauma yang dialami oleh korban bencana melalui layanan konseling bencana (konseling bencana), yaitu terapi bermain, penenangan (relaksasi dan disensitisasi), dan layanan pendalaman (eklektik). Upaya untuk dapat membantu pemulihan trauma yang dialami oleh korban bencana alam yang selamat

Kesulitan dan penderitaan kepada korban yang terkena bencana tersebut membutuhkan penanganan langsung dari bimbingan konseling untuk pemulihan ke arah kehidupan yang normal, serta perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan terjadinya hambatan psikologis karena masalah-masalah psikososial tersebut. Penanganan yang dilakukan oleh berbagai pihak selama ini dirasakan bermakna untuk memulihkan kondisi mereka akibat trauma bencana yang terjadi.

Dampak psikis akan meninggalkan trauma yang mendalam bagi korban bencana alam, terutama anak-anak yang merupakan golongan sangat rentan sekali terhadap trauma korban. Karena anak-anak yang masih dalam proses perkembangan awal akan menyimpan seluruh kejadian dalam memorinya dan akan mempengaruhi tingkah laku di kemudian hari. Untuk membantu penderita traumatik adalah melakukan konseling.

Upaya konseling terhadap korban bencana selayaknya diberikan. Para korban memerlukan bantuan mengatasi perasaan kehilangan orang yang dicintai. Mereka butuh menata masa depan yang tak menentu akibat lingkungan baru. Banyak orang yang kehilangan, dan hancur semangatnya ketika orang dekat mereka meninggal. Upaya konseling singkat berfokus pada solusi menjadi alternative menolong orang-orang yang cemas dan penuh rasa takut ditengah bencana.

Konseling traumatik sangat urgen sekali peranannya dalam pemberian bantuan bagi korban bencana alam khususnya bagi korban yang tekena bencana. Konseling Traumatik diperuntukan untuk kondisi trauma yang masih dalam batas kecemasan ringan dan sedang, seperti ketakutan yang berlebihan, phobia dan sebagianya.

Konsep konseling traumatik menggunakan berbagai pendekatan yang disesuaikan kepada tingkat kebutuhan korban bencana alam, dengan demikian ketika konseling traumatik digunakan untuk orang-orang terkena bencana maka pelaksanaannya berlandaskan tingkat perkembangan dan kebutuhan psikologis sehingga konseling traumatik akan tepat pada sasarannya.

Salah satu layanan konseling komunitas yang dapat dikembangkan oleh konselor adalah Federal Emergency Management Agency (FEMA) suatu lembaga pengelolaan pemberi bantuan dalam situasi darurat seperti korban bencana alam dengan memberikan layanan berdasarkan prinsip umum berikut:

  1. Berdasarkan kekuatan. Keadaan krisis yang dialami korban bencana alam sebagai daya lentur yang alami pada individu dan masyarakat. Dan mendorong kemandirian dari pada ketergantungan.
  2. Jangkauan terorietasi. Konselor memberikan layanan konseling komunitas kepada masyarakat yang sangat membutuhkan yaitu korban bencana alam.
  3. Lebih praktis dari pada psikologi alam. konseling krisis dirancang untuk mencegah atau mengurangi tolakan bencana merugikan daripada mengobati/ memberikan treatment.
  4. Diagnosis gratis. Pemberian layanan konseling komunitas tepat sasaran yang mendukung pendidikan yang mendudkung keadaan alam setempat.
  5. Dilakukan dalam setting nontradisional. Konselor memerlukan kontak dengan orang yang selamat akibat korban bencana alam di rumah mereka dan masyarakat, bukan di klinik atau kantor.
  6. Kompetensi budaya. Konselor berusaha untuk memahami dan peduli kepada masyarakat dan budaya yang ada disana.
  7. Dirancang untuk memperkuat masyarakat yang ada dengan sistem pendukung.
  8. Sebagai suatu cara untuk mempromosikan identitas program yang konsisten. Terutama tentang konsep kemampuan multikultural yang dikenal sebagai pusat dalam praktik yang efektif.

Melalui pelayanan konseling yang diberikan oleh konselor diharapkan para korban bencana alam dapat memahami dan menerima kondisi diri dan lingkungan secara objektif, positif dan dinamis, mengambil keputusan sesuai dengan kondisi yang ada, melaksanakan kegiatan sesuai dengan keputusan yang telah diambil serta itu merealisasikan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Di samping itu, para korban bencana diharapkan dapat merespon secara bijak terhadap rangsangan yang diterima baik dari dalam maupun luar diri sendiri, berwawasan luas sehingga mampu menampung dan mempertimbangkan hal-hal pokok yang menjadi isi rangsangan yang ada, mempertimbangkan dan menerapkan nilai-nilai dan moral yang sesuai untuk menanggapi dan atau menindaklanjuti ransangan yang ada, mengambil keputusan yang terbaik untuk bertindak atau tidak bertindak dengan memperhatikan kondisi diri dan lingkungan yang ada, serta melaksanakan atau tidak melakasanakan suatu tindakan sesuai dengan kuputusan yang diambil, dalam kategori positif tanpa kerugian apa pun (meskipun kalau perlu dengan pengorbanan dan/atau dengan keuntungan optimal) (Prayitno & Marjohan, 2015).

Sebagai Bimbingan Konseling, memberikan layanan dan motivasi kepada terdampak korban seingga ada perkembangan dari dalam masyarakat berdasarkan segi psikis dan moral agar masyarakat dapat bangkit dari keterpurukan dan memiliki visi serta misi untuk kehidupannya yang lebih baik. Tentunya BK ini juga harus memiliki rasa empati dan jiwa sosial yang tinggi sehingga proses bimbingan dapat berjalan dengan lancar. Dengan demikian, setiap korban dampak bencana bisa mendapakan penanganan bimbinan konseling yang sesuai dan bisa memperbaiki kehidupannya.

Posting Komentar

0 Komentar