Dampak Lingkungan Kerja Toxic Bagi Mental Health

GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh Siti Nuroh*

Anda sudah tidak kerasan di tempat kerja Anda? Hati-hati, mungkin lingkungan kerja Anda beracun bagi kesehatan mental.

Banyak orang menghabiskan waktunya dari Senin sampai Jumat di tempat kerja. Bahkan tidak menutup kemungkinan bagi beberapa orang masih masuk kerja di akhir pekan. Sehingga tempat kerja sudah menjadi rumah kedua bagi para karyawan kantor.

Bekerja memang membutuhkan otak, semangat dan kadang juga jadi sangat melelahkan, apalagi ditambah dengan lingkungan kerja yang toxic. Berada dalam lingkungan kerja yang toxic, selain dapat menghambat pekerjaan, juga bisa memberi pengaruh serta dampak negatif bagi mental seseorang.

Tentunya semua pekerjaan memiliki tingkat stres sendiri-sendiri, baik itu tinggi maupun rendah, sering atau jarang. Namun, jangan sepelekan apabila semakin hari Anda semakin merasa lelah, stres, tertekan, depresi, dan tidak bersemangat lagi dengan pekerjaan Anda. Jangan-jangan lingkungan kerja Anda toxic atau beracun bagi kesehatan mental.

Pada dasarnya, ada tiga alasan utama seseorang memilih suatu pekerjaan. Pertama, lingkup pekerjaan sesuai dengan keilmuan atau passion yang dimiliki. Kedua, pekerjaan itu memberikan gaji yang memuaskan. Ketiga, lokasinya berdekatan dengan tempat tinggal atau jauh dari kemacetan.

Anda umumnya akan merasa nyaman bila sudah punya pekerjaan yang memenuhi minimal dua kriteria di atas. Namun, orang yang bekerja di lingkungan toxic tidak akan merasakan nyaman dengan pekerjaannya, bahkan cenderung semakin buruk.

Jangankan bekerja, melangkahkan kaki keluar rumah untuk menuju ke kantor setiap hari bisa terasa berat dan malas. Jika mengalami hal tersebut, mungkin kesehatan mental Anda sudah mulai terganggu oleh lingkungan kerja yang kurang baik.

Sama seperti kesehatan fisik, kesehatan mental tidak kalah pentingnya bagi tubuh. Bahkan, kesehatan mental yang terganggu dapat pula menyebabkan gangguan kesehatan fisik. Contoh sederhananya, seseorang yang sedang stres dapat mengalami sakit kepala atau sakit maag.

Kenali Lingkungan Kerja yang Toxic


Lingkungan kerja yang toxic atau beracun dapat berasal dari pekerjaan, suasana, orang-orang di dalamnya, atau kombinasi beberapa faktor tersebut. Ada beberapa pertanyaan yang dapat Anda tanyakan kepada diri sendiri untuk mengetahui apakah lingkungan kerja Anda toxic atau tidak.

Misalnya, “Apakah Anda dapat tidur dengan cukup dan nyenyak sehari-hari?”, “Apakah Anda sering merasa cemas dan berdebar-debar tanpa sebab yang jelas?”, “Apakah Anda mengalami gangguan makan (tidak selera makan atau makan terlalu kalap)?”, serta “Apakah Anda merasa nyaman, aman, dan bahagia ketika berada di tempat kerja dan di rumah?”.

Apabila ada satu saja jawaban negatif dari pertanyaan tersebut, maka kemungkinan lingkungan tempat kerja Anda sekarang ini toxic bagi kesehatan mental.

Ciri-Ciri Lingkungan Kerja Toxic


Di lingkungan kerja yang toxic, umumnya para karyawannya merasa kurang sejahtera. Mereka merasa kelelahan, stres, dan jenuh dengan beban tugas yang diberikan. Saking banyaknya beban tugas, karyawan sering harus bekerja lembur. Karyawan juga tampak kurang bahagia, kurang tampak komunikasi, interaksi, dan keeratan antarkaryawan.

Sebaliknya, lingkungan kerja yang terlalu sarat dengan gosip dan rumor juga dapat “meracuni” kesehatan mental pekerjanya. Selain itu, atasan yang memimpin dengan kurang bijaksana juga dapat membuat lingkungan kerja menjadi tidak sehat, seperti memaksakan kehendak, bersifat otoriter, dan kurang mengayomi anak buah.

Akibat semua hal yang dibahas di atas, pada umumnya turn over karyawan akan relatif tinggi. Karena merasa kurang nyaman di lingkungan kerja demikian, karyawan akan sulit merasa kerasan hingga akhirnya memutuskan untuk keluar.

Pengaruh Lingkungan Kerja bagi Kesehatan Mental


Setiap lingkungan kerja memiliki dampak positif dan negatif bagi kesehatan psikologi para karyawannya. Banyak faktor penyebabnya, mulai dari soal gaji hingga rekan kerja yang sering bersinggungan hampir setiap hari.

Tingkat stres seseorang akan meningkat apabila faktor tidak berjalan sesuai keinginannya. Saat beban semakin menumpuk maka produktivitas pun akan menurun.

Menjaga kesehatan saat dalam tekanan di lingkungan kerja toxic sangatlah penting. Salah satu cara untuk menjaga agar kesehatan mental anda tetap sehat adalah membicarakannya dengan rekan kerja agar tidak memengaruhi kinerja orang lain.

Dampak Lingkungan Kerja Toxic


1. Semangat kerja menurun
Saat bekerja dalam lingkungan kerja yang toxic, pada awalnya memang anda akan bersikap mengacuhkan dan bodo amat. Tetapi apabila dibiarkan maka lama-kelamaan hal tersebut akan membuat anda merasa lelah sehingga semangat kerja anda pun akan menurun seiring berjalannya waktu.

2. Sulit untuk mengontrol emosi
Saat anda merasa tidak nyaman dengan lingkungan kerja yang toxic maka hal tersebut akan sangat berpengaruh pada bagaimana cara anda dalam mengontrol emosi. Lingkungan kerja yang toxic membuat anda akan lebih sering marah-marah dan jadi lebih sensitif.

3. Stres meningkat
Selain emosi menjadi tidak terkontrol, bekerja dalam lingkungan yang toxic juga membuat tingkat stres anda jadi meningkat. Jika sudah merasa stress dengan lingkungan kerja anda, jangan memaksakan diri ya. Tanpa sadar juga ikut menjadi toxic.

Saat anda berada dalam lingkungan yang toxic maka tanpa sadar anda pun mau tidak mau akan menjadi toxic juga. Karena lingkungan anda sangat berpengaruh pada gaya hidup dan juga bagi mental anda.

Mengatasi Gangguan Kesehatan Mental di Tempat Kerja


Hal pertama yang harus anda lakukan adalah memprioritaskan keseimbangan antara waktu kerja dan juga waktu pribadi. Karena saat anda mempunyai waktu untuk diri sendiri maka anda jadi lebih rileks.

Selain itu, melakukan kegiatan di luar kantor juga dapat mendorong seseorang untuk bisa pulih dari gangguan mental. Anda bisa menjadi sukarelawan, berlibur atau menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga.

Ingat ya, bekerja boleh tetapi kesehatan mental anda juga sama pentingnya dengan pekerjaan anda!

*Mahasiswa Pascasarjana Psikologi Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Posting Komentar

0 Komentar