Apa Itu Metode Polysynchronous Learning, Student Centered Learning, dan Personalized Learning?



GHIRAHBELAJAR.COM – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud telah menetapkan kebijakan pendidikan jarak jauh atau home learning untuk sekolah selama pandemi Covid-19 masih berlangsung. Bahkan, sobat Ghirah Belajar, wacana akan berlangsungnya pendidikan jarak jauh setelah Covid usai pun menyeruak. Hal itu seturut ungkapan Mendikbud Nadiem Makarim dalam suatu kesempatan.

Nah, kegiatan home learning ini membuat pembelajaran dilakukan secara virtual menggunakan platform pendukung seperti Zoom dan Google Meet. Nah, merespons hal itu kampus Universitas Muhammadiyah Malang alias UMM membuat formulasi metode pembelajaran guna menjawab wacana pembelajaran jarak jauh secara permanen dari Mendikbud tersebut.

UMM mengembangkan metode belajar bauran yang disebut Polysynchronous learning. Apa itu Polysynchronous learning? Tim perumus UMM juga menamakan metode pembelajarannya dengan pembelajaran bauran siklus Pe5, yang artinya perencanaan, pemahaman, pendalaman, penerapan, dan penilaian.

Menurut keterangan yang diberikan pihak UMM yang dikutip Republika.co.id, pembelajaran Polysynchronous ini merupakan penggabungan dari metode student centered learning (SCL) dan personalized learning (PL). Oke, sebelum jauh bahas kedua metode itu, perlu kamu tahu bahwa pembelajaran bauran adalah penggabungan antara belajar online dengan belajar tatap muka. Jadi, tidak sepenuhnya belajar secara virtual.

Oke, untuk mengenal seperti apa sih konsep Polysynchronous learning itu, mari kita simak konsep SCL dan PL.

Student Centered Learning

Student centered learning secara luas didasarkan pada konstruktivisme sebagai teori pembelajaran. Teori ini dibangun pada pemahaman bahwa individu harus membangun dan merekonstruksi pengetahuan untuk belajar secara efektif sebagai bagian dari kegiatan. Sehingga, setiap individu mengalami konstruk produk yang bermakna.

Pembelajaran model ini menekankan pada peran aktif peserta didik dalam pembelajaran. Selain itu, metode ini lebih menekankan pada perubahan kualitatif pada peserta didik. Umumnya konsep ini digunakan untuk tingkat perguruan tinggi, di mana individu peserta didik sudah punya kemandirian dalam berpikir dan bertindak. Namun, tak menutup kemungkinan juga untuk digunakan di sekolah.

Metode SCL ini digunakan untuk menggantikan konsep lama yang berpusat pada pengajar/guru. Denganketerpusatan pada peserta didik diharapkan proses pembelajaran jadi lebih efektif karena peserta didik lebih aktif. Terutama dalam membangun karakter peserta didik secara personal. Tapi pasti ada kelemahannya, konsep pembelajaran ini akan sulit diterapkan di kelas-kelas besar. Jadi, metode ini cocok digunakan untuk pembelajaran berbasis kelompok lingkaran kecil.

Metode SCL punya beberapa jenis pembelajaran yang bisa dilakukan, di antaranya self-directed learning, collaborative learning, small group discussion, project based learning, cooperative learning, discovery learning, dan simulation. Seperti apa model-model pembelajaran ini? Bakal dijelaskan di lain kesempatan.

Personalized Learning

Metode personalized learning yaitu metode pembelajaran yang berbasis personalisasi. Maksudnya apa? Yakni, pembelajaran pribadi yang menyesuaikan pada kekuatan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik. Izmestiev mengatakan, personalized learning didesain berdasarkan kebutuhan dan ketertarikan personal peserta didik. Dalam praktiknya, ini kerap diterapkan dalam bentuk belajar peminatan dan ekstrakurikuler.

Model pembelajaran ini menurut penelitian memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Alasannya, menurut Izmestiev, peserta didik dapat belajar sesuai kebutuhan dan ketertarikan mereka. Pembelajaran dengan berbasis pada kebutuhan dan ketertarikan ini membuat peserta didik cenderung mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Namun, masalahnya bila peserta didik belum bisa mengidentifikasi apa keinginan dan kebutuhannya, pembelajaran model ini akan menemui jalan buntu.



Maka, penting juga untuk mengetahui bagaimana cara belajar peserta didik, karakter mereka, dan cara-cara belajar yang membuat mereka mudah untuk menangkap suatu informasi atau materi. Secara umum, model pembelajaran seperti ini sangat membutuhkan kesadaran peserta didik untuk menentukan sesuatu. Mereka mesti diajari kepekaan dan kemampuan analisis yang tajam.

***

Nah, kesimpulannya, metode Polysynchronous learning adalah gabungan dari kedua metode pembelajaran itu. Selain itu, juga merupakan penggabungan dari praktik belajar online dan tatap muka. Dengan begitu, apakah metode ini tepat diterapkan di Indonesia? Mari kita renungkan lagi.

Bagaimana? Bila informasi ini bermanfaat, jangan ragu untuk share ya, lewat tombol share di bawah ini. Sertakan juga komentarnya. Salam Ghirah Belajar!


Sumber:

https://republika.co.id/berita/qd3n2u380/umm-kembangkan-model-pembelajaran-bauran-polysyncronous

https://ctle.telkomuniversity.ac.id/docs/teachin-resources/science-maths-and-technology/penerapan-metode-student-centered-learning-pada-mata-kuliah-interaksi-manusia-dan-komputer-dan-jaringan-komputer/

http://repository.upi.edu/33444/5/S_KOM_1307680_Chapter2.pdf

Posting Komentar

0 Komentar