Memaknai Literasi Secara Lebih Luwes


GHIRAHBELAJAR.COM, JAKARTA – Kegiatan Tour Literasi telah digelar Bidang Riset Pengembangan dan Keilmuan PK IMM FISIP Uhamka pada Ahad (15/8). Kegiatan ini diisi dengan sesi diskusi dan bedah buku Menata Kata Meniti Makna yang ditulis oleh para pegiat komunitas literasi Ikatan Mahasiswa Menulis HAMKA (Tamanham).

Wakil Dekan II FISIP UHAMKA sekaligus narasumber, Rifma Ghulam Dzaljad, mengatakan, salah satu cara agar dapat menunjukkan eksistensi kepada orang lain adalah dengan menulis dan membuat buku.

Menurut dia, tulisan memiliki dampak dan kontribusi untuk orang lain. “Karena sejatinya kita sebagai manusia memiliki kelebihan yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh makhluk lain yaitu keunggulan untuk berpikir. Pikiran kita bisa kita tunagkan lewwat tulisan yang disebut dengan signifikasi. Dampaknya apa, efeknya apa, dan kontribusinya apa untuk orang lain,” ujarnya, Ahad (15/8).

Rifma juga menyambut baik dan mengapresiasi para pegiat literasi yang tergabung dalam Tamanham karena bisa membuat karya dengan menerbitkan buku berjudul Menata Kata Meniti Makna (Irfani, 2021).

Sementara itu, Ketua Umum PK IMM FISIP Uhamka, Immawan Ayyubi, mengungkapkan, di era disrupsi, menulis keresahan merupakan upaya menjawab tantangan zaman. Hal ini, kata dia, sebagai bukti bahwa milenial berperan dalam membumikan kebermanfaatan.

Dia juga mengungkapkan, dengan literasi selain kapasitas intelektual, kehadiran gerakan praksis juga penting dihadirkan mahasiswa sebagai insan intelektual. “Sebagai mahasiswa yang disebut sebagai agent of change, yang hadir di kampus yang disebut gelanggang intelektual, kita harus hadir dan memanfaatkan ruang diskusi yang ada. Tidak hanya untuk mengisi intelektualitas kita, tapi juga kontribusi praksis harus ada,” ungkap Ayyubi.

Selanjutnya, sesi pemaparan buku yang diisi oleh tiga penulis, yakni Ahmad Soleh, Bayujati Prakoso, dan Zulfikar. Buku Menata Kata Meniti Makna sendiri ditulis oleh 12 penulis dari beragam latar belakang disiplin ilmu.

Penulis dan Direktur Penerbit Irfani, Ahmad Soleh, mengungkapkan, kondisi literasi masyarakat Indonesia berada dalam posisi memprihatinkan. Dari berbagai survei, kata dia, masyarakat kita selalu menempati posisi rendah.

Hal itu, menurut dia, karena sempitnya memaknai literasi. “Literasi hanya dimaknai sebagai kemampuan operasional membaca dan menulis, tidak sampai pada tahap refleksi,” ujarnya.

Sebab itulah, dia mengajak peserta yang hadir untuk aktif menggerakkan literasi. Salah satunya dengan aktif dalam komunitas literasi. “Komunitas seperti Tamanham dan IMM yang di dalamnya terdapat kompetensi intelektualitas, maupun berbagai komunitas literasi lainnya, menjadi penting supaya kita bisa menggembirakan dan meningkatkan tradisi literasi di masyarakat,” ungkap Soleh.

Posting Komentar

0 Komentar