Inovatif, SD Muhammadiyah Ini Terapkan Pembelajaran Berbasis Realitas Maya


GHIRAHBELAJAR.COM, JAKARTA – Di tengah pandemi Covid-19, pembelajaran yang diselenggarakan sekolah dituntut lebih kreatif dan inovatif. Salah satunya adalah dengan pemanfaatan teknologi informasi digital. Hal inilah yang dilakukan SD Muhammadiyah 09 Plus yang terletak di Duren Sawit, Jakarta Timur.

Kepala SD Muhammadiyah 09 Plus Duren Sawit, Jakarta Timur, Syamsiah MPd, berbagi motivasi dalam mengembangkan inovasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut dia, kekurangan yang terjadi akibat pandemi mesti diubah menjadi kelebihan. “Misalnya guru memiliki kekurangan di bidang IT, maka diubah dengan belajar agar punya kelebihan di bidang itu,” ujarnya dalam forum webinar bertajuk bertajuk “Resiliensi Pendidik dan Pemimpin Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19”, Sabtu (11/9).

Dalam webinar yang diselenggarakan Sekolah Pascasarjana (SPs) Uhamka itu, Syamsiah juga memotivasi agar kelemahan yang dimiliki bisa diubah menjadi kekuatan dan kebaruan diubah menjadi keunggulan. “Kalau ada sesuatu yang baru, itu kita harus sudah bisa ngeklik, bahwa ini bagus dan harus diunggulkan,” ujarnya, Sabtu (11/9).

Misalnya, dia mencontohkan, SD Muhammadiyah 09 Plus yang berhasil menjadi pelopor sekolah dasar di Jakarta yang menerapkan pembelajaran dengan teknologi virtual reality (realitas maya). “Kami bekerja sama dengan Edutech dan Millealab. Belum ada di Jakarta yang guru-gurunya menggunakan teknologi virtual reality,” ungkapnya dalam forum yang dihadiri alumni SPs Uhamka tersebut.

Jadi, guru-guru SD Muhammadiyah 09 Plus juga dibekali peningkatan kemampuan di bidang IT. Sebab, selain kemampuan mengajar, menurut dia, guru juga mesti memiliki keterampilan mengajar serta pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik.

Resiliensi Pendidikan


Berkaitan dengan tema webinar, Syamsiah menyampaikan bahwa resiliensi adalah bangkit kembali secara positif terhadap kejadian yang tidak menyenangkan. Selain itu, resiliensi juga dimaknai sebagai kemampuan untuk tetap teguh dalam situasi sulit. “Bagaimana kita menyikapinya secara positif. Kita semua merasakan pandemi ini situasinya sangat sulit untuk kita semuanya,” ujarny.

Selanjutnya Syamsiah menjelaskan, mengutip UU Sisdiknas, pendidik adalah tenaga kependidikan berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong beljar, tutor, fasilitator, dan sebagainya yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

“Pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya di suatu bidang sehingga mampu memengaruhi orang lain,” ujarnya. Hal itu, menurut dia, dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dalam kepemimpinan, termasuk kepemimpinan pendidikan.

Syamsiah mengatakan, pandemi Covid-19 ini berdampak terhadap sekolah dan penyelenggaraan pendidikan. “Yang tadinya bertemu langsung dengan siswa menjadi virtual, yang kedua aktualisasi program tidak terealisasi penuh. Karena saat pertemuan tatap muka, sekolah sudah punya program,” katanya.

Misalnya, dia mencontohkan, praktik jual-beli di pasar, studi wisata, atau kemah, tidak terealisasi seratus persen pada masa pandemi. “Dan yang ketiga yakni adaptasi bagi guru, siswa, dan orang tua. Di SD Muhammadiyah 09 Plus, kami merasakan sulitnya pada masa pendemi ini, siswa yang biasa kita lihat tidak, motivasi jadi berkurang, tugas tidak terpantau, karakter yang sesuai visi sekolah juga tidak bisa terealisasi,” ujarnya, Sabtu (11/9).

Selain itu, kata dia, guru-guru juga harus mau beradaptasi, berubah, dan lebih melek IT agar siswa tidak mudah bosan dalam proses pembelajaran. “Begitu juga orang tua yang harus memainkan peran sebagai pendidik di rumah,” ujarnya. (GB)

Posting Komentar

0 Komentar