GHIRAHBELAJAR.COM - Oleh: Gunawan Maryanto
Perkara Lama
: rks
1
Sekali lagi aku jatuh cinta pada ranting keringmu
Pada keras dan getasmu
Pada padang pasir yang kaubebat dengan kain
-di tempat terbuka
Masa lalu seperti pemijit buta
mencengkeram bahu
Bau tubuhmu yang tak bersalin kembali dibawa angin
Mengganggu dengan kenyataan lain
: malam, kaki gunung, api unggun, gitar dan lagu-lagu
Oalah, sepatah cinta tanpa sepatu, dulu
Pemijit buta terus bekerja
Meraba-raba yang luka dan tak luka
Lalu semua pori-pori terbuka
Lebih dari yang seharusnya
Datang angin dari depan dari belakang
Datang cinta yang dulu yang sekarang
Aku jatuh cinta sekeras penolakanku atasnya
Pada ranting dan padang pasirmu
Pada keras dan rapuhmu
Pada angin yang menghadirkan bau tubuhmu
Ini hanya perkara lama yang tak pernah selesai
2
Di Lhok Nga yang panas
dua butir telur
bersisihan dan kedinginan
: berkeras tak menetas
Gulungan ombak lemah
lelah mengulang kehilangan
lemas mengalungkan cemas
: tak ada yang bisa dipercaya. Percayalah
Sekalipun cinta sekalipun rumah
Tapi lihatlah
dua butir telur membenam dalam pasir
menanam kenyamanan yang hampir berakhir
hingga cinta? Siapa bisa mematah sayapnya? Lahir
Bahkan sisa-sisa rumah di sepanjang pantai ini
sama sekali tak mendebarkan bagi
: cangkang yang kadung lobang
Cinta tak pernah punya mata
Maka jatuhlah di tempat sama
3
Kepala ini membenturkan dirinya
Sekali dan keras sekali
Pada pintu kamarmu
: kebodohan menyusun tubuhnya kembali
ada yang bangun dan tak bisa tidur lagi
Kau melintas tanpa suara
Melindas seluruh drama
Pertunjukan yang tak kuandaikan
Berlangsung di kejauhan
“Cepat, temui aku di gudang itu
di mana dulu kau (pernah) membuatku sekarat!”
4
Di dekatmu aku mencium harum bayi
Meruap dari pori-pori kulitmu
Kuputuskan menjauh
Kauputuskan menjauh
Supaya tak ada yang celaka
tak ada yang terluka
Dan seluruh peristiwa
baik-baik saja-sepertinya
Sampai suatu saat kita terpaksa merapat
Tragedi itu tercipta lagi dengan cepat
Aku meraba-raba kelelahan di tubuhmu
Kau mencabuti uban di rambutku
bocah-bocah tua bermain api masa lalu
Harus berakhir sebelum seluruhnya lahir
5
Apa kabarmu, lama aku tak menyentuhmu
Bercak putih itu
apa masih bertahan di jempol tanganmu
Kita sama menua di ruang yang sama
Cepat lupa dan tak waspada
Tak awas lagi pada logika
Padahal ada yang belum usai dan bahaya
: kesepianku mengancammu
Larilah, jangan tidur di pangkuanku
Apa kabarmu, lama aku tak memelukmu
Racun putih itu
apa masih melekat di ujung bibirmu
6
Kini ponselku sepi
tak ada SMS yang menggetarkan lagi
Banda Aceh-Jogjakarta, 2006
*Puisi ini diterbitkan ulang dari web sastra-indonesia.com
Biografi Singkat Gunawan Maryanto
Gunawan Maryanto (10 April 1976 – 6 Oktober 2021) adalah seorang aktor, penulis, dan sutradara teater berkebangsaan Indonesia. Selain mengelola Teater Garasi Yogyakarta, ia juga menyelenggarakan Indonesia Dramatic Reading Festival (IDRF) bersama Joned Suryatmoko setiap tahun di berbagai kota. Karya-karyanya berupa puisi, prosa dan kritik sastra dimuat di berbagai media massa Indonesia. Gunawan Maryanto telah mementaskan karya-karyanya di berbagai negara, pernah menerima hibah seni dari Yayasan Kelola, dan memenangi sejumlah kompetisi. Tahun 2017, Gunawan Maryanto memenangi penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam Usmar Ismail Award melalui film berjudul Istirahatlah Kata-Kata dengan memerankan sebagai Widji Thukul.Tahun 2020, Gunawan Maryanto memenangkan Piala Citra untuk Pemeran Utama Pria Terbaik berkat perannya sebagai Siman di film Hiruk-Pikuk si Al-Kisah. Buku kumpulan puisinya Sejumlah Perkutut buat Bapak (2010) meraih Khatulistiwa Literary Award 2010. (Wikipedia)
0 Komentar