Keterkaitan Fenomena Pembelajaran Era Pandemi dengan Teknologi dan Metode Pembelajaran
redaksi
November 09, 2021
GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh: Rafida Rachma*
Pembelajaran era ini dituntut untuk lebih bijak dalam penerapannya. Pembelajaran dalam kondisi pandemi tetap diharapkan dapat menjawab kebutuhan pendidikan di Indonesia serta mampu menjawab tantangan dunia. Segala macam cara telah dilakukan oleh pendidikan di Indonesia agar pembelajaran tetap berjalan di tengah-tengah situasi pandemi Covid-19 yang menyerang dunia. Semua aspek dalam pendidikan mencari cara bagaimana pembelajaran tetap berjalan tetapi juga harus menyesuaikan dengan tingkat kemampuan dari masing-masing komponen dalam proses pembelajaran. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tidak semua guru di Indonesia melek teknologi dan tidak semua siswa di Indonesia memiliki akses teknologi yang sama. Maka dari itu, perlu yang namanya penyesuaian-penyesuaian antara seluruh komponen pembelajaran.
Awal pandemi Covid-19 menyerang hampir semua aspek kehidupan beralih ke mode daring. Begitupun dengan pendidikan, pembelajaran dialihkan dari luring menjadi daring. Hal tersebut dilakukan agar pembelajaran tetap terlaksana dengan harapan bahwa siswa tetap mendapat haknya untuk menuntut ilmu. Tetapi saat pembelajaran menemukan formulanya untuk tetap terlaksana, masalah barupun muncul. Tidak semua guru melek teknologi dan tidak semua siswa memiliki alat untuk mengakses pembelajaran daring. Butuh penyesuaian kembali dalam hal ini, guru dituntut untuk melek teknologi dan siswa dituntut untuk bisa menggunakan alat dalam pembelajarannya. Sehingga butuh waktu lagi untuk penyesuaian terhadap masalah tersebut.
Setelah menyita beberapa waktu untuk menyesuaikan terhadap permasalahan yang kedua. Apakah masalah sampai di situ saja? Jawabannya tentunya tidak. Permasalahan selanjutnya yaitu mengenai tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan secara daring. Karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa setiap anak memiliki karakteristiknya masing-masing. Ada anak yang gemar bercengkrama langsung di dalam kelas, ada anak yang yang bisa belajar sendiri karena memang menyukai keadaan yang tenang. Maka banyak sekali permasalahan yang muncul di era penyesuaian kita dengan adanya pandemi ini. Dalam kondisi yang seperti ini guru dituntut untuk bisa membuat pembelajaran yang mudah diterima oleh setiap siswanya. Guru diharapkan dapat menemukan metode, di mana metode tersebut dapat membuat siswa mudah memahami materi pembelajaran. Sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa.
Setelah pandemi menyerah dunia kurang lebih 2 tahun ini, khususnya di Indonesia kasus covid-19 sudah mulai melandai sehingga sistem blended learning mulai digaungkan. Sistem ini menggabungkan pembelajaran luring dan daring. Penerapan sistem inipun perlu pengkajian yang mendalam dari berbagai pihak, mulai dari segi kesehatannya, segi kesiapan sekolah guru serta siswanya. Apakah seluruh komponen ini sudah layak melakukan sistem ini atau belum. Karena dikhawatirkan akan menciptakan cluster baru dari Covid-19 di lingkungan sekolah. Sehingga pada awal penerapannya belum seluruh sekolah di indonesia menerapkan sistem ini. Karena masih ada beberapa sekolah yang belum memenuhi syarat pembelajaran tatap muka terbatas. Sekolah yang bisa melaksanakan tatap muka terbatas tidak bisa menyelenggarakan pembelajaran secara full, karena dari segi jam pembelajaran sampai dengan hari belajarnya masih terbatas.
Pada awal pelaksanaan blended learning ini ada beberapa sekolah yang dicabut izinnya, hal tersebut karena pada saat penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) melanggar sejumlah aturan, seperti lengahnya protokol kesehatan yakni ada beberapa warga sekolah yang tidak menggunakan masker pada saat Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dilaksanakan di sekolah. Hal tersebut dilakukan agar pada penerapannya, seluruh sekolah yang memiliki izin untuk melakukan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) adalah sekolah yang mematuhi aturan dari terselenggaranya Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).
Dalam pembelajaran blended learning selain terlaksananya Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT), sistem pembelajaran daring masih tetap berjalan. Dengan terlaksananya dua sistem ini diharapkan mampu membuat siswa lebih memahami materi pembelajaran. Kelebihan yang dimiliki Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) yaitu terciptanya lingkungan belajar yang baru, karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa hampir kurang lebih dua tahun ini pembelajaran dilakukan secara daring. Di mana dari segi interaksi antara sesama siswa atau siswa dengan guru kurang berjalan dengan baik karena hanya terbatas pada ruang virtual saja. Dengan adanya Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) para siswa menemukan sistem pembelajaran baru lagi, yang diharapkan dapat memudahkan dalam memahami materi pembelajaran dan juga bersosialisasi di lingkungan sekolah. Walaupun intensitasnya masih terbatas.
Sistem pembelajaran daring juga memiliki kelebihannya, kelebihan pembelajaran ini yaitu siswa dan guru bisa melakukannya di mana saja dan kapan saja serta siswa memiliki akses penuh untuk mengakses materi pembelajarannya. Karena biasanya materi dalam pembelajaran daring akan diunggah ke aplikasi atau web tertentu yang sudah disepakati sehingga ketika sewaktu-waktu kita membutuhkan materi tersebut kita akan lebih mudah mengaksesnya.
Sebenarnya tujuan dari dua sistem ini adalah pemahaman siswa terhadap materi yang didapatkannya. Selain didukung dengan sistem pembelajaran, pemahaman siswa terhadap materi juga ditentukan dari metode pembelajaran yang digunakan guru untuk menyampaikan materinya. Sebelum melangkah pada metode, guru harus memahami apa pengetahuan yang akan disampaikan dan proses pembentukan pengetahuan tersebut atau diistilahkan sebagai epistimologi dari pengetahuan tersebut. Proses pembentukan sebuah pengetahuan akan menentukan cara mengajar guru. Guru akan memilih bagaimana cara ia mengajar, pendekatan apa yang akan digunakan di dalam pembelajaran di kelas yang disesuaikan dengan materi dan kebutuhan siswanya. Guru wajib memahami epistemologi agar memahami the nuture if knowledge sehingga pada akhirnya akan mengetahui metode dan pendekatan apa yang tepat.
Ketika sudah menemukan metode serta pendekatan yang tepat maka hal tersebut membutuhkan alat atau media untuk menyampaikannya. Yang dalam hal ini bisa dikatakan bahwa setelah ditemukannya metode dan pendekatan yang sesuai maka butuh yang namanya teknologi untuk menyampaikan materi tersebut. Teknologi di sini bisa diartikan sebagai alat dan bisa juga diartikan sebagai metode. Teknologi sebagai alat yakni komputer laptop dan sebagainya. Teknologi sebagai metode, yakni bagaimana cara mempelajari sesuatu yang dalam hal ini adalah materi pembelajaran.
*Rafida Rachma merupakan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA. Email rafidarachma99@gmail.com.
Tags:
0 Komentar