Mengapa Anak Remaja Gampang Marah?


 

GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh: Onica Sari*

Adanya harapan yang tidak tercapai terkadang membuat seseorang rentan terkena depresi. Terutama pada remaja yang memang masih dalam fase pembentukan konsep diri. Perlunya dukungan sosial dalam sebuah lingkungan juga akan sangat mempengaruhi bagaimana konsep diri pada remaja akan terbentuk. Menurut Hurlock, remaja mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.

Menurut Hall, masa remaja adalah masa badai dan stres yaitu masa yang penuh pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan perubahan suasana hati, berbagai pikiran, perasaan, dan tindakan yang berubah-ubah. Bahwa tugas utama dari masa remaja adalah menghadapi krisis dari identitas. Di sinilah peran penerimaan diri dan dukungan sosial begitu dibutuhkan. Banyaknya masalah yang kerap terjadi dalam fase remaja sering kali salah ditanggapi.

Berikut sembilan masalah remaja yang umumnya terjadi, yaitu: masalah penampilan, masalah akademis, masalah dengan orang terdekat, bullying atau perundungan, masalah percintaan dan aktivitas seksual, kecanduan gawai, tekanan dari teman sebaya, rokok dan minuman keras, serta obesitas.

Baca Juga: Pre-Order Reformulasi Kaderisasi Ulama Muhammadiyah  


Sering kali masalah-masalah tersebut membuat para remaja tak dapat mengontrol emosi mereka. Masa remaja sering dikaitkan dengan emosi yang tidak stabil. Pada masa tersebut, remaja mungkin akan mudah marah, padahal tidak ada penyebab yang jelas. Remaja terbilang labil dan sedang dalam pencarian jati diri menuju dewasa. Beberapa perilaku kemarahan tersebut akan berhenti hingga dirinya menemukan penyebab kemarahannya yang akan meredakan emosinya sendiri. 

Walau begitu, umumnya penyebab remaja mudah marah adalah karena perasaan emosi dan kejadian yang sedang terjadi, bukan dari perilaku. Beberapa hal yang menjadi penyebab remaja mudah marah, di antaranya merasa ditindas, depresi, perasaan cemas, kebingungan secara sosial, dan pubertas.

Remaja memang menghadapi banyak masalah emosi pada tahap ini. Dirinya akan menghadapi pertanyaan mengenai identitas, hubungan, tujuan, hingga perpisahan. Ketika menghadapi masalah-masalah tersebut tentunya dibutuhkan penerimaan diri yang baik. Menurut Chaplin, penerimaan diri merupakan sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat- bakat sendiri dan pengakuan akan keterbatasan sendiri.

Baca Juga: Tawaran Islam Mengatasi Trust Issue  


Penerimaan diri menurut Arthur merupakan sebuah sikap seseorang menerima dirinya. Terlepas mampunya seorang remaja dalam menerima dirinya, sebuah dukungan sosial juga teramat dibutuhkan dalam membentuk sebuah konsep diri yang baik. Di sini peran orang tua juga sangat penting terkait pola asuh yang diberikan. Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghadapi dan mengontrol amarah remaja.
  1. Saat ia marah, usahakan tetap berada di dekatnya
  2. Jangan ajak diskusi saat emosi
  3. Coba berempati dengan situasi
  4. Ketika mereka sudah tenang, saatnya kita berbicara
  5. Perbaiki situasi bersama-sama.
Setelah mengerti bagaimana cara menghadapi remaja ketika marah, diharapkan kita sebagai orang terdekat juga mampu membentuk sebuah konsep diri yang positif dengan cara memberikan support yang cukup. Beberapa tips dari situs Mindful ini dapat dilakukan untuk membangun konsep diri yang positif pada remaja:

  1. Melakukan aktivitas fisik. Remaja mulai sadar akan penampilan dan bentuk tubuhnya. Olahraga, paskibra, menari dapat membuatnya lebih sehat dan percaya diri.
  2. Cintai diri sendiri. Jangan selalu membandingkan diri dengan orang lain. Sebaliknya, terimalah kekurangan diri, beri apresiasi diri sendiri jika telah berusaha maksimal.
  3. Fokus pada kelebihan. Menemukan minat dan bakat dapat membuat remaja memiliki konsep diri yang positif. Lakukan aktivitas yang dapat mengasah minat tersebut.
  4. Membantu orang lain. Membantu orang lain yang tidak dikenal, termasuk aktif dalam gerakan kemanusiaan dan lingkungan, membuat remaja merasa memiliki dampak positif di luar diri mereka sendiri.

Baca Juga: Kritik Sosial tentang Perempuan dalam Film Yuni


Itulah beberapa yang perlu dilakukan para remaja dalam membentuk konsep diri yang positif. Konsep diri adalah semua persepsi kita tentang aspek diri kita, seperti aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain. Dukungan keluarga sangat berperan dalam pembentukan konsep diri pada remaja.

Dalam proses pembentukan konsep diri pada remaja, sangat diperlukan penanaman nilai-nilai Islami. Dengan penanaman nilai-nilai Islami, konsep diri yang positif dapat terbentuk dalam benak remaja. Dukungan keluarga sangat berperan dalam pembentukan konsep diri remaja, dimana keluarga yang menjalin komunikasi secara baik antara orang tua dan anak dapat membentuk konsep diri yang positif.


Biodata: Onica Sari S.Pd. merupakan Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Konsentrasi Psikologi Pendidikan Islam. Instagram @onniiic

Posting Komentar

0 Komentar