Segera Hadir! Anak Bajang Mengayun Bulan, Novel Terbaru Sindhunata


GHIRAHBELAJAR.COM, JAKARTA — Penerbit Gramedia Pustaka Utama resmi merilis buku Anak Bajang Mengayun Bulan karya Sindhunata pada Selasa (29/3), di Gramedia Yogyakarta Sudirman. Terbitnya novel ini telah banyak dinantikan oleh para pembaca, terutama setelah lebih dulu muncul sebagai cerita bersambung di harian KOMPAS.

“Saya sudah memikirkan untuk menulis Anak Bajang Mengayun Bulan sejak 13-14 tahun lalu, tetapi baru pada masa pandemi kemarin saya bisa selesaikan. Yang memacu saya adalah karena sebentar lagi saya berusia 70 tahun dan Anak Bajang Menggiring Angin 40 tahun. Saya ingin saat cetak ulang peringatan 40 tahun Anak Bajang yang pertama, buku itu ada jodohnya,” tutur Sindhunata dalam rilis yang diterima GhirahBelajar.com.

Kisah Sukrosono dan Sumantri dalam Anak Bajang Mengayun Bulan adalah sebuah kisah sederhana dalam dunia pewayangan. Kesederhanaan inilah yang justru memantik rasa penasaran Sindhunata. Cerita itu tak mungkin sesederhana itu, pikirnya. 

Ia lalu menggali lagi dan menemukan kisah kakak tampan yang mengkhianati adik buruk rupa tersebut penuh dengan gugatan terhadap kekuasaan, ambisi, termasuk nafsu dan cinta, juga tentang pertentangan nasib dan kebebasan, kesia-siaan dan cita-cita, hingga bagaimana sesuatu yang buruk dibutuhkan oleh yang baik supaya yang baik itu bisa sempurna.

Tantangan penulisan Anak Bajang Mengayun Bulan muncul saat Sindhunata dituntut untuk menceritakan kembali cerita yang aslinya berbahasa Jawa kuno ke bahasa Indonesia dikaitkan dengan situasi sekarang. Kondisi ini justru membuatnya dapat mengeksplorasi keindahan sastrawi yang sekarang sudah banyak hilang.

“Kemampuan bahasa Indonesia untuk betul-betul masuk ke dalam keindahan sering kita dangkalkan menjadi kepraktisan. Alam Jawa kuno dengan seluruh rasanya membantu saya untuk menggali begitu banyak dinamika dan irama keindahan yang secara bahasa sastra bisa dihadirkan,” kata Sindhunata.

Setelah selesai menjadi cerita bersambung di KOMPAS, banyak pembaca yang merasa kehilangan. Salah satunya adalah penulis Eka Budianta, yang selama enam bulan terus mengikuti cerita ini. Eka membacakan cerita ini untuk istrinya bagai sebuah ritual di pagi hari.

"Dramatic reading yang dilakukan Eka Budianta ini menunjukkan potensi alih wahana yang besar pada novel Anak Bajang Mengayun Bulan. Bahkan, sebelum terbit pun alih wahana sudah terwujud dalam bentuk lukisan karya Budi Susilo yang kini menghiasi novel ini," tutur Mirna Yulistianti, editor bidang sastra Gramedia Pustaka Utama.

Buku Anak Bajang Mengayun Bulan saat ini masih dalam periode prapesan sampai dengan 4 April mendatang. Novel berilustrasi full color ini akan terbit di toko buku secara reguler mulai 13 April 2022.


Sinopsis Buku Anak Bajang Mengayun Bulan


Ia sedaging dan sedarah dengan adiknya,mengapa ia harus menjadi tampan dan adiknya menjadi buruk rupa?

Mengapa bukan dia yang mewujud jelek, dan adiknya yang mewujud tampan? Apakah ini karena perbuatan nasib?

Kalau demikian, alangkah tidak adil dan semena-menanya nasib ini dalam memilihkan takdir bagi ciptaannya.

Ataukah dengan kesemena-menaannya itu, nasib hendak menentukan jalan yang berbeda bagi dia dan adiknya?

Seandainya ada jalan yang berbeda, bagaimanakah nasib harus mempertanggungjawabkan kebahagiaan yang seharusnya boleh dinikmati dengan adil oleh siapa saja?

***

Anak Bajang Mengayun Bulan karya Sindhunata menampilkan kisah sebuah keluarga menjalani sukacita dan tragedi dalam kehidupan. Melalui para tokohnya, kita diajak kembali memaknai cinta, nafsu, kesempurnaan, kegagalan, yang baik, dan yang buruk. Sebuah kisah yang menampilkan perjuangan sejati dan keikhlasan untuk mencintai sampai habis.

Identitas Buku


Judul: Anak Bajang Mengayun Bulan
Penulis: Sindhunata
Ukuran: 13,5 x 20 cm
Tebal: 556 halaman
Format: Soft Cover
Harga: Rp244.000,-
ISBN: 978-602-06-5603-8
ISBN Digital: 978-602-06-5604-5
Terbit: 13 April 2022
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Profil Singkat Sindhunata


Dr. Gabriel Possenti Sindhunata SJ adalah seorang wartawan dan sastrawan. Karya sastranya yang telah menjadi klasik berjudul Anak Bajang Menggiring Angin. Penulis yang dilahirkan 12 Mei 1952 di Kota Batu, Jawa Timur ini juga dikenal karena features-nya tentang kemanusiaan dan kolomnya tentang sepak bola dunia di Harian Kompas, Jakarta. Sekarang ia adalah Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi Majalah BASIS, Yogyakarta. Sejak tahun 1977, ia menjadi wartawan di Harian Kompas, Jakarta.

Sindhunata tamat dari Seminarium Marianum, Lawang, Malang, tahun 1970. Tahun 1980, ia selesai studi sarjana filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta. Kemudian ia menyelesaikan studi teologi di Institut Filsafat Teologi Kentungan, Yogyakarta (1983). Ia melanjutkan studi doktoral filsafat di Hochschule für Philosophie, Philosophische Fakultät SJ, München, Jerman 1986-1992.

Buku features-nya yang telah terbit berjudul Cikar Bobrok dan Bayang-bayang Ratu Adil. Sindhunata juga menulis buku dalam bahasa Jawa: Aburing Kupu-Kupu Kuning, Ndhèrèk Sang Dèwi ing Èrèng-èrènging Redi Merapi, Sumur Kitiran Kencana, dan Nggayuh Gesang Tentrem. Selain Anak Bajang Menggiring Angin, beberapa karya sastranya adalah Air Penghidupan, Semar Mencari Raga, Mata Air Bulan, Menyusu Celeng (Tak Enteni Keplokmu, Tanpa Bunga dan Telegram Duka). Kumpulan puisinya telah diterbitkan dalam buku Air Kata Kata (2003) dan Air Kejujuran (2019). Trilogi catatan sepak bolanya berjudul Air Mata Bola, Bola di Balik Bulan, dan Bola-Bola Nasib (2002). Tahun 2006, features-nya yang dipilih dari Harian Kompas diterbitkan serentak dalam lima buku: Dari Pulau Buru ke Venezia, Segelas Beras untuk Berdua, Ekonomi Kerbau Bingung, Petruk Jadi Guru, dan Burung-burung di Bundaran HI. Tahun 2007, penulis meluncurkan Putri Cina. Pada 2019 terbit Herding the Wind terjemahan Anak Bajang Menggiring Angin dalam bahasa Inggris. Anak Bajang Mengayun Bulan adalah karya terbarunya.

Posting Komentar

0 Komentar