Membasuh Luka Pengasuhan





GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh Siti Nuroh, Mahasiswa Psikologi Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Luka psikologis yang dialami seseorang di masa pengasuhan ada dua kondisi: Minim atau tidak mendapatkan hak-hak anak serta mendapatkan momen menyakitkan bahkan trauma dari caregiver utama. Apakah luka pengasuhan sama dengan inner child? Inner child adalah pengalaman masa lalu yang tidak atau belum mendapatkan penyelesaian yang baik. Orang dewasa bisa memiliki berbagai macam kondisi inner child yang dihasilkan oleh pengalaman positif dan negatif yang dialami di masa lalu. (John Bradshaw,1990).

Maladaptif berefek merusak dan menyakiti, antara lain menyakiti diri, menyaiti pasangan, menyakiti anak, serta menyakiti orang tua. Menyakiti bisa dalam bentuk verbal dan perilaku. Dalam bentuk verbal, contohnya kritik, menyindir, menghina, merendahkan, shaming, dll. Sedangkan dalam bentuk perilaku antara lain bentakan, menghukum, fisik, self harm, mengendalikan, dll.

Akar Utama Luka Pengasuhan

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Al-Imron: 159).

"Sungguh tidaklah sifat lemah lembut ada pada sesuatu melainkan ia menghiasinya. Dan tidaklah sifat lemah lembut tercabut dari sesuatu melainkan ia menjadikannya "buruk“. (HR Muslim No. 6767).

"Wahai Aisyah, sesunguhnya Allah itu Maha Lembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal- hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya. (HR Muslim No. 2593).

Dampak Luka Pengasuhan

Pertama berdampak pada personal: Self worth (kemampuan menilai bahwa ia dan orang lain, memiliki kedudukan yang sama sebagai orang yang berharga, layak dicintai, disayangi, dan dimuliakan), people plesaser (Real Me vs Social Me), kesehatan fisik (badan adalah korban dari penyakit hati menahun).

Kedua berdampak pada pre-marital: Imaji buruk pada pernikahan dan sosok laki-laki/perempuan, pemantik munculnya trauma menikah hingga disorientasi seksualitas (menyukai lawan sejenis).

Ketiga berdampak pada marital, stabilitas emosi bermasalah dan penuh konflik dengan pasangan: anger management minim, trust Issue (insecure, pencemas, cemburu berlebihan serta sulit dekat dengan pasangan), spiritual (bermasalah dengan ibadah kepada Allah).

Keempat berdampak pada parenting: helicopter parenting (orang tua pencemas, tapi anak lumpuh), parent way (orang tua ambisius dan perfeksionis, akademis minded).

Refleksi


Dampak mana saja yang Anda rasakan paling menganggu dan merusak hidup Anda sekarang? Yuk deteksi diri dari sekarang!

Pribadi yang utuh syarat utama adalah mau dan terus bertumbuh. Pribadi yang berfungsi utuh adalah individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya (Carl Rogers, Psikolog).

7 Paradigma Keliru Mambasuh Luka Pengasuhan


  1. MLP bukan mengadili sosok personal orang tua NAMUN yang kita proses adalah luka dan efeknya yang tersisa di jiwa dari perilaku yang spesifik yang menyakitkan atau tidak kita terima hingga sekarang.
  2. MLP bukan menyalahkan orang tua NAMUN belajar ilmu memproses luka dan memutus rantai pendzaliman pada diri sendiri (Self Poisoning). Pemulihan luka ada tanggung jawab kita bukan orang tua. Tidak ada lagi ‘mental korban’.
  3. MLP bukan menghakimi orang tua NAMUN justru untuk memaafkan orang tua dengan setulus-tulusnya. Memaafkan aalah wilayah personal bukan sosial dan wilayah hati bukan loika.
  4. MLP bukan mengorek luka masa lalu tapi membersihkan berbagai penyakit hati sehingga MLP adalah bagian penting dalam membersihkan jiwa, yang mampu mengembalikan kebeningan hati kepada sesame juga keimanan pada maha pencipta.
  5. MLP tidak bisa instan dan mendadak namun membutuhkan waktu dan kesabaran. Fokus pada proses bukan hasil dan dilakukan bukan sekali-kali namun sepanjang hayat. MLP bukan juga perlombaan, artinya fokus pada perubahan sendiri bukan orang lain (bukan konsep Kompetisi tapi Surpetisi).
  6. MLP tidak diperlukan karena ada support system yang positif (Kakek, Nenek, Pasangan atau Sahabat) Betul mengurangi kadar luka NAMUN tidak membasuh atau memulihkan. Kasih sayang dan cinta orang tua tidak akan pernah tergantikan.
  7. MLP bukan merubah takdir namun merubah respon kita mada masa lalu. Dengan terbukanya pikiran, wawasan, jernihnya akal sehat dan beningnya hati maka respon kita akan jauh lebih positif dan menenangkan.

Tujuan dari membasuh luka pengasuhan antara lain; memaafkan orang tua dengan tulus, menghentikan efek merusak dari luka yang masih terasa hingga sekarang dan memiliki P3K mental (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) jika sewaktu-waktu efek itu muncul, serta membersihkan hati dari ragam penyakit hati (bagian dari Tazkiyatun Nafs) agar ragam fitrah kembali bercahaya indah.

“Jangan biarkan hatimu berlarut-larut dalam kesedihan atas masa lalu atau kamu tidak akan pernah siap untuk menghadapi apa yang akan terjadi (di masa sekarang dan masa depan).” -Ali bin Abi Thalib.

Posting Komentar

0 Komentar