Antara Nilai dan Kejujuran, Mana yang Diutamakan?



GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh Chafidah Yasmin Azzukhruf

Pendidikan merupakan media yang memfasilitasi manusia untuk belajar dan mendapat pengetahuan. Pendidikan ada bukan hanya untuk mengajarkan tentang pengetahuan saja, tapi juga mengajarkan akhlak. Peran pendidikan memang sangat penting dan hal tersebut dapat terwujud dengan bantuan dari pengajar dan dukungan dari orang tua. Sejatinya, pendidikan ada untuk mempersiapkan kehidupan yang lebih baik, bukan malah sebaliknya.

Seperti yang telah kita ketahui, pendidikan merupakan dasar penting dari terbentuknya negara yang baik dan kejujuran adalah perilaku dasar yang wajib diterapkan dalam pendidikan. Seiring dengan adanya perkembangan zaman dan makin canggihnya teknologi, tidak mengubah pandangan masyarakat tentang pentingnya nilai dibanding kejujuran. Tidak peduli bagaimanapun caranya, masyarakat hanya menghargai nilai yang bagus, bahkan jika mendapat peringkat.

Saat seorang anak mendapat nilai yang bagus, orang tua akan merasa bangga, sampai menuntut anaknya untuk selalu mendapat nilai tertinggi dan berprestasi. Saat ada orang tua yang mengharuskan anaknya mendapat nilai bagus, anak akan menganggap nilai bagus adalah beban. Bahkan, sering kali untuk mendapatkan nilai yang bagus, anak-anak harus giat belajar sampai mengorbankan waktu bermainnya.

Akhirnya, anak-anak akan cenderung merasa jenuh dalam belajar, hingga akhirnya nekat berbuat curang, seperti menyontek saat ujian. Hal tersebut bisa saja terjadi karena anak-anak menginginkan nilai bagus. Bahkan, dengan menghalalkan segala cara yang orang tua tidak akan mengetahuinya.

Tidak mudah membentuk karakter seseorang, apalagi tentang kejujuran. Jujur memiliki peran besar untuk mendapat kepercayaan dalam kehidupan, bahkan dalam agama juga diperintahkan. Menumbuhkan sifat jujur dalam kehidupan bisa dimulai dari sejak kecil. Jujur sudah bisa diperkenalkan melalui kebiasaan orang tua dan melalui pendidikan. Untuk menumbuhkan sifat jujur tersebut, diperlukan pengaruh dari orang tua dan lingkungan sekitarnya.

Nilai dan kejujuran dalam pendidikan masa kecil akan sangat berpengaruh pada kehidupan di masa depan, misalnya, saat bekerja. Kejujuran dan tanggung jawab akan menjadi hal wajib yang harus dilakukan, sedangkan nilai hanya akan berpengaruh saat awal penerimaan kerja saja. Dengan kejujuran, orang akan memberikan kepercayaannya kepada kita dalam hal apa pun. Dan, juga akan menjauhkan diri dari sifat buruk.

Pada zaman sekarang, budaya jujur sudah mulai sulit ditemukan. Hal ini terjadi adalah karena prinsip manusia yang berkompetisi dalam kehidupan dengan menggunakan segala cara. Bahkan sekarang, rendahnya sifat jujur dalam kehidupan sudah mulai dianggap wajar. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, menjadikan kebohongan dan kecurangan sebagai budaya. Misalnya, menyontek saat ujian atau membenarkan jawaban ujian yang salah, dan sebagainya.

Menyontek menjadikan seseorang untuk malas belajar. Selain itu, alasan seseorang melakukan perbuatan menyontek adalah karena tidak paham terhadap materi. Bisa juga karena takut direndahkan atau dihina oleh orang lain karena nilainya rendah, atau karena prinsip orang tua dan gurunya sendiri lebih mengutamakan nilai.

Menyontek juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor lain, seperti karena tuntutan nilai yang bagus dari orang tua. Namun, karena kurangnya pemahaman anak terhadap materi yang diujikan membuat mereka menyontek untuk memenuhi tuntutan orang tua. Hanya demi nilai yang bagus, seseorang rela untuk berbuat tidak jujur. Hal ini membuktikan bahwa sifat tidak jujur tertanam pada setiap orang. Jadi, bisa saja seseorang melakukan hal yang salah karena ada alasan di balik itu semua, meskipun alasan itu tidak seharusnya dapat dibenarkan.

Dalam hal ini seorang anak tidak bisa disalahkan sendiri. Karena peran pengajar dan orang tua juga harus dipertanyakan. Sebagai pengajar dan orang tua, tidak seharusnya merendahkan bahkan mengucilkan anak yang mendapat nilai jelek. Karena setiap anak pasti memiliki masalah belajarnya masing-masing. Nilai yang baik akan didapat jika sebelum ujian mereka mau belajar dan bersungguh-sungguh dalam pembelajaran.

Selain itu, anak-anak bisa juga mengalami masalah belajar karena lingkungan rumah. Misalnya, malas belajar karena orang tua memfasilitasi anaknya dengan gawai dan tidak memberi batasan dalam bermain game. Faktor lain yang membuat anak-anak malas belajar adalah seperti pelajaran tersebut bukan pelajaran favorit atau tidak suka gurunya, atau bahkan tidak suka metode belajar gurunya, malas belajar karena tidak pernah ada apresiasi dalam usaha belajarnya, dan sebagainya. Jadi, hal yang demikian dapat mempengaruhi menurunnya minat belajar seorang anak.

Pengajar dan orang tua seharusnya bisa membantu menyelesaikan masalah mereka dengan mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi sehingga nilainya rendah. Jika memang karena tidak belajar, apa yang membuat hal itu terjadi. Saat nilainya baik, mempertanyakan apakah nilai baik yang anak dapatkan sudah dengan cara yang benar atau menyontek. Jika nilai didapat dengan cara yang benar, patut diapresiasi. Tidak melihat besar atau kecilnya nilai yang didapat, tapi sudah benarkah proses yang dilalui untuk mendapatkan nilai yang bagus tersebut.

Untuk bisa membangun minat belajar seorang anak dan agar mau memperbaiki kesalahan, bisa dilakukan dengan memberi semangat atau memberi apresiasi terhadap usaha yang sudah dilakukan. Atau pada saat tidak paham mengenai materinya bisa bertanya pada teman ataupun orang lain yang memiliki pemahaman lebih mengenai materi tersebut diluar jam pembelajaran, atau saat mereka memiliki waktu kosong.

Memang benar jika kejujuran lebih penting dibandingkan nilai, tapi bukan berarti berbuat jujur dengan pasrah dan tanpa usaha adalah benar. Hal yang seharusnya dilakukan saat akan menghadapi ujian adalah harus belajar dengan sungguh-sungguh. Kemudian saat ujian berlangsung, lakukan dengan sebaik mungkin dan semampunya tanpa menyontek. Setelah nilai dibagikan, dan ternyata mendapat nilai yang kurang memuaskan, maka jangan berkecil hati, tapi harus belajar lebih giat lagi, karena sebelumnya sudah mengusahakan yang terbaik.

Dengan demikian, akan terbangun kemauan untuk berusaha memperbaiki kesalahan yang sudah diperbuat tersebut, meskipun dengan proses yang lama, tapi adanya sebuah dukungan memang terus dibutuhkan oleh seorang anak. Hal ini mungkin terlihat sederhana, tetapi kesederhanaan tersebut berperan besar untuk pendidikan karakter. Pada kenyataannya memang berat untuk dilakukan, tapi bukankah itu sudah menjadi risiko dari pengajar dan orang tua.

Dengan kejujuran akan mengajarkan kita tentang cara menghargai diri sendiri dengan segala usaha yang terbaik, dan mengajarkan kita untuk percaya pada kemampuan yang kita miliki tanpa melibatkan hal yang tidak benar. Selain itu, juga mengajarkan bahwa, tidak semua nilai tinggi itu berarti, karena kenyataannya kita tidak bisa menguasai semua materi, pasti ada satu atau dua materi yang tidak kita sukai, dan menjadikan hal itu sulit untuk dipahami. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semua orang harus menghargai proses daripada sebuah nilai.

Posting Komentar

0 Komentar