Bagaimana Cara Membaca Buku yang Efektif?


GHIRAHBELAJAR.COM - Oleh: Ahmad Soleh, pencinta buku dan pengelola blog Resensia.my.id

Pertanyaan seperti yang penulis cantumkan pada judul mungkin menjadi pertanyaan banyak orang. Sebab, tak jarang banyak kasus dan pengalaman membaca yang sudah melewati jam-jam melelahkan, tapi ternyata tidak efektif alias apa yang dibaca tidak banyak yang menempel di kepala. Sungguh-sungguh, ini kejadian yang sangat menyebalkan. Oleh sebabnya, kita jadi baca berulang-ulang. Ya, meskipun pekerjaan membaca tak ada salahnya dilakukan berulang-ulang, tentu kita ingin lebih efektif agar kuantitas membaca semakin banyak.

Hal ini juga kerap penulis alami. Apalagi saat membaca tulisan yang “berat”, agak sulit dipahami, banyak istilah ilmiah atau asing, ataupun ketika membaca buku terjemahan yang—mohon maaf—kualitas terjemahannya belum cukup diselaraskan dengan bahasa Indonesia sehingga banyak konsep, istilah, struktur bahasa yang sulit ditangkap maksud dan tujuannya. Alhasil, proses membaca jadi seperti kosong saja, tidak dapat apa-apa.

Lalu, bagaimana sebenarnya cara membaca buku yang efektif? Sesungguhnya, yang pertama mesti kita pahami dan sepakati adalah sejauh mana kita memaknai efektivitas itu. Maka, efektivitas paling mendasar dari membaca sebuah tulisan adalah menghasilkan pemahaman. Pemahaman di sini bisa juga dikatakan “apa yang dimaksud penulis dalam tulisannya, dapat ditangkap dengan jernih dan akurat oleh pembaca”.

Sedangkan dalam tingkatan yang lebih tinggi, efektivitas membaca bisa kita maknai, ketika pembaca tidak sekadar menangkap pesan dan maksud di penulis dalam tulisannya, tetapi lebih dari itu. Pembaca dapat menalar isi tulisan dan menariknya ke dalam konteks atau kenyataan di luar teks. Sehingga, ia bisa mengaitkan apa yang dibaca dengan kenyataan yang dihadapi, apakah relevan ataukah sebaliknya.

Pada level selanjutnya, pembaca bahkan dapat melakukan komparasi antara satu bacaan dengan bacaan lain. Jadi, tidak sekadar menangkap makna, maksud, dan tujuan si penulis dalam tulisannya, pembaca dapat membantah, tidak menyetujui, bahkan meluruskan apa yang ada dalam tulisannya. Tentu saja, penulis tidak akan terlalu jauh membahas sampai level ini. Namun, minimal pada tahap dasar, yakni menangkap ide, maksud, dan pesan dari sebuah teks.

Membaca Sebagai Keterampilan Resepstif

Dalam kajian psikolinguistik—kajian perkembangan bahasa anak dalam sudut pandang psikologi—terdapat dua keterampilan yang mengiringi perkembangan berbahasa setiap orang. Keterampilan pertama yaitu keterampilan menangkap, menerima, dan mengolah kode, tanda, teks, ucapan, dan sebagainya sehingga dapat dimengerti sebagai proses komunikasi, entah dalam bentuk lisan (ujaran) maupun tulisan. Keterampilan ini disebut sebagai keterampilan reseptif.

Sementara keterampilan kedua, yakni keterampilan ekspresif, di mana setiap anak mampu mengungkapkan, menyampaikan, mengomunikasikan ide, pikiran, perasaan, dan imajinasinya dalam kata-kata, umumnya ujaran, secara jelas dan dengan makna yang tepat. Keduanya saling bertaut, tentu saja. Sebab, memang proses komunikasi akan terjadi bila kedua kegiatan ini dapat berlangsung.

Nah, oleh sebab membaca termasuk dalam keterampilan reseptif, maka keterampilan ini mesti dilatih dan terus disempurnakan. Proses melatih kemampuan ini seiring waktu dapat bertambah baik, namun bila tak diasah bisa jadi akan menurun kembali. Sehingga, yang dibutuhkan dalam proses ini ialah menjaga konsistensi, agar otak terbiasa mengolah, menalar, menangkap, dan mencerna teks-teks pada buku secara optimal.

Kendati begitu, bukan berarti tak ada jalan yang bisa memudahkannya. Kita dapat menempuh sejumlah langkah yang dapat membantu memudahkan proses mengasah keterampilan membaca sehingga lebih baik dan lebih efektif. Sebab itu, simaklah uraian berikut.

Meningkatkan Efektivitas Membaca

Baiklah, para pencinta buku sekalian, beberapa cara meningkatkan efektivitas dalam membaca ini dapat kalian lakukan. Tentu saja, mungkin tidak semuanya cocok, tetapi ambillah yang mudah dan paling mungkin kalian lakukan. Bila ternyata memudahkan dan menambah pengalaman membaca yang lebih baik, lakukanlah dengan konsisten.

Pertama, lakukan aktivitas membaca di waktu-waktu yang tepat. Terkadang kita merasa cukup membaca buku hanya di waktu senggang, semisal, di dalam ketera api, di halte sambil menunggu ojek online, atau saat malam hari ketika hendak tidur. Nah, itu mungkin kebiasaan yang baik, tidak ada yang perlu dikoreksi untuk itu. Namun, perlu dievaluasi seberapa efektif kegiatan membaca yang dilakukan di waktu-waktu itu?

Nah, untuk itulah kita mesti benar-benar menyiapkan waktu yang tepat. Ada yang menilai waktu yang tepat itu ya sesuai waktu yang dijadwalkan. Namun, ada juga yang merasa bahwa waktu yang tepat itu justru saat yang tidak direncanakan. Kedua pandangan ini bisa saja “ada benarnya” sehingga tidak perlu dibawa ke ranah perdebat-kusiran yang panjang dan melelahkan. Ya, waktu yang tepat untuk membaca ialah saat pikiran kita benar-benar fresh dan siap menerima serta mengolah informasi. Nah, bicara waktunya pasti berbeda-beda, ada yang malam menjelang tidur, pagi saat menunggu matahari terbit, dan sebagainya.

Kedua, yakni dengan menandai bagian-bagian yang penting. Biasanya kita akan bingung sebab merasa apa yang kita baca kok ya penting semua. Namun, sebetulnya yang perlu kita tandai adalah kata kunci atau pokok bahasan dalam sebuah paragraf atau halaman buku. Tandailah entah dengan stabilo, pensil, atau dengan memberi catatan kecil pada margin kisi/kanan halaman buku. Gunakan cara yang menurut kalian lebih nyaman untuk digunakan.

Kata kunci yang kita tandai akan tersemat di dalam kepala kita secara sadar ataupun tidak. Sehingga ini akan membantu kita meningkatkan daya ingat tentang sebuah topik bahasan. Selain kata kunci, kita juga bisa menandai kalimat-kalimat yang quotable. Kalimat quoatble biasanya memiliki struktur yang indah, diksi yang pas tidak berlebihan, dan memiliki makna yang selalu relevan untuk bahasan tertentu. Nah, selain menambah perbendaharaan quote untuk jadi status medsosmu, hal ini juga bisa membantu kita lebih efektif dalam menangkap isi bacaan.

Ketiga, ulas setiap target bacaan kita. Misalnya, ketika selesai membaca bab sekian atau halaman sekian, kita menulis ulasannya secara singkat dengan bahasa sendiri. Hal ini akan merangsang kinerja otak dalam mengolah informasi yang sudah diterima. Mengulas ini sangat bermanfaat karena selain meningkatkan kualitas membaca, kita juga jadi belajar menulis dan mengungkapkan dengan bahasa sendiri. Jadi dobel yekan keuntungannya.

Kegiatan mengulas atau meresensi ini juga bisa dilakukan dengan target bacaan satu buku. Misalnya, ketika selesai membaca satu buku kita buat ulasannya yang membahas isi, konsep, struktur, dan hal-hal teknis dalam penyajian buku. Jadi, mulailah berlatih dengan pola BUBUBU (baca-ulas-baca-ulas-baca-ulas).

Keempat, bacalah buku setiap hari. Seperti yang penulis ungkapkan di awal bahwa keterampilan ini bisa ditingkatkan, tetapi di sisi lain juga bisa menurun seiring kita meinggalkan kegiatan membaca. Sebab itulah, usahakan dan tekadkan dalam diri kita untuk terus melakukan aktivitas ini dengan baik. Membacalah apa pun itu setiap harinya, sehingga kita terbiasa dan makin terbiasa mencerna bacaan.

***
Itulah sejumlah cara sederhana untuk meningkatkan keterampilan dan efektivitas membaca kita, terutama dalam konteks membaca buku. Buku adalah jembatan yang dapat membawa gagasan dari siapa pun dari zaman kapan pun kepada kita yang hidup di hari ini. Rene Descartes mengungkapkan, “Membaca semua buku yang bagus layaknya sebuah percakapan dengan pemikiran terbaik di abad-abad sebelumnya.”

Alangkah sayang, jika kesempatan berpetualang di rimba intelektual itu tidak kita lakukan. Banyak waktu terbuang sia-sia. Dan sebagai penutup tulisan ringkas ini, kutipan ungkapan Buya Hamka ini penulis rasa dapat memantik semangat untuk membaca buku: “Membaca buku-buku yang baik berarti memberi makan rohani yang baik.”

Posting Komentar

0 Komentar