Pendidikan Anak dalam Keluarga Sakinah



GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh: Muhamad Naufal Aditya

Kata "sakinah" berasal dari bahasa Arab (سَÙƒِينَØ©) yang memiliki akar kata dari huruf-huruf س-Ùƒ-Ù† (sin-kaf-nun). Pada dasarnya, "sakinah" memiliki makna damai, tenang, atau ketenangan. Dalam konteks Islam, istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan keadaan harmonis dan penuh kedamaian dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam hubungan pernikahan dan keluarga. 

Penjelasan makna "sakinah" dapat dicontohkan dalam beberapa ayat Al-Qur'an dan hadits, di antara Salah satu contoh ayat yang mengandung kata "sakinah" terdapat dalam Surah Ar-Ra'd (13:28). Dalam hadits-hadits, Rasulullah ï·º juga sering menggunakan kata "sakinah" untuk merujuk pada keadaan ketenangan dan keharmonisan dalam keluarga. Contohnya, beliau bersabda, "Pilihlah yang baik untuk keluargamu, karena keduanya (baik atau buruknya keluarga) akan memberikan sakinah." (HR. Ahmad)

Hakikat Pendidikan menjadi Fondasi Pembentukan Karakter dan Kebangkitan Potensi Pendidikan mencerminkan inti dari transformasi dan perkembangan manusia. Secara hakiki, pendidikan bukan sekadar proses pemberian informasi atau pengetahuan, tetapi sebuah perjalanan panjang menuju pembentukan karakter dan kebangkitan potensi individu. 

Di balik setiap ilmu yang diperoleh, terdapat hakikat yang mendalam yang membentuk esensi pendidikan. Melalui hakikat ini, pendidikan menjadi lebih dari sekadar alat untuk mendapatkan pekerjaan atau meningkatkan status sosial. Pendidikan menjadi wahana untuk membentuk individu yang berakhlak, kreatif, dan berdaya guna, serta menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik untuk semua.

Membangun Generasi Berkarakter

Dalam perspektif Islam, pendidikan anak merupakan tanggung jawab besar yang harus dipikul oleh orang tua. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah (2:267). Rasulullah ï·º juga memberikan petunjuk yang jelas terkait tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak. Dalam hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap dari kalian akan ditanya tentang pimpinanannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin di rumah tangganya dan ia akan ditanya tentang pimpinannya."

Membangun karakter bisa dilakukan dengan hal berikut:
  1. Pendidikan Agama: Membangun karakter yang kuat dimulai dengan memperkuat fondasi spiritual. Memberikan pendidikan agama yang kokoh, mengajarkan nilai-nilai moral, dan mendidik anak dalam cinta dan ketaatan kepada Allah.
  2. Teladan Orang Tua: Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua. Oleh karena itu, orang tua harus menjadi teladan yang baik dalam berbicara, berperilaku, dan berinteraksi dengan orang lain.
  3. Komunikasi Terbuka: Menciptakan lingkungan di mana anak merasa nyaman untuk berbicara dan mengungkapkan perasaan mereka. Komunikasi yang terbuka membantu membangun kepercayaan dan pemahaman antara orang tua dan anak.
  4. Pendidikan Karakter Melalui Kisah-Kisah Islami: Menggunakan kisah-kisah dari Al-Qur'an dan hadits sebagai sarana untuk mengajarkan nilai-nilai karakter seperti kejujuran, kesabaran, dan keikhlasan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Khalil Gibran, "Anak-anak adalah anak panah yang dilemparkan oleh pemanah yang hebat, yaitu orang tua. Tujuan orang tua adalah meluncurkannya ke depan sejauh mungkin, sehingga dapat meraih target kehidupannya." 

Dalam konteks keluarga sakinah, pendidikan anak bukan hanya tentang mempersiapkan mereka untuk hidup di dunia ini, tetapi juga untuk mendapatkan kebahagiaan abadi di akhirat. 

Dengan menggali nilai-nilai keislaman, memberikan teladan yang baik, dan memastikan komunikasi yang sehat, keluarga sakinah dapat menjadi ladang subur untuk membentuk generasi yang berkarakter dan bermanfaat bagi umat dan lingkungannya.

Posting Komentar

0 Komentar