Kajian Rumah Ideologi, Bahas Sejarah Berdirinya Muhammadiyah



GHIRAHBELAJAR.COM, JAKARTA – Di tengah bulan puasa, Bidang Kader PK IMM FKIP Uhamka menggelar Kajian Rumah Ideologi, Jumat (8/4). Kegiatan ini bertujuan memperkuat dan mendalami sejarah Muhammadiyah serta mempererat hubungan silaturahmi antara kader dan pengurus di PK IMM FKIP Uhamka.

Kajian Rumah Ideologi yang dilaksanakan secara luring ini digelar di Ruang Kelas 203 Masjid Darul Ulum Kampus A Uhamka. Kajian Rumah Ideologi kali ini, yang merupakan pertemuan pertama, membahas mengenai sejarah berdirinya Muhammadiyah.

Kegiatan diawali dengan perkenalan dari moderator, yaitu Nurul Aini, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Anang Rizki Usahawanto selaku ketua Bidang Kader PK IMM FKIP Uhamka.

Baca Juga: Ketua Balkotfarm DKI Jakarta Berbagi Keseruan Urban Farming  


“Keberlangsungan kajian ini sebagai bentuk follow up akan materi yang sebelumnya sudah didapatkan yaitu pada saat Darul Arqam Dasar, harapannya sebagai kader ikatan kita tidak hanya pandai dan paham akan secara praktiknya namun secara teori pun kita seharunya jauh lebih paham dan dapat menjelaskan ketika ada yang mengajak berdiskusi atau bertanya, sehingga,” ungkap Anang, Jumat (8/4).

Kajian Rumah Ideologi menghadirkan Ketua Korps Instruktur IMM Cabang Jakarta Timur yang juga lahir di lingkungan Muhammadiyah, Azzumar Abdillah Husein, sebagai narasumber.

Dalam kesempatan itu, Azzumar menjelaskan secara beruntun untuk menjelaskan Sejarah Muhammadiyah. Pemaparan materi dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan media power point dan juga papan tulis untuk menjelaskan secara manual. Peserta tampak sangat antusias dan menyimak secara baik dan penuh akan konsentrasi.

Baca Juga: Gelar Bimrus, Hima PBSI Uhamka Dorong Skill Menulis Jurnalistik


Kajian selanjutnya dilakukan dengan adanya sesi diskusi dari apa yang sudah dijelaskan oleh narasumber mengenai bagaimana Muhammadiyah berdiri dan latar belakangnya, salah satu peserta mengajukan pertanyaan akan arti dari TBC yang pada saat itu di daerah Kauman, Yogyakarta, masih banyak dilakukan oleh masyarakat.

Azzumar menjelaskan, dengan jelas mengenai TBC. TBC, kata dia, merupakan singkatan dari Tahayul, Bid’ah, dan juga Khurafat yang di mana masyarakat kauman pada saat itu masih percaya akan hal-hal yang sifatnya klenik, padahal mereka tetap melakukan shalat namun perantara yang dilakukan dengan memberikan sesajen kepada tempat yang dianggap dapat memberikan manfaat bagi orang tersebut.

“Hal itu menyebabkan kebid’ahan karena tidak pernah adanya ajaran Rasulullah saw yang mengajarkan akan hal seperti itu, kemudian adanya khufarat terjadi karena masyarakat adat jawa yang akan kental pada adat istiadat dan juga pantangan atau larangan yang sebenarnya itu menyimpang dari ajaran Islam,” ujarnya.

Baca Juga: Tips Menulis Opini di Media Massa  


Selain itu, Azzumar juga mengajak peserta untuk berkhidmat dalam proses menjadi kader Muhammadiyah melalui IMM. “Teman-teman yang belum menjadi kader Muhammadiyah sepenuhnya tidak perlu dikhawatirkan karena itu satu bagian adanya sebuah proses yang sekarang temen temen rasakan, nikmatin akan hal yang sifatnya kebermanfaatan serta dapat memberikan perubahan akan perkembangan diri temen-temen,” ungkap Azzumar.

Kajian ini dihadiri 45 peserta yang merupakan kader dan pengurus PK IMM FKIP Uhamka periode 2021-2022. Kegiatan ditutup dengan penyerahan sertifikat serta foto bersama. Kemudian, acara dilanjut dengan berbuka bersama pada saat waktunya tiba untuk berbuka puasa.

Posting Komentar

0 Komentar