Sejarah Kolonialisme dan Imperialisme Barat



GHIRAHBELAJAR.COM - Indonesia merupakan salah satu negara yang amat diminati dan memancing perhatian para penguasa dan pebisnis Eropa. Mereka begitu ingin menaklukkan dan menguasai daerah-daerah di Indonesia. Hal itu disebabkan di Indonesia terdapat banyak daerah penghasil rempah. Ya, rempah-rempah merupakan magnet para pebisnis dan penguasa Eropa pada masa itu.

Wangi rempah-rempah dan kekayaan alam Indonesia tercium dan membuat para penjajah datang untuk menguasainya. Di Eropa ternyata rempah-rempah amat dicari. Rempah-rempah juga melambangkan kekayaan bagi para bangsawan Eropa. Maka, tak heran jika mereka berburu dan mencoba menguasai negara-negara seperti Indonesia.

Hal yang mendorong para penjajah Eropa datang ke Indonesia di antaranya adalah misi 3G (gold, gospel, glory) yang artinya kekayaan, penyebaran agama Kristen, dan kejayaan. Kemudian, jatuhnya Kota Konstantinopel pada 1453. Selanjutnya, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mulai dari teori heliosentrisme, penemuan teropong, hingga penemuan kompas. Terakhir, yaitu informasi yang terdapat dalam buku perjalanan Marcopolo ke belahan timur dunia, yakni Mundi dan Il Milione.

Masuknya Penjajah Eropa


Portugis mulai masuk ke Indonesia pada 1488. Tokohnya adalah Vasco da Gama yang berlayar ke India dan pulang mengangkut rempah-rempah. Tokoh berikutnya adalah Alfonso d’Alburquerque yang berhasil mendarat di Malaka. Pada 10 Agustus 1511, Alfonso menguasai Malaka yang merupakan pusat rempah-rempah Asia Tenggara. Nah, itulah yang mengawali penjajahan di Indonesia.

Malaka menjadi pintu masuk penjajah Eropa untuk mengangkut rempah-rempah. Selanjutnya, Spanyol hadir di Tidore pada 1521. Sebastian Del Cano mendarat di Tidore dalam ekspedisi yang dikenal dengan ekspedisi Magelhaens. Meski melanggar Perjanjian Tordesillas antara Portugis dan Spanyol yang membuat keduanya bersitegang, ekspedisi ini tetap dilanjutkan. Hingga akhirnya keduanya menggelar Perjanjian Saragoza pada 1529.

Pada 1596, giliran Belanda yang tiba di Banten. Cornelis de Houtman adalah tokoh Belanda yang amat dikenal pada masa itu. Sultan Banten marah dengan perlakuan kasar Belanda terhadap warga pribumi, sampai akhirnya Sang Sultan menghentikan ekspedisi para penjajah tersebut. Ya, Belanda gagal pada waktu itu. Namun, pada 1598-1600, Jacob Van Neck yang kemudian memimpin rombongan Belanda datang kembali. Van Neck mendarat di Maluku dan berhasil membawa pulang rempah-rempah.

Inggris juga datang ke Indonesia untuk berburu rempah-rempah. Rupanya wangi rempah begitu menggoda dan berhasil memancing mereka datang. Pada 1604, Henry Middleton dan Jamec Cook masuk Indonesia lewat Sumatra kemudian Banten. Setahun kemudian, mereka ke Maluku dan berhasil membawa lada dan cengkeh.

Masa-Masa VOC dan Perlawanan


Belanda kemudian membentuk organisasi dagang VOC (Vereenigde Oostindiche Compagnie) pada 1602. Kompeni merupakan perusahaan dagang yang menghimpun para pengusaha Belanda. Tujuan berdirinya VOC ini antara lain mengakomodasi kepentingan para pengusaha Belanda agar bersaing dengan sehat. VOC dimulai dengan misi dagang. Namun, di balik misi dagang itu ternyata terselip keinginan juga untuk berkuasa. Ya, jadi motifnya politik.

Indonesia tidak tinggal diam menghadapi para penjajah ini. Kerajaan dan masyarakat di berbagai daerah yang dijajah pun aktif melakukan perlawanan. Mulai dari perundingan, perjanjian dengan bangsa Barat, hingga perlawanan dengan senjata pun dilakoni.

Pada 1512, Malaka dan Demak melakukan perlawanan terhadap Portugis. Tokohnya adalah Pate Kadir dan Pati Unus. Pada 1513, Aceh dan Demak melancarkan serangan ke Malaka, tempat penjajah Portugis mulai mendarat. Maluku, pada 1529, terjadi perang antara Portugis dan Kerajaan Tidore. Rakyat Tidore marah lantaran Sultan Hairun dikhianati dan dihukum mati oleh Portugis.

Pada masa VOC, terjadi perlawanan di Ambon, Ternate, Makassar, Jailolo, dan Trunajaya. Rakyat Trunajaya dipimpin Adipati Anom melakukan perlawanan atas kesewenang-wenangan yang dilakukan Raja Amangkurat. Kemudian, pada masa penjajahan Belanda, terjadi perlawanan di antaranya di Maluku tahun 1817, Perang Padri tahun 1815-1837, Perang Diponegoro tahun 1825-1830, dan Perang Jagaraga tahun 1849.


Posting Komentar

0 Komentar