Membangun Cinta Berkualitas


GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh M. Sulhan, S.Pd., Mahasiswa Pascarjana Konsentrasi Psikologi Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Menyukai atau mencintai merupakan sesuatu yang lumrah dalam dinamika kehidupan seseorang baik yang terjadi pada fase kanak-kanak, remaja, dan dewasa, akan tetapi unsur terpenting dari cinta itu sendiri bisa diamati atas apa, siapa,mengapa, kapan, dimana, dan bagaimana cinta itu dijawantahkan, orientasinya adalah agar sebuah cinta dan rasa dapat tersalurkan dengan baik dan positif. 5 W + 1 H dalam mencintai menjadi penting sebagai prasyarat menjadikan cinta itu berkualitas.

Cinta dalam Kacamata Psikologi

Dalam ilmu psikologi, konsep cinta dimaknai sebagai sebuah rasa yang melahirkan perhatian, menyayangi dan menyukai , rasa ini tertanam secara kuat dalam hati seseorang dan berimbas pada rasa rindu terhadap objek yang dicintai.

Konsep cinta dalam pandangan para ahli psikologi melahirkan multi perspektif, menurut Zick Rubin menjelaskan bahwa perasaan cinta yang dimiliki seseorang akan melahirkan sebuah perhatian (love attention), kasih sayang (love affection), keintiman (love intimacy). Tiga hal mendasar ini mutlak sebagai tanda cinta, maka bukanlah cinta tanpa sebuah perhatian, kasih sayang, dan keintiman, menurut teori cinta dan menyukai.

Pandangan lain dalam teori cinta segitiga yang dikembangkan oleh Robert Stemberg ,teori cinta segitiga memandang bahwasanya ada tiga aspek yang dapat membangun cinta dalam diri seseorang yakni keintiman, komitmen, dan gairah. Keintiman itu sendiri terdiri dari sebuah kepercayaan, keakraban, kedekatan emosional, dan kemesraan.

Komitmen sendiri berupa upaya mempertahankan sebuah hubungan berdasarkan alasan yang kuat. Bertahan untuk tetap mempertahankan orang yang dicinta ditengah kehadiran seseorang yang baru atau keinginan pihak lain untuk mengakhiri cinta dan berpindah ke hati yang lain. Misalnya, menerima seseorang atas dasar menjaga kehormatan keluarga atau memaksakan hati untuk memenuhi keinginan orang tua dan kasus lain yang dapat mencederai sebuah komitmen yang dibangun. Sedangkan gairah merupakan ketertarikan secara fisik dan seksual. Dalam teori ini cinta dikonstruksikan berdasarkan tiga hal, yakni, keintiman, komitmen, dan gairah.

Download Template Berita, Klik di Sini!


Sedangkan dalam teori yang dijelaskan oleh Elaine Hatfield kehadiran cinta disinyalir berdasarkan kasih sayang dan gairah, kasih sayang dapat tecermin dari sebuah kisah cinta yang didasari dengan perasaan dan tingkah laku saling menghormati, keterikatan, kepercayaan, menghargai dan cinta antara satu dan lainnya. Sementara gairah mengarahkan pada sesuatu yang didasari pada keadaan emosi yang kuat tentang ketertarikan seksual.

Memahami cinta terlihat dari eksperesi, ketenangan, kebahagian, dan ketentraman dalam memperoleh dan mengaplikasikan cinta yang pada akhirnya mengemas cinta menjadi lebih positif dan produktif. Guna mewujudkan keindahan cinta ada beberapa hal yang perlu dijawab dan diperhatikan dalam orientasi memperoleh dan membangun cinta. Coba tanyakan dalam lubuk hati terdalam tempat cinta itu bersemayam, pertama atas dasar apa cinta itu?

Komponen Dasar Bangunan Cinta  


Kekuatan cinta layaknya sebuah menara pencakar langit, kokoh dan tidaknya ditentukan oleh komponen dasarnya, begitu pun dalam membangun cinta, dasar kita mencintai menjadi hal yang penting untuk menentukan kualitas cinta itu sendiri, ketika menghendaki cinta agar dapat bertahan bahkan kekal selamanya maka bangunlah cinta atas dasar sesuatu yang kokoh, kuat dan kekal, maka sebelum memulai dan menyatakan cinta buatlah kerangka dan komponen dasar yang mendasari sebuah cinta.

Kedua, siapa yang dicintai dan mencintai? Orientasi dari pertanyaan ini adalah untuk memastikan bahtera cinta berlabuh pada samudra yang tepat yang penuh ketenangan tanpa badai. memastikan bahwa orang yang dicintai adalah orang yang layak mendapatkan dan menerima ketulusan cinta dan orang yang mencintai layak untuk memberikan cinta.

Akan tetapi, ambisi terkadang menyilaukan mata orang yang mencintai, di sisi lain ia bertekad untuk mendapatkan cinta sementara disisi lain dia tidak layak untuk menerima cinta, maka keserasian dan keterpaduan (kufu’) menjadi tolok ukur dalam menentukan permasalahan cinta. Siapa dalam cinta adalah orang yang akan bersama, untuk berbagi, melengkapi kekurangan, menasehati setiap kesalahan, dan memahami setiap sikap dan tindakan. Tidak ada cinta tanpa mengenali kelemahan dan kelebihan orang yan dicinta.

Ketiga, mengapa kita mencintai dan dicintai, hal ini sederhana, akan tetapi perlu untuk disadari dan ditelusuri, karna sebuah cinta selalu membutuhkan alasan, kata “ cinta tak butuh lasan” adalah sebuah omong kosong, bahkan penuh kepalsuan. Alasan mencintai menentukan kualitas cinta dan diri kita, layak dan tidaknya kita mendapatkan cinta bergantung dari alasan mengapa kita mencintainya dan mengapa kita dicintai? Atau apa yang harus kita cintai dalam dirinya dan apa yang harus dicintai dalam diri kita? Menjadi dasar untuk melanjutkan alur cerita cinta itu. Jika mengapa tak menemukan jawab, maka hentikan cinta itu, mungkin mata telah buta tertutup nafsu sesaat yang menuntut perjalanan tanpa arah.

Keempat, kapan kita harus mencintai dan dicintai? Hal ini mengindikasikan bahwa harus ada perencanaan cinta, kapan cinta itu harus dihadirkan, kapan cinta itu harus diungkapkan, dan kapan cinta itu harus direalisasikan, cinta tanpa sebuah perencanaan adalah perjalanan tanpa rute tujuan, yang pada akhirnya akanberimbas pada kelelahan dan kepayahan.

Agar cintamu tumbuh, berbunga, dan mekar, dalam setiap senyum yang hangat, dan sapaan yang penuh perhatiaan, maka jalani setiap proses dan tahapannya dengan sebuah perencanaan. kapan juga mengindikasikan persiapan baik psikis maupun fisik dalam memulai cinta, dan rencana masa depan, “Gagal dalam merencanakan berarti merncanakan sebuah kegagalan.” Cinta akan lebih indah jika tiap alurnya dilewati bersama dengan saling menguatkan.

Kelima, di mana mendapatkan cinta? Di mana mensyaratkan sebuah lokasi sebagai penentu kelayakan orang yang akan dicintai, jika menemukan cinta dalam tempat yang baik dan mulia, berarti menemukan orang yang tepat pun sebaliknya jika menemukan atau bertemu pada tempat yang salah maka tengah menemukan orang yang salah. Dimana akan menjadi saksi pertemuan, berlangsung dan berakhirnya kehidupan dalam bingkai cinta, pada akhirnya di mana cinta itu dimulai dan diakhiri membutuhkan suatu tempat yang harus ditata dan dipersiapkan.

Keenam, bagaimana mengaplikasikan cinta? Bagaimana cara mencintai, bagaimana cara memahami, bagaimana cara menjaga dan merawat keindahan cinta, bagaimana cara mengabadikan cinta adalah tanya yang membutuhkan sebuah pembuktian. tentunya jagalah cinta itu dengan kuatnya kasih sayang, pagari dengan kokohnya kesetiaan, sirami dengan air ketulusan, pupuk dengan canda tawa dan kemesraan dan naungi dengan keimanan dan ketakwaan.

Posting Komentar

0 Komentar