Tertarik Nonton Film Boys Love, Apakah Salah?


GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh Mutiara Syahda

Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan teknologi yang semakin canggih, memudahkan semua orang untuk mengetahui berbagai informasi dari berbagai negara. Salah satu faktor yang menyebabkan hilangnya kebudayan khas dalam negeri karena masuknya budaya baru kemudian dijadikan sebagai suatu kebiasaan yang merubah pola gaya hidup agar terlihat berbeda dan mencolok seperti pakaian, makanan dan film. Seperti saat ini, yang semakin ramai diperbincangkan adalah film yang ditayangkan dari berbagai negara.

Film adalah hasil karya seni yang diperankan oleh seorang aktor dan aktris dengan bersifat menghibur dan menyampaikan pesan melalui media elektronik. Berbagai jenis alur film yang ditayangkan dan menarik perhatian seluruh masyarakat. Salah satunya film sesama jenis yang sekarang ini semakin popular sehingga menimbulkan berbagai persepsi dari masyarakat dan pecinta film tersebut. Apalagi para anak muda yang mudah terpengaruh dengan hal-hal baru dan menjadi pengikutnya.

Film percintaan laki-laki sesama jenis atau BL (Boys Love) merupakan film yang menggambarkan alur cerita yang terfokus pada kisah romantis antara sesama laki-laki. Berbagai negara yang menghasilkan film tersebut seperti Thailand, Amerika, Jepang dan lain-lain. Perluasan alur cerita sesama jenis menimbulkan berbagai festival sastra, kantor produksi, serial televisi dan membuat kelompok penggemar agar bertemu dengan sang idola.

Thailand merupakan negara yang cukup progresif untuk memperkenalkan isu-isu BL. Alur cerita dari film tersebut memang cukup berbeda, menarik dan memikat perhatian masyarakat yang menceritakan pasangan sesama jenis laki-laki atau gay. Industri film ini menampilkan interaksi antara dua laki-laki baik di dalam layar maupun luar layar kaca. Namun banyak yang menentang film laki-laki sesama jenis ini.

Di Indonesia, film tersebut masih hal yang tabu dan maksiat karena menimbulkan perselisihan narasi moral dan agama. Banyak masyarakat yang menganggap bahwa film laki-laki sesama jenis hanya menampilkan alur dengan bernuansa erotik yang senonoh dan tidak pantas diperlihatkan. Namun tidak semua film tersebut menampilkan adegan yang tidak pantas. Beberapa pecinta film ini memandang bahwa film lelaki sesama jenis tergantung dari bagaimana orang-orang memadukan film tersebuat agar tidak terbawa ke dalam kehidupan atau merubah gaya hidup.

Ada juga yang menganggap bahwa film tersebut hanya dijadikan sebagai hiburan semata, bersikap netral dan tidak mendukung secara terbuka. Tetapi para fans pecinta film sesama jenis ini mengaku bahwa mereka terlalu terbawa perasaan dan menginginkan adegan dalam film menjadi kejadian nyata di luar film, bahkan menginginkan kedua pemain tersebut melanjutkan ke jenjang pernikahan.

Namun berbanding terbalik dengan persepsi masyarakat yang sebagian besar menghujat dan menghina perilaku yang dilakukan oleh orang-orang yang menonton film tersebut. Masyarakat menganggap dengan menonton film tersebut akan memberikan efek buruk untuk selanjutnya, dari film lelaki sesama jenis ini akan menyebabkan semakin banyaknya komunitas pendukung LGBT.

Masyarakat lainnya juga menganggap bahwa pada norma dan agama juga menolak dengan keras adanya percintaan laki-laki sesama jenis atau filmnya. Sebagai generasi muda, seharusnya dapat membedakan mana yang baik untuk ditiru dan tidak ditiru. Orang tua juga harus mengetahui perilaku anak ketika dirumah dan diluar rumah, mengajarkan akhlak dan taqwa agar terhindar dari dampak buruk akibat menonton film sesama jenis ini.

Banyak masyarakat yang mengalami perubahan ketertarikan kepada sesama jenis laki-laki karena salah mengartikan dan terlalu mendalami gaya hidup negara yang mendukung LGBT. Sehingga, masyarakat secara terbuka sudah menunjukkan dan mendukung LGBT melalui media sosial. Banyak terjadinya pro dan kontra di media sosial sampai trending topic di Twitter mengenai tanggapan film ini terhadap kehidupan masyarakat. Namun, berbeda dengan tanggapan fans yang menganggap bahwa mereka memiliki hak untuk memilih apa yang akan mereka jalani. Seperti yang dikatakan oleh beberapa fans percintaan sesama jenis “Kita punya cinta, tetapi dunia punya norma”.

Beberapa fans mengaku belum bisa mengungkapkan jati dirinya bahwa mereka menyukai film tersebut. Seluruh masyarakat harus tetap memperlakukan seorang yang menyukai film tersebut secara adil dan tidak membedakan satu sama lain. Adapun berbagai cara untuk masayarkat menyikapi seseorang yang menyukai film laki-laki sesama jenis dengan baik sebagai berikut:

Pertama, sikap pengertian dan saling menghargai, dengan mengerti mengapa mereka menyukai dan mengikuti film tersebut. Bertanya dengan sopan dan menghargai jika mereka tidak ingin menceritakan alasannya. Tetap menghargai apapun keputusan yang dibuat oleh mereka dan membantu secara perlahan-lahan agar mereka kembali ke jalan yang seharusnya dan meninggalkan kebiasaanya. Kedua, mendengarkan mereka, tidak hanya mendengarkan latar belakang namun juga dengarkan cerita dan persaan mereka terhadap film tersebut. Kebanyakan dari mereka yang menganggap telah merasakan kehilangan rumah, kepercayaan, mencari jati diri baru dan menemukan kebahagiaan dengan menonton film ini.

Ketiga, tidak mengubah hubungan satu sama lain, kebanyakan orang berfikir apabila berteman dengan seseorang yang menyukai film ini akan ikut terbawa hal-hal negatif. Usahakan untuk tetap melakukan aktivitas seperti biasanya layaknya tidak terjadi hal apa-apa. Keempat, harus berpikir dewasa bahwa film hanyalah hiburan semata dan bukan untuk ditiru pada kehidupan nyata. Film hanyalah bersifat fiksi dan kebetulan ditemukan dalam kehidupan nyata.

Posting Komentar

0 Komentar