Madrasah Ramadhan yang Menggerakkan




GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh: Indar Cahyanto*

Bersyukur pada saat tahun ini kita dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadhan. Kita bisa merasakan kehangatan beribadah bulan suci Ramadhan yang selalu dinantikan dalam kehidupan. Walaupun shaum Ramadhan tahun ini masih dalam suasana pandemi Covid-19. Sejuta harapan dan makna memasuki shaum Ramadhan pada tahun ini bisa lebih baik dari tahun lalu.

Kehadiran bulan suci Ramadhan selalu dinantikan oleh setiap kamu muslimin dipenjuru dunia. Bulan suci yang menggerakan seluruh potensi yang ada dalam kaum muslimin untuk dikeluarkan dan digerakkan dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Menggerakan ibadah wajib dan ibadah sunnah yang akan mendapatkan ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Shaum Ramadhan yang menggerakkan dan membangkitkan semangat keberagamaan dalam memahami haikat perjalanan kehidupan.

Apalagi shaum Ramadhan di tahun ini ada perbedaan pandangan pemahaman dalam menentukan awal Ramadhan. Pandangan yang memahami akan datangnya “hilal” sebagai bulan baru dalam kalender Islam. Karena melaksanakan ibadah bulan suci Ramadhan dengan melihat hilal menandakan adanya bulan baru dan kewajiban melaksanakan ibadah shaum Ramadhan.

Baca Juga: Puasa Membentuk Konsep Diri Positif

Ada dua pandangan berkaitan melihat posisi hilal yang dianjurkan oleh Rasullah yaitu dengan menggunakan wujudul hilal atas dasar hisab (bulan sudah berada di atas ufuk) dan ada juga yang merujuk pada pendapat rukyatul hilal (bulan berada di atas ufuq dengan ketentuan Imkanu ar- rukyah. Kedua ketentuan yang menjadi rujukan dalam mengambil dasar dalam menentukan datangnya bulan baru.

Diriwayatkan dari Abdurrahman ibn Salam al-Jumahi, dari al-Muslim, dari Muhammad (yaitu Ibn Ziyad), dari Abu Hurairah RA sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Berpuasalah kalian karena melihat Hilal (bulan sabit Ramadlan) dan berbukalah (berhari raya) kalian karena melihat Hilal (bulan sabit Syawwal), jika kalian terhalang mendung maka sempurnakanlah hitungan Sya‟ban menjadi 30 hari”. (HR al-Bukhari dan Muslim serta Ashhab as-Sunan). Firman Allah SWT: Artinya: “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” [QS ar-Rahman (55): 5].

Kedua dasar itu yang mewajibkan bagi kita untuk berpuasa dalam bulan Ramadhan. Momentum Ramadhan datangnya Ramadhan memiliki perbedaan dalam praktek keagamaan tapi harus disikapi dengan saling asah, asih dan asuh sesame umat Islam. Pada dasarnya ketika kita melakukan keyakinan beragama menggunakan dasar ilmu dan rujukan yang sesuai dengan tuntunan. Serta momentum perbedaan merupakan sunah Rasullah yang setiap manusia atau insan memiliki perbedaan satu sama lain dan perbedaan itu rahmat untuk kehidupan manusia di dunia.

Baca Juga: Ramadhan Nan Istimewa  


Perbedaan pandangan dalam memahami jatuhnya bulan suci Ramadhan justru menggerakkan keyakinan untuk memperdalam ilmu pengetahuan, memperdalam sikap social dan toleransi dalam mewujudkan hubungan kemanusian. Menggerakkan untuk meraih keberkahan dalam suci bulan Ramadhan dengan menundukkan pandangan dan egoism. Kehadiran Bulan Suci Ramadhan tanpa kita minta, tanpa kita mau serta tanpa kita undang karena bulan suci Ramadhan dengan sejuta makna dan pesona serta sangat istimewa menghampiri jutaan umat islam dipenjuru dunia atas dasar rasa kasih sayang dan ketentuan dari Allah SWT.

Madrasah Melatih Manajemen Diri


Ramadhan merupakan bulan tarbiyah atau bulan pendidikan bagi umat Muslim. Bulan dijadikan sebagai madrasah kehidupan yang dituntun secara langsung oleh Allah SWT melalui ketentuan di dalam Al-Quran dan hadis. Manusia dilatih secara khusus dan dibina serta dituntun secara langsung oleh Allah SWT. Puasa Ramadhan merupakan rangkaian rukun Islam yang wajib kita lakukan.

“Dari ‘Abdullah RA (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Islam dibangun di atas lima dasar, yakni bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah; mendirikan shalat; menunaikan zakat; mengerjakan haji; dan berpuasa pada bulan Ramadhan.” (HR al-Bukhari, Muslim, atTurmudzi, an-Nasa’i, dan Ahmad, dan lafal ini adalah lafal Muslim).

Baca Juga: Ubah Insecure Menjadi Syukur  


Ramadhan disebut juga dengan bulan tarbiyah (syahru tarbiyah), ia bagaikan madrasah dimana kaum Muslimin di dalamnya dididik kesungguhan dalam hal ibadah, berjuang melawan hawa nafsu, membiasakan berlaku sabar dan menahan hawa nafsu serta membiasakan untuk tidak melakukan ghibah, gosip, atau membicarakan hal-hal yang tidak berguna yang dapat mengurangi pahala puasanya.

Puasa juga mendidik untuk selalu bersyukur, setelah berpuasa seharian, menahan lapar dan haus, merasakan apa yang biasa dirasakan oleh orang yang tidak mempunyai makanan, setelah waktu berbuka tiba alhamdulillah rasa syukur terucap setelah merasakan segarnya air yang masuk membasahi kerongkongan,

Rasullullah SAW bersabda, “Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum. Akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan yang sia-sia serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang kotor dan keji.” (Hadis Riwayat Bukhari).

Baca Juga: Siapkan Modal Mental Spiritual Puasa Ramadhan  


Ibadah Ramadhan merupakan ibadah yang menggerakkan potensi kebaikan yang ada dalam diri manusia secara masif dalam kehidupan sehari-hari. Jika digerakkan secara masif dalam pribadi muslim maka akan terjadi kematangan jiwa dalam membersamai gerak kehidupannya. Maka gerak madrasah Ramadhan dalam membangun manusia yang taqwa dapat berjalan secara maksimal dalam kehidupan di dunia.

Di dalam Madrasah Ramadhan dalam momentum pembinaan diri ada beberapa hal yang perlu digerakkan untuk menjadikan kehidupan yang bermakna. Pertama, menumbuhkan sikap spiritual parenting dalam keluarga yang dibangun dan dibina secara akhlak islami. Dimana orangtua mengajarkan kepada anaknya, bahwa Allah selalu memperhatikan gerak-gerik kita, ajarkan anak-anak kita berbicara dengan menggunakan kata-kata yang baik, bagus, indah dan dorong mereka mengungkapkan cita-cita akan masa depan dengan menggunakan imajinasi mereka, jadilah orang tua pendengar yang baik bagi anak-anaknya. Perhatikan setiap anak kita berbicara sehingga kita dapat melatih mereka berpikir dan mengatur emosi dengan tertib dan jernih.

Kedua, madrasah Ramadhan membangun dan melatih serta mengendalikan Jiwa yang sehat secara Rohani dan Jasmani. Artinya Ramadhan mengendalikan untuk makan makanan yang tidak sehat serta mengatur pola hidup konsumtif, membangun untuk bersikap jujur dan amanah dalam bersikap.

Baca Juga: Kenali Sepuluh Indikator Takwa  


Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah menjelaskan: “Seorang yang berpuasa adalah orang yang anggota badanya berpuasa dari perbuatan-perbuatan dosa, lisannya berpuasa dari kata dusta, kata keji, dan ucapan palsu, perutnya berpuasa dari makanan dan minuman, kemaluannya berpuasa dari bersetubuh. Bila dia berbicara, tidak berbicara dengan sesuatu yang merusak puasanya, bila berbuat, tidak berbuat dengan suatu perbuatan yang merusak puasanya, sehingga seluruh ucapannya keluar dalam keadaan baik dan manfaat (M. Nurdin Zuhdi:62)

Ketiga, madrasah Ramadhan merupakan menahan diri dari segala perbuatan dosa. Secara bahasa kata puasa berasal dari kata Shaum, yang bermakna imsak (menahan). ash shiyaam artinya: beribadah kepada Allah Ta’ala dengan menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa lainnya, dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Rasulullah saw bersabda: “Berapa banyak orang yang puasa, bagian (yang dipetik) dari puasanya hanyalah lapar dan haus (semata)” [HR. Ibnu Majah).

Dalam hadis lain, dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya puasa itu bukan menahan dari makan dan minum saja, puasa yang sebenarnya adalah menahan dari laghwu (ucapan sia-sia) dan rafats (ucapan kotor), maka bila seseorang mencacimu atau berbuat tindakan kebodohan kepadamu katakanlah: ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa’.” (HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).

Menggerakkan Keberkahan dan Kegembiraan


Berkah adalah salah satu kata—selain salam dan rahmat—yang terkandung dalam salam Islam “Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh”. Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan keberkahan selalu menyertai Anda (kalian). Berkah dalam arti kebaikan, keselamatan, dan kesejahteraan tercantum dalam ayat berikut ini: "Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi." (QS Al-A'raf: 96).

Baca Juga: Konflik Sosial Masyarakat Kampung dengan Masyarakat Kompleks Elite


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berkah merupakan karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Menurut bahasa, berkah berasal dari bahasa Arab barokah, artinya nikmat (Kamus Al-Munawwir, 1997: 78). Istilah lain berkah dalam bahasa Arab adalah mubarak dan tabaruk. menurut istilah, berkah (barokah) artinya “bertambahnya kebaikan” Imam Al-Ghazali, Ensiklopedia Tasawuf. Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa Ramadhan bulan penuh berkah bermakna bulan yang isinya penuh dengan tambahan kebaikan (Andy Putra Wijaya: 52).

Keberkahan madrasah shaum Ramadhan menggerakkan kaum Muslimin untuk bergegas dan bergerak menuju masjid, mushala, surau untuk melaksanakan shalat berjamaah Isya dan shalat sunah qiyamul ramadhan. Rasa kesadaran ini merupakan rasa cinta umat muslimin kepada Sang Pencipta Allah SWT dan rasa gembira bisa dipertemukan kembali oleh bulan yang mulia. Keberkahan yang begitu banyak didapatkan dari melaksanakan ibadah shaum Ramadhan sehingga menuntun kita untuk dapat melaksanakan seluruh kewajibannya tanpa paksaan.

Shaum Ramadhan dijalankan dengan rasa ikhlas akan membangun rasa keberkahan. Sebab, berkah adalah karunia Allah SWT yang telah mendatangkan ketentraman, kebahagiaan, kenikmatan dan kebaikan yang bersifat kekal baik kebaikan itu berupa bertambahnya harta, rizki, maupun kesehatan, ilmu atau amal kebaikan. Hanya saja, kita memahami bahwa karunia Allah itu tidak selamanya bersifat konkret, tetapi terkadang bersifat abstrak.

Rasa kegembiraan menjalankan shaum Ramadhan hadits riwayat Ahmad No. 6877 yang menjelaskan bahwa orang yang berpuasa mendapatkan dua kegembiraan. Dalam suatu riwayat dijelaskan dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail telah menceritakan kepada kami Dlirar, yaitu Abu Sinan, dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id, keduanya berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: ‘Sesungguhnya puasa itu adalah milik-Ku dan Aku sendiri kelak yang akan membalasnya.’ Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa itu ada dua kegembiraan, Jika berbuka ia akan gembira, dan jika ia bertemu dengan Allah lalu Dia membalas ibadah puasanya maka ia akan merasa gembira. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang sedang berpuasa itu di sisi Allah lebih wangi daripada bau minyak misik.

Baca Juga: Bagaimana Menyelesaikan Konflik Sosial?


Pada hadis yang lain digambarkan rasa keberkahan menjalankan ibadah puasa, yaitu hadis riwayat Bukhari No. 2628 yang artinya: “Telah bercerita kepada kami Ishaq bin Nashr telah bercerita kepada kami ‘Abdur Rozzaq telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij berkata telah bercerita kepadaku Yahya Sa’id dan Suhail bin Abi Shalih bahwa keduanya mendengar an Nu’man bin Abi ‘Ayyasy dari Abu Sa’id Al Khudriy radliallahu ‘anhu berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang shaum (berpuasa) satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh tujuh puluh tahun.”

Berdasarkan hadits hadis riwayat Ahmad No-6877 di atas kegembiraan pertama yang akan diperoleh adalah saat ia berbuka. Tentu saja orang yang berpuasa akan bergembira saat berbuka karena ia dapat melepaskan rasa lapar dan dahaga setelah berpuasa. Kegembiraan yang kedua adalah saat bertemu dengan Allah SWT karena Allah sendiri yang akan membalas (baca: memberi pahala) ibadah puasanya. Sungguh berkah yang luar biasa apabila saat kita bertemu Allah SWT dan secara langsung kita menerima pahala dari-Nya. Dan ketiga pada hadist hadits riwayat Bukhari No. 2628 yang kita pahami bahwa Allah memberikan keberkahan bagi orang-orang yang berpuasa meskipun satu hari saja di jalan Allah akan dijauhkan dari api neraka sejauh tujuh puluh tahun (Andy Putra Wijaya: 52).

Pentingnya mencari keberkahan dalam bulan Ramadhan merupakan hal yang sangat penting untuk kita umat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Mencari keberkahan pun merupakan dambaan kita semua dalam menjalani rutinitas kehidupan tapi terkadang dalam menjalani dan mencari keberkahan ada hal yang berbeda antara ucapan dengan apa yang dikerjakan. Sehingga sering terjadi kesalahan memaknai kata keberkahan dan bahkan sering menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja dan giat kehidupan. Maka, dalam Ramadhan ditahun ini kita berupaya menggapai keberkahan Ramadhan dengan menjalankan sesuai dengan perintah Allah dan Rasulnya serta selaras antara kata dan perbuatan.

Baca Juga: Pentingnya Attitude dalam Kehidupan


Pada sisi yang lain pancaran rasa keberkahan dalam melaksanakan ibadah Ramadhan kita mampu melaksanakan ibadah shaum ramadhan dengan ungkapan rasa syukur kepada Allah. Rasa syukur dengan senantiasa mampu mengucapkan rasa terima kasih yang begitu mendalam ketika kita dapat berbuka puasa bersama dengan keluarga, tarawih bersama di masjid, sahur bersama serta kegiatan shalat sunnah diluar shalat wajib dan shalat Tarawih.

Rasa ungkapan kegembiraan dan keberkahan diwujudkan terus dalam bulan Ramadhan tahun ini akan kita rasakan kehadiran Allah dalam kehidupan kita sangat dekat. Rasa syukur perlu dipupuk setiap saat dalam menajamkan suasana hati yang nyaman dan hati yang ikhlas. Fokus kepada pelaksanaan ibadah dalam bulan suci Ramadhan sambil bekerja seperti biasanya dengan mengurangi hal-hal yang mendatang dosa.

Semoga keberkahan Ramadhan dapat terus kita bina dan kita pupuk dalam diri kita sehingga mendapatkan gelar takwa. Takwa dalam arti melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Serta meningkatnya rasa keimanan kepada Allah dengan bersungguh beribadah pada bulan suci Ramadhan.



Biodata: Indar Cahyanto merupakan wakil sekretaris APKS PGRI Provinsi DKI Jakarta dan pendidik SMA Negeri 25 Jakarta

Posting Komentar

0 Komentar